ITS News

Selasa, 12 November 2024
19 April 2020, 10:04

Dengan Taper Dielektrik, Mahasiswa ITS Optimalkan Performa Antena Mikrostrip

Oleh : | | Source : ITS Online

Rohim Aminullah Firdaus saat mempresentasikan hasil disertasinya pada Sidang Terbuka Promosi Doktor

Kampus ITS, ITS News — Antena yang merupakan komponen penting dari sebuah transceiver merupakan salah satu kunci perkembangan dunia telekomunikasi. Fakta tersebut mengilhami Rohim Aminullah Firdaus, untuk meningkatkan kekuatan sinyal yang dihasilkan antena mikrostrip dalam disertasi doktoralnya di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.

Rohim menjelaskan antena mikrostrip itu sendiri merupakan antena yang terbuat dari logam yang dipisahkan oleh bahan dielektrik. Rohim mengaku, ide untuk memodifikasi antena mikrostrip tersebut muncul karena jenis antena ini memiliki struktur yang ringan, biaya relatif murah, hingga mampu memancarkan dan menerima dalam range frekuensi tertentu.

Mahasiswa S3 Departemen Fisika ITS ini juga menjelaskan, antena mikrostrip yang telah dimodifikasi memiliki perbedaan dengan antena mikrostrip lainnya karena memiliki taper dielektrik sebagai komponen tambahan. Penggabungan antara antena mikrostrip dan taper dielektrik ini bertujuan untuk meningkatkan performa dari antena.

“Fokus dari antena ini adalah untuk pemancaran sinyal wifi,” jelasnya.

Tak hanya menambahkan taper dielektrik sebagai peningkat performa, laki-laki asal Lumajang ini juga meneliti variasi ketebalan taper dielektrik yang paling sesuai. Variasi ketebalan sendiri dikatakannya dapat menggeser frekuensi antena yang awalnya 1,3 Hertz menjadi 2,4 Hertz. “Karena 2,4 Hertz merupakan frekuensi antena Wi-Fi, jika frekuensi antena mikrostrip dapat digeser ke angka tersebut, performanya akan tentu akan meningkat,” klaimnya.

Tampak depan antena mikrostrip dengan taper dielektrik

Menurut Rohim, pergeseran frekuensi itu adalah keuntungan utama dari penelitiannya. Selama ini untuk menemukan frekuensi yang tepat, dibuatlah bermacam-macam desain antena yang baginya tidak efektif dan menghamburkan dana. “Kini dengan bisa menggeser frekuensi, tidak perlu membuat berbagai macam desain,” papar laki-laki kelahiran 1986 ini.

Selain dapat menggeser frekuensi, bapak satu anak ini mengungkapkan bahwa gagasan antenanya itu dapat pula mengubah nilai impedansi. Perubahan nilai impedansi itu menyebabkan perubahan menyeluruh pada parameter antena. Sebagai contoh, return loss (perbandingan sinyal yang dikirim dengan sinyal yang terpantul) dari suatu antena pun dapat diubah.

“Jika return loss dari suatu antena dapat kita turunkan maka sinyal yang dihasilkan akan menjadi semakin kuat,” tuturnya.

Lebih lanjut, alumnus S2 Departemen Fisika ITS ini juga mengklaim bahwa masih ada satu lagi keuntungan yang melekat pada gagasannya. Yakni dapat berubahnya polarisasi radiasi antena dari linier menjadi sirkular. Pola sirkular itu menyebabkan sinyal yang dipancarkan menjadi lebih kuat. “Dengan demikian, sinyal dapat saling menguatkan satu sama lain,” imbuhnya.

Dengan berbagai keunggulan tersebut, Rohim berhasil meraih gelarnya sebagai salah satu doktor lewat Sidang Terbuka Promosi Doktor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) yang digelar pada 12 Maret lalu. Berbicara soal penilitiannya ini, Doktor ke-28 Departemen Fisika ITS ini mengatakan bahwa antena tersebut sudah mampu untuk langsung digunakan untuk mengganti antena wifi komersial pada poin aksesnya. Hal itu karena konektor dari antena itu sudah sama seperti pada umumnya.

Di akhir wawancara, Rohim melanjutkan bahwa kedepannya akan terus mengembangkan lagi gagasannya. Ia mengaku akan lebih memvariasikan bahan dasar pembuatan antena dan juga memvariasikan bentuk sudut dari taper dielektrik. “Sehingga kelak akan tercipta antena yang bebas gangguan dan performa terbaik,” tandasnya. (ai/rur)

Suasana haru usai Sidang Terbuka Promosi Doktor

Berita Terkait