ITS News

Sabtu, 09 November 2024
16 Maret 2020, 18:03

Gali Prospek Transportasi Laut dalam Peningkatan Perekonomian Nasional

Oleh : itstri | | Source : ITS Online

Kuliah Tamu Departemen Teknik Transportasi Laut yang dibawakan oleh Ir Dian Rahmawan MSc (kiri), Ir Subagyo (tengah), serta Ahmad Mustakim (kanan) sebagai moderator

Kampus ITS, ITS News — Bentangan lautan luas yang mengisi wilayah Indonesia menjadikan moda transportasi laut berperan besar sebagai penggerak kemajuan dalam berbagai sektor. Dalam hal ini, Departemen Teknik Transportasi Laut Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) turut mengundang Ir Subagiyo sebagai pembicara dalam kuliah tamu bertajuk Dukungan Transportasi Laut terhadap Peningkatan Perekonomian Nasional dalam rangkaian acara peresmian gedung SEA, pada Jumat (13/3) lalu.

Pembahasan dibuka dengan potret kondisi makro dan infrastruktur sektor maritim Indonesia. Terhitung dari tahun 2015 hingga 2018, kontribusi sektor maritim terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia kian meningkat dengan persentase terbesar berasal dari bidang pertambangan dan penggalian. “Capaian ini sejalan dengan perkembangan Logistic Performance Index Indonesia yang posisinya terus meningkat di tingkat ASEAN,” ungkap Direktur Kepelabuhanan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) ini.

Subagiyo menambahkan bahwa capaian ini berhubungan dengan volume ekspor-impor barang yang terangkut dari empat pelabuhan utama Indonesia, yakni Pelabuhan Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Perak, dan Makassar.  Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) sampai dengan Agustus 2019, Pelabuhan Tanjung Priok masih menempati urutan pertama dalam kegiatan ekspor barang. “Tercatat nilai ekspor mencapai 14,28 miliar dolar,” sambungnya.

Volume Ekspor Impor Indonesia pada Pelabuhan Utama

Alumnus Fakultas Teknologi Kelautan (FTK) ITS tersebut menyampaikan bahwa dalam periode tahun 2020-2024, Indonesia telah merancang isu strategis transportasi laut. Dengan mempertimbangkan dampak multisektoral untuk menurunkan biaya logistik nasional yang dinilai sangat tinggi, Kemenhub terus berupaya melakukan pembenahan terhadap pelayanan transportasi laut. “Salah satunya dengan pengembangan integrasi pelabuhan dengan kawasan industri,” jelasnya.

Selain itu, upaya lain yang pemerintah lakukan dalam menekan biaya logistik nasional yaitu dengan menurunkan biaya transportasi darat dengan memperbaiki konektivitas dan pengoperasian tol laut semaksimal mungkin. “Direktorat Jenderal Perhubungan Laut mengupayakan hal ini terhadap lokasi wilayah perbatasan dan pulau terluar serta kawasan pariwisata nasional,” terangnya.

Peta Tol Laut Logistik 2020

Berdasarkan data Kemenhub, dampak tol laut terhadap penurunan disparitas harga dinilai cukup masif yang terlihat langsung dari ketersediaan barang kebutuhan pokok yang lebih terjamin. Dengan berkurangnya kenaikan harga barang pokok, investasi di daerah pun kian meningkat. “Contohnya saja, dengan adanya tol laut, harga tepung terigu di Kabupaten Asmat yang semula 25 ribu rupiah per kilogram mengalami penurunan 68 persen menjadi delapan ribu rupiah per kilogram,” papar Subagiyo.

Dalam upaya untuk meningkatkan kinerja operasional pelabuhan terhadap pengembangan transportasi laut, Kemenhub telah mengintegrasikan digitalisasi layanan kepelabuhanan bernama “Inaportnet”. Sampai tahun 2019, inaportnet telah diimplementasikan di 33 pelabuhan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. “Dengan ini, pelayanan di pelabuhan dapat lebih cepat sehingga meningkatkan kelancaran arus barang,” ujarnya.

Subagiyo mengungkapkan, dengan adanya sistem inaportnet, pemerintah harus lebih ketat dalam mengontrol keluar masuknya barang. Untuk itu, sinergi antar stakeholder pemerintahan pun harus dikerahkan. “Di antaranya adalah Badan Usaha Pelabuhan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementrian Keuangan, Kementrian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Koordinator Kemaritiman, serta Kepolisian dan Tentara Nasional Indonesia (TNI),” tambahnya.

Sehubungan dengan operasional yang padat tersebut, pelabuhan dapat mendongkrak perekonomian negara sebagai mata rantai logistik. Untuk itu, pemerintah tak hanya memiliki  Kemenhub yang menjadi garda pengatur infrastruktur pelabuhan. Di samping itu, terdapat PT Pelabuhan Indonesia I (Pelindo I) di bawah Badan Usaha Milik negara (BUMN) yang bergerak mengatur logistik.

Antusiasme peserta kuliah tamu dalam sesi diskusi interaktif

Direktur Utama Pelindo I, Ir Dian Rahmawan MSc yang turut hadir dalam kuliah tamu ini menyampaikan bahwa pengiriman logistik bisa dilaksanakan dengan rute minimum sehingga akan meraup profit yang maksimum. “Kita bisa mencontoh Singapura yang hanya memiliki pelabuhan transit, sehingga kebutuhan logistiknya tidak dalam kuantitas tinggi namun memiliki inovasi dalam teknologi yang besar,” tandasnya.

Untuk menyikapi hal tersebut, lelaki yang akrab disapa Dian ini mengharapkan partisipasi mahasiswa Indonesia khususnya dari Departemen Teknik Transportasi Laut untuk bisa menyalurkan idenya dengan magang di perusahaan terkait. “Dengan ini, mahasiswa dapat memahami bagaimana praktik bisnis di maritim, dosen sebagai tenaga ahli pun dapat membantu sebagai konsultan kami,” pungkasnya penuh harap. (tri/lut)

Berita Terkait