ITS News

Senin, 18 November 2024
19 April 2020, 23:04

Metode Ciptaan Mahasiswa ITS Ini Mampu Tingkatkan Stabilitas PLTB

Oleh : itsfat | | Source : ITS Online

Istiyo Winarno saat menjelaskan disertasinya.

Kampus ITS, ITS News — Begitu populernya energi baru terbarukan (EBT) tersebar atau Distributed Generation (DG) dalam satu dekade terakhir turut memunculkan permasalahan-permasalahan baru dalam pemanfaatannya. Oleh karena itu, tercetuslah gagasan untuk mengatur tegangan keluaran fluktuatif pada pembangkit EBT khususnya pada Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) dari mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).

Adalah Istiyo Winarno, mahasiswa Program Doktoral Departemen Teknik Elektro ITS yang melakukan penelitian terkait pengaturan tegangan keluaran fluktuatif pada PLTB dalam disertasinya. Istiyo mengatakan, keberadaan DG dalam sistem kelistrikan memiliki dampak positif terhadap kebersihan lingkungan karena tidak menghasilkan gas emisi dalam proses pembangkitannya.

“Selain itu penggunaan DG juga dapat menurunkan rugi rugi pada sistem kelistrikan,” tuturnya.

Kendati demikian, ia menjelaskan bahwa keberadaan DG juga memiliki dampak negatif berupa fluktuatifnya energi yang dibangkitkan oleh DG sesuai kondisi alam. Selain itu, sebagai salah satu jenis dari DG, PLTB memiliki karakteristik yang unik dibandingkan dengan beberapa pembangkit yang lain. Tegangan keluaran, daya aktif (P), dan daya reaktif (Q) dari PLTB bersifat berfluktuatif sepanjang hari.

“Hal yang disebabkan adanya fluktuasi kecepatan angin tersebut tentunya bukanlah suatu hal yang menguntungkan,” terangnya.

Diungkapkan oleh dosen Teknik Elektro Universitas Hang Tuah, bahwa masuknya PLTB ke sistem kelistrikan dalam jumlah besar berpengaruh pada profil tegangan serta kestabilan sistem. Untuk mengatur tegangan yang fluktuatif tersebut ia menggunakan pemasangan Static Var Compensator (SVC) tipe Thyristor Switced Capasitor-Tyristor Controlled Reactor (TSC-TSR).

“Digunakan TSC-TSR karena memiliki fleksibilitas pengendalian yang baik dan respon terhadap perubahan yang cepat,” jelasnya.

Bapak dari dua anak ini juga melanjutkan bahwa dalam penelitiannya performasi dari TSC-TSR ini ditingkatkan dengan metode Hybrid PI-Fuzzy Logic (HPI-FL). Metode gabungan antara pengendali Fuzzy Logic (FL) dan PI (Proportional-Integrative) memiliki kelebihan mampu menemukan parameter terbaik dari PI dan FL. Selain itu, metode tersebut dapat menghasilkan sebuah sistem pengendali yang mampu memberikan respon lebih baik dibandingkan dengan PI atau FLC yang berdiri sendiri.

“Penelitian ini memberikan kontribusi berupa rancangan sistem kendali TSC-TSR dengan metode HPI-FL,” rangkumnya.

Sebagai validasi terhadap efektifitas regulasi tegangan sistem, ia melakukan perbandingan metode kendali HPI-FL dengan metode PI konvensional, dan FL-based Self -Tuning PI (FST-PI). Hasilnya metode yang diusulkan, HPI-FL, terbukti mampu memberikan respon yang sangat baik. Pengaturan tegangan dengan metode HPI-FL memiliki performasi lebih baik sebesar 88,09 persen. Sedangkan nilai respon settling time-nya lebih baik sebesar 31,89 persen dan memiliki nilai rata-rata sebesar 69,72 persen.

Dengan berbagai keunggulan yang ditawarkan dalam penelitiannya tersebut, Istiyo berhasil meraih gelar doktornya pada Sidang Terbuka Promosi Doktor ITS yang dilangsungkan pada 4 Maret lalu. Ketika ditanya terkait implementasi dari penelitian yang dibimbing oleh Rektor ITS, Prof Dr Ir Mochamad Ashari MEng dan Heri Suryoatmojo ST MT PhD ini, Istiyo mengungkapkan masih perlu dilakukan kajian yang lebih mendalam terkait kehandalan dan keakuratan dalam mendeteksi beban dan lain sebagainya.

“Tugas kita sebagai akademisi untuk meyakinkan dan bersinergi dengan penyedia listrik dalam hal ini PLN untuk mengadopsi metode ini,” tuturnya. (fat/rur)

Berita Terkait