Kampus ITS, ITS News — Dalam perkembangannya, media sosial menjadi penting sebagai wadah promosi bagi pemasar digital. Tiap pemasar digital diharuskan mengetahui perkembangan algoritma media sosial agar menghasilkan promosi yang efektif dan tepat sasaran. Hal tersebut disampaikan di gelar wicara Social Media Talkshow and Conference Petroleum Integrated Days (Petrolida) 2020 bertema How to Keeping Up with Algorithm di Auditorium Gedung Pascasarjana Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Sabtu (7/3).
Algoritma sendiri merupakan urutan atau langkah-langkah untuk menyelesaikan masalah. Dalam media sosial, algoritma tersebut mengatur arus informasi yang beredar di dalam sistemnya. Tiap platform media sosial tentunya memiliki cara masing-masing untuk mengatur bagaimana algoritmanya bekerja. “Jadi bagaimana konten kita dapat disampaikan ke audiens ini tergantung dari bagaimana algoritma media sosialnya bekerja,” ungkap Ane Sovia, salah satu pembicara.
Ane melanjutkan, Rata-rata algoritma yang digunakan platform media sosial biasanya merekam kebiasaan pengguna. Misal pengguna tersebut sering melakukan pencarian dengan kata kunci “jual-beli mobil”, maka rata-rata konten yang muncul di media sosialnya akan berhubungan dengan dunia jual beli mobil tersebut.
Untuk mendapatkan umpan balik terbaik dari audiens di media sosial, penting bagi pemasar digital untuk memahami bagaimana cara kerja algoritma pada media sosial yang menjadi target pasarnya dan mengikuti perkembangan algoritma tersebut.
Sebagai pembuka, Ane memberikan contoh Facebook. Dia mengungkapkan bahwa dahulu, semua yang diunggah oleh teman akan selalu muncul di news feed terlepas kita berminat atau tidak. Kini, algoritma Facebook bekerja dengan menyampaikan konten-konten yang diminati oleh pengguna. Jadi jika pengguna tidak pernah mencari topik dari suatu konten yang tidak ia minati maka konten tersebut tidak akan muncul dalam news feed pengguna, terlepas apakah mereka berteman atau tidak.
Contoh lain terjadi di Instagram. Instagram cenderung akan menampilkan unggahan-unggahan dari pengguna yang sering berinteraksi dengan kita maupun yang sering kita kunjungi profilnya. “Algoritma Instagram menilai seberapa tinggi peringkat akun kita dari interaksi yang didapat, ” jelas perempuan yang merupakan Digital Strategist dan Social Media Analyst tersebut.
Sedangkan Twitter menggunakan dua jenis algoritma yang berbeda untuk platform-nya. Dalam fitur terbaru darinya, Twitter menyediakan dua pilihan bagi pengguna untuk menentukan bagaimana konten yang akan ditampilkan. “Twitter menggunakan dua algoritma, yakni secara real time dan juga berdasarkan popularitas dan umpan balik tweet,” ucap perempuan yang kini bekerja sebagai Marketing Communication di Kazee Digital Indonesia itu.
Dari contoh-contoh tersebut, algoritma media sosial memegang peranan yang besar dalam pemasaran digital. Sehingga, bagi Ane, penting bagi para pemasar digital untuk terus mengikuti perkembangan algoritma media sosial terkini. “Dengan memanfaatkan algoritma media sosial secara maksimal, maka akan dapat diciptakan konten yang baik dan tepat sasaran. Sehingga pemasaran melalui media sosial akan efektif dan berhasil,” pungkas Ane. (rys/id)
Kampus ITS, ITS News — Menjawab tantangan perkembangan teknologi komunikasi masa kini, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menghadirkan Program Studi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di
Kampus ITS, ITS News — Sampah plastik sampai saat ini masih menjadi momok yang menghantui lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah