Kampus ITS, ITS News — Guna membekali pengetahuan mahasiswa akan warisan budaya evolusi manusia purba, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menghadirkan narasumber dari Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran. Kuliah tamu yang bertajuk “Human Origin Exploration” ini digelar di ruang sidang rektorat, Selasa (2/2).
Ketua BPSMP Sangiran, Dody Wiranto menyampaikan, makhluk hidup sekarang berasal dari proses evolusi yang sangat panjang, termasuk manusia. Hal tersebut berdasarkan teori Huxley pada tahun 1863 yang menyatakan struktur pertumbuhan anatomi manusia dengan simpanse hampir sama. “Dengan mempelajari situs sangiran, kita bisa mengetahui evolusi manusia purba mulai dari bentuk fisik, tingkah laku hingga menjadi manusia modern seperti sekarang,” ungkapnya.
Pria yang akrab disapa Dody ini juga menjelaskan, Situs Sangiran merupakan daerah penelitian manusia purba pertama yang ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1893. Dubois adalah seorang ahli anatomi berkebangsaan Belanda. Penelitian pertamanya di Sangiran membawa ketertarikan ilmuwan lain untuk mengkaji daerah Sangiran. “Salah satunya Van Es yang melakukan pemetaan geologis,” terangnya.
Baru pada tahun 1934, lanjut Dody, seorang ilmuwan bernama Von Koenigswald mengadakan penelitian dan menemukan berbagai macam alat batu. Alat batu tersebut dibuat dari bahan kalsedon, jasper dan tufa kersikan. Setelah itu, pada tahun 1936 fosil manusia purba pertama ditemukan di Sangiran. “penemuan ini berupa fosil rahang bawah dari manusia purba Homo Erectus,” lanjutnya.
Alumnus Sarjana Arkeologi Universitas Gadjah Mada ini menyampaikan, evolusi manusia yang dapat ditemukan di Sangiran yakni homo erectus yang hidup 1,8 juta tahun yang lalu, dan homo sapiens (manusia modern) yang hidup 150 ribu tahun yang lalu hingga sekarang. “Di situs ini ditemukan fosil manusia jenis Homo Erectus yang jumlahnya mencapai 50 % dari populasi dunia. Tentunya ini sangat menggambarkan perkembangan evolusi manusia di Sangiran,” terangnya
Dody juga menjelaskan, Situs sangiran ini memiliki berbagai warisan budaya manusia purba yang terbagi menjadi empat klaster yakni Klaster Krikilan, Klaster Ngebung, Klaster Bukuran, dan Klaster Dayu. Klaster Krikilan memuat sejarah peradaban manusia. Klaster Ngebung memuat sejarah penemuan fosil Situs Sangiran. Klaster Bukuran memuat temuan fosil Situs Sangiran. “Klaster Dayu memuat ekskavasi fosil dan penelitian mutakhir Situs Sangiran,” jelasnya.
Pria yang menyelesaikan pendidikan magisternya di Universitas Padjajaran ini menegaskan, Sangiran telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia UNESCO sejak 1966. Oleh sebab itu terdapat beberapa nilai penting pada situs ini diantaranya menjadi salah satu pusat evolusi manusia purba di dunia. Selain itu, situs ini juga mencerminkan evolusi manusia, evolusi budaya, dan evolusi lingkungan selama dua juta tahun. “Situs Sangiran juga Menggambarkan evolusi faunal selama lebih dari 2 juta tahun,” tuturnya.
Dody berharap, mahasiswa dapat memanfaatkan keilmuannya untuk mengembangkan Situs Sangiran, khususnya dari keilmuan geofisika. Penerapan ilmu geofisika radar dapat mendeteksi adanya fosil di dalam bumi Sagiran. “Saya juga berharap,Situs Sangiran dapat tetap dilestarikan sebagai warisan budaya purba Indonesia,” pungkasnya. (sin/qin)
Kampus ITS, ITS News — Menjawab tantangan perkembangan teknologi komunikasi masa kini, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menghadirkan Program Studi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di
Kampus ITS, ITS News — Sampah plastik sampai saat ini masih menjadi momok yang menghantui lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah