Kampus ITS, Opini — Era digital di Indonesia berkaitan erat dengan kemunculan babak revolusi industri baru di jagat raya, revolusi industri 4.0. Revolusi ini mampu membuka berjuta peluang dalam dunia digital dan otomatisasi, hingga yang paling melejit saat ini adalah Artificial Intelligence (AI). Untuk menghadapi era ini, peningkatan skill kerja generasi muda sangat dibutuhkan.
Revolusi Industri 4.0 sendiri adalah sebuah gerakan baru yang muncul sekitar tahun 2010 melalui rekayasa inteligensi dan berdasar pada Internet of Things yang berperan besar sebagai penggerak utama atau tulang punggung pergerakan dengan manusia dan mesin sebagai konektivitasnya (Prasetyo, 2018).
Selain menawarkan kemudahan dan kemutakhiran teknologi, Revolusi Industri 4.0 juga memunculkan berbagai macam tantangan. Segala peluang yang ada tentu akan berakhir sia-sia apabila tidak mampu ditangani dengan sumber daya manusia yang mumpuni dan berwawasan luas. Sasaran yang paling tepat untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia adalah para generasi muda.
Hal ini didukung oleh pernyataan Presiden Indonesia, Joko Widodo, bahwa negara Indonesia mengalami bonus demografi yang diperkirakan dimulai pada tahun 2030 hingga tahun 2040 (Liputan6). Hal ini menandakan bahwa generasi muda haruslah dibentuk dan dibekali ilmu untuk menyongsong era digital demi menjawab setiap tantangannya.
Salah satu solusi untuk memperbaiki dan meningkatkan sumber daya generasi muda adalah dengan pembekalan yang baik dalam dunia pendidikan. Dunia pendidikan harus dibenahi sesegera mungkin demi melahirkan lulusan yang tak hanya kompeten dan mahir pada teori, namun juga ahli dalam mengimplementasikan teori tersebut melalui kerja praktik. Sehingga generasi tersebut mampu memanfaatkan peluang dalam era digital 4.0 sebaik-baiknya.
Dalam dunia pendidikan, peningkatan keterampilan kerja dapat diperoleh lebih pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Politeknik. Namun, banyak orang tua di Indonesia yang beranggapan bahwa pengetahuan yang didapat oleh lulusan SMK lebih minim dibandingkan dengan lulusan SMA. Sehingga peluang lulusan SMK untuk masuk ke perguruan tinggi juga sangat kecil. Stigma-stigma seperti itu seharusnya segera dihilangkan demi menghadapi tantangan era digital di Indonesia. Karena sesungguhnya skill yang didapatkan oleh lulusan SMK bisa bersaing di era digital saat ini.
Untuk menghilangkan stigma tersebut, pemerintah diharapkan mampu meningkatkan dan menyamaratakan kualitas SMK di seluruh Indonesia. Tak hanya itu, kurikulum yang diajarkan juga harus sesuai dengan tujuan awal, yakni mampu menyongsong tantangan yang dihadapkan dari revolusi industri 4.0. Mata pelajaran yang sesuai seperti penanaman moral berlandaskan Pancasila yang dapat diajarkan melalui Pendidikan Kewarganegaraan, maupun pendidikan Teknologi Informasi yang menjadi dasar dari perkembangan teknologi saat ini.
Kemudian, salah satu alternatif untuk meningkatkan keterampilan kerja yang dimiliki oleh lulusan SMK ke arah yang lebih tinggi adalah dengan melanjutkan studi ke Politeknik atau Sekolah Vokasi. Sebagaimana telah diketahui bahwa Politeknik maupun Sekolah Vokasi memiliki sistem yang hampir sama seperti di SMK, yakni mengutamakan keterampilan kerja praktik. Di sinilah generasi muda mampu berkembang lebih pesat dalam menekuni berbagai hal yang menjadi tantangan di era digital ini. Generasi muda diharapkan akan cukup siap menjadi tenaga kerja yang lebih awal untuk mengembangkan peluang-peluang yang muncul silih berganti.
Untuk itu, pemerintah seharusnya lebih bisa memperhatikan sekolah-sekolah kejuruan di Indonesia untuk ditingkatkan kembali kualitas dan sumber daya pengajarnya. Dengan begitu, generasi muda yang mengenyam pendidikannya memiliki mental yang baik dan siap dalam bersaing di babak revolusi industri 4.0 ini. Karena bagaimanapun tantangan demi tantangan akan terus dihadapi dari waktu ke waktu.
Ditulis oleh:
Rizka Amelia Dwi Safira
Mahasiswa Departemen Teknik Geomatika
Angkatan 2019
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)