ITS News

Senin, 18 November 2024
26 Februari 2020, 22:02

Kurangi Ketergantungan Impor, Dosen ITS Gagas Implan Lokal

Oleh : itsmis | | Source : www.its.ac.id

Fahmi Mubarok ST MSc PhD memperkenalkan inovasi produk implannya

Kampus ITS, ITS News – Seiring dengan kenaikan angka kecelakaan lalu lintas, ketergantungan impor Indonesia terhadap pemenuhan alat kesehatan (alkes) implan pun kian meningkat. Melihat kondisi ini, dosen Departemen Teknik Mesin Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggagas inovasi anyar mengenai Peningkatan Kualitas Mekanik Implan Tulang Stainless Steel AISI 316L Lokal melalui Mofidikasi Struktur Mikro dengan Proses Thermal-Cycling.

Adalah Fahmi Mubarok ST MSc PhD, dosen yang kerap disapa Fahmi tersebut menuturkan bahwa 95 persen implan yang beredar di Indonesia masih mengandalkan impor. Sedangkan 5 persen lainnya diproduksi di dalam negeri. Meskipun telah memenuhi standar internasional dari American Standard Testing and Material (ASTM), kualitas masih tertinggal jauh dibandingkan produk impor dari negara-negara maju dari benua Eropa ataupun Amerika.

Oleh karena itu, dengan menggandeng PT Pelopor Teknologi Implantindo (PTI) sebagai mitra kerjanya, Fahmi mengembangkan inovasi implan lokal berstandar internasional dan memfokuskannya pada peningkatan kualitas agar dapat bersaing dengan produk impor. “Secara garis besar, penelitian kami (Fahmi dan tim, red) mengkaji mengenai biomaterial implan, yakni implan bermaterial logam yang digunakan dalam dunia medis,” ungkap Fahmi.

Penelitian yang turut melibatkan mahasiswa ini menggunakan metode thermal-cycling. Yakni metode yang memperhatikan pengaruh variasi suhu siklus termal. Diawali dengan tahap pengecoran, kekuatan implan hanya akan meningkat sedikit yakni sebesar 560 megapascal (MPa) dibandingkan standar kekuatan tariknya yang sebesar 490 MPa. “Padahal, kekuatan produk implan dari Eropa, khususnya Swiss mampu menembus angka 800 MPa,” timpalnya.

Fahmi Mubarok bersama mahasiswa Departemen Teknik Mesin ITS yang sedang melakukan pengembangan terhadap implan tulang stainless steel

Setelah melakukan pengecoran, Fahmi memberikan perlakuan rolling hingga ketebalan implan berkurang setengahnya. Selanjutnya dilakukan thermal-cycling dengan memanaskan produk di temperatur 90 derajat selama 35 detik, kemudian didinginkan. “Proses tersebut diulang beberapa kali hingga butiran struktur mikronya mengalami perubahan menjadi sangat kecil,” ujarnya.

Pasalnya, beber Fahmi, yang membedakan produk implan lokal dengan impor adalah struktur mikronya. Semakin kecil ukuran mikronya, maka semakin tinggi pula kualitas implan tersebut. “Namun, melalui modifikasi struktur mikro, produk implan kami berhasil mencapai kekuatan 800 MPa dengan melewati beberapa proses,” imbuh lelaki yang mendapat gelar doktornya di Norwegian University of Science and Technology (NTNU) tersebut.

Menurut jenisnya, lanjut Fahmi, implan terbagi menjadi dua, yakni implan trauma dan implan permanen. Saat ini, Fahmi baru mengembangkan implan jenis trauma, yaitu implan yang digunakan secara temporary setelah pasien mengalami kondisi trauma seperti kecelakaan dan patah tulang. “Sedangkan implan permanen merupakan implan yang digunakan secara terus menerus,” tambahnya.

Selain itu, Fahmi menargetkan di penelitian selanjutnya dapat mengembangkan implan trauma yang bebas dari kandungan nikel (nikel-free). Sebab, beberapa studi di luar negeri mengungkapkan bahwa logam tertentu, khususnya nikel, dapat menimbulkan iritasi di tubuh manusia. “Hingga kini, di Indonesia belum terdapat produk implan nikel-free, sehingga di akhir tahun 2020 ini kami akan berupaya untuk mengkajinya,” jelas lulusan Teknik Material Institut Teknologi Bandung (ITB) tersebut.

Meskipun mengalami kendala dalam Sumber Daya Manusia (SDM), penelitian yang berlangsung di Laboratorium Metalurgi ITS tersebut telah berhasil membawa produk implannya ke pasar Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Indonesia. “Kami juga terbantu oleh pemerintah yang sangat mendukung hilirisasi produk dalam negeri,” ungkap Fahmi.

Selanjutnya, Fahmi berharap dapat segera menyelesaikan penelitian mengenai implan trauma nikel-freenya dan dapat mengembangkan produk implan permanen di Indonesia. “Tak hanya itu, saya berharap dapat terus mendapatkan pendanaan dari Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) Kemenristek/BRIN maupun ITS agar penelitian-penelitian baru dapat berkembang,” pungkasnya penuh harap. (chi/HUMAS ITS)

Tampilan model implan trauma (atas) dan implan permanen (bawah)

Berita Terkait