Kampus ITS, Opini – Pamor Indonesia sebagai negara agraris memang tak perlu dipertanyakan lagi. Tanah subur yang luas membentang di sepanjang gugusan kepulauannya, tak hanya menjadi sumber pangan tapi juga sebagai ladang pekerjaan bagi penduduknya. Lantas, apakah kemudian sektor agraria menjadi lumbung pekerjaan utama bagi Indonesia dulu, kini, dan nanti?
Perlu diketahui di Indonesia sejak 20 Februari 1973, tenaga kerja dari segala jenis pekerjaan sudah terayomi dalam satu badan yang dikenal dengan Federasi Buruh Seluruh Indonesia (FBSI). Yang mana pada tanggal tersebut kemudian diperingati sebagai Hari Pekerja Nasional, dengan tujuan untuk meningkatkan peran serta para pekerja dalam membangun bangsa.
Kondisi Tenaga Kerja Indonesia
Dan tak dapat dipungkiri, sektor pertanian masih memegang porsi terbesar dalam menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia. Berdasar laporan International Labour Organization (ILO) Indonesia pada 2017, sebanyak 31,9 persen penduduk Indonesia bekerja di sektor pertanian. Disusul sektor jasa sebanyak 24,2 persen, dan sektor perdagangan sebesar 22,5 persen.
Meskipun demikian, nyatanya sektor pertanian tidak mampu memberi kesempatan kerja yang banyak pada beberapa tahun terakhir. Terhitung sejak 2009-2016, jumlah pekerja yang mampu ditampung sektor pertanian mengalami penurunan sebesar sembilan persen. Sedangkan pada bidang lain seperti industri, manufaktur, dan jasa mengalami pertumbuhan positif.
Pengangguran
Di sisi lain, yang senantiasa ada dan bebarengan dengan masalah ketenagakerjaan adalah persoalan tentang pengangguran. Sepanjang periode 2006-2016, total tenaga kerja yang ada sekitar 23 juta jiwa. Hal tersebut akan menjadi tantangan bersama apabila lapangan pekerjaan yang tersedia tidak mampu menampung orang sebanyak itu.
Namun kita patut untuk bernafas lega sejenak, sebab faktanya angka pengangguran di Indonesia cenderung menurun dalam sepuluh tahun terakhir. Misalnya pada 2016, angka pengangguran turun hingga 5,6 persen. Yang perlu menjadi perhatian bersama kemudian adalah jumlah pengangguran usia muda yang masih terlampau tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kondisi bursa kerja di Indonesia masih belum kondusif bagi para pencari kerja
Menantang Revolusi Industri 4.0
Terlebih dengan adanya inovasi teknologi, perubahan besar banyak terjadi dalam sistem produksi hingga distribusi barang, bahkan dalam hal jasa pula. Sehingga dapat kita simpulkan, bahwa teknologi merupakan kunci utama dalam pertumbuhan dan pembangunan ekonomi masa kini. Tak mengherankan kemudian banyak negara maupun pihak swasta yang mengalokasikan sumber daya mereka untuk riset dan pengembangan.
Untuk menghadapinya, kita dituntut untuk meningkatkan kemampuan ataupun mempelajari keterampilan baru agar dapat bertahan di dunia kerja. Meskipun banyak menggantikan pekerjaan manusia, teknologi justru membuka jalan bagi terciptanya lapangan pekerjaan. Terlebih lagi tren di Indonesia saat ini yang sangat menjanjikan, yaitu e-commerce. Berkat adanya pasar kerja daring ini, memberikan ruang lebih di dunia usaha bagi wirausaha kecil hingga menengah.
Ditulis oleh:
Megivareza Putri Hanansyah
Mahasiswa Departemen Teknik Geomatika ITS
Angkatan 2019
Reporter ITS Online
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)
Kampus ITS, ITS News — Tim Spektronics dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali sukses mendulang juara 1 pada ajang
Kampus ITS, ITS News — Kurang meratanya sertifikasi halal pada bisnis makanan khususnya pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM),