Kampus ITS, ITS News — Semakin banyaknya fitur kecanggihan teknologi saat ini mengharuskan para pengguna media sosial untuk lebih memperhatikan dampak psikologi yang didapat. Berangkat dari hal tersebut, Alexander Repi M Psi, salah satu pembicara dalam Petroleum Integrated Days (Petrolida) 2020 menyampaikan materinya bertajuk Social Life in Cyberspace. Acara tersebut bertempat di Auditorium Gedung Pasca Sarjana Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Sabtu (7/3).
Membuka dialog, lelaki yang akrab disapa Kandy ini memaparkan, berdasarkan survey yang dilakukan sehari-hari, orang lebih takut ketinggalan ponsel daripada tugas kuliah. Padahal seharusnya masih banyak aktivitas yang dilakukan tanpa ponsel pintar, walaupun membutuhkan usaha yang lebih. “Gejala ini apabila muncul secara berlebihan biasa disebut Nomophobia,” jelasnya.
No Mobile Phone Phobia ini apabila dialami oleh seseorang akan diawali dengan gejala selalu risau jika tidak ada telepon genggam di sekitarnya, kehabisan baterai, tidak ada jaringan internet, dan semacamnya. “Bahkan apabila sudah sampai pada tahap akut akan bisa menimbulkan stres,” tambah penulis buku Aku Remaja yang Positif tersebut.
Media sosial sendiri, menurut Kandy, merupakan wadah untuk mengekspresikan diri, meski terkadang terlihat seperti wadah untuk mendapat pengakuan diri. Orang yang terlalu terpaku pada media sosial biasanya juga diiringi dengan insecurity-nya (rasa tidak aman). “Banyaknya like, komentar, dan interaksi yang diberikan pada unggahan foto di Instagram kita, bisa menyebabkan kepercayaan diri kita meningkat,” paparnya.
Lelaki yang mengajar di Universitas Widya Mandala ini menunjukkan bahwa faktanya, pengguna Instagram sering membandingkan diri dengan unggahan foto atau video orang lain. Dengan begitu, sering timbul rasa tidak puas karena merasa dirinya tidak bisa seperti yang lainnya. “Sehingga akan timbul standar dan persepsi baru terhadap diri sendiri yang akan berpengaruh bagi perilaku dan mental kita,” ungkapnya.
Di akhir materi, pria berkacamata ini menyampaikan bahwa sebagai pengguna internet yang disuguhi beragam informasi, kita harus kritis mencari kebenaran dan tidak mudah terpengaruh orang lain.Apapun informasi yang kita terima, tetap harus mencari faktanya dan jangan sampai mudah percaya dan sampai menolak argumen dari orang lain.
Saat ini, memilah informasi yang benar merupakan hal yang tidak mudah bagi generasi Z, karena mereka berada di posisi sebagai pengedukasi bagi generasi sebelumnya maupun generasi yang akan datang. “Sikap yang perlu diperhatikan adalah berhati-hati menyampaikan argumen di dunia maya dan bersikap bijak dalam penggunaanya,” tandas Kandy memungkasi. (zar/id)
Mojokerto, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus menunjukkan komitmennya dalam menunjang program pendidikan dokter muda atau koas
Kampus ITS, ITS News — Terus berupaya dalam menjawab kebutuhan industri sukses mengantarkan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menempati posisi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus berupaya menciptakan lingkungan kampus ideal untuk mendukung pendidikan.
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus berupaya meningkatkan citra sebagai institusi pendidikan yang unggul