Kampus ITS, ITS News — Pemuda Kahfi yang terkenal dengan keimanannya layak menjadi cerminan hidup bagi umat muslim. Kisahnya yang diabadikan dalam Al-Qur’an surat Al-Kahfi ini mengajarkan kita untuk terus mengamalkan kebaikan.
Kisah pemuda kahfi menceritakan tujuh pemuda beriman yang hidup di zaman antara Nabi Isa AS dan Nabi Muhammad SAW. Bukan hanya sekedar pemuda biasa, mereka merupakan anak-anak dari para penguasa dan petinggi dari suatu kaum tempat mereka tinggal.
Menurut Ustadz Abu Takeru dalam kajian daring yang diselenggarakan Jamaah Masjid Manarul Ilmi (JMMI) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) beberapa waktu lalu, tempat tinggal para pemuda ini didominasi oleh rakyat yang bermaksiat. Selama balasan tahun para pemuda itu berjuang untuk menjalankan ibadah dan bertauhid kepada Allah secara sembunyi-sembunyi.
Ustadz dengan nama asli Rizal Fadli Nurhadi ini menjelaskan bahwa pada suatu hari, ketujuh pemuda itu secara serempak pergi menyendiri di suatu gunung dan duduk bersandar pada pohon besar. “Masing-masing dari mereka tidak sadar akan keberadaan yang lainnya karena diameter pohon tersebut amatlah besar,” tuturnya.
Akhirnya mereka saling berkenalan dan memahami bahwa mereka memiliki masalah yang sama. Mereka bersepakat untuk membuat tempat tersembunyi dimana mereka dapat beribadah tanpa merasa tertekan dan terganggu.
Nahas, suatu ketika tempat ibadah itu segera diketahui warga. Mereka pun ditangkap dan diadili. Raja kaum tersebut yang sangat murka, meminta mereka untuk segera keluar dari agama dan kepercayaan mereka. Ketujuh pemuda yang berakhir dipenjara itu diberi waktu semalam untuk mengambil keputusan. “Pilihannya antara keluar dari agamanya atau dibunuh,” terang ustadz yang biasa dipanggil Aa Rizal ini.
Tak ingin memilih keduanya, ketujuh pemuda itu kabur menuju suatu gua dengan membawa seekor anjing. Dengan kuasa Allah, ketujuh pemuda itu tertidur di dalam gua selama 309 tahun. Bahkan anjing yang dibawa itupun juga tertidur di bagian luar pintu goa. “Pada akhirnya, merekapun terbangun pada satu masa dimana semua penduduknya telah beriman kepada Allah,” ungkap Ustadz alumnus East Preston Islamic College..
Bagi Ustadz Abu Takeru, kisah Ashabul Kahfi mengajarkan umat muslim bahwa berdakwah adalah bentuk kesabaran. Meskipun kebaikan yang ingin disampaikan tak didengar, tetaplah bertahan hingga Allah memberikan bantuan. “Berlindunglah pada Allah dan hijrahlah jika tempat itu membahayakan nyawa kalian,” paparnya.
Berhubungan dengan pemuda masa yang kerap merasa tidak sesuai dengan lingkungan sekitar, Ustadz Abu Takeru berpesan untuk tetap sabar dan ikhlas. Senantiasa yakin bahwa suatu hari akan dipertemukan dengan kawan serta sahabat yang memiliki visi sama. “Sesuai dengan satu hadits yang memiliki arti Ruh-ruh bagaikan tentara yang tersusun. Jika saling mengenal maka akan bersatu, dan jika saling mengingkari maka akan berpisah,” pungkasnya. (ai/hen)
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di
Kampus ITS, ITS News — Sampah plastik sampai saat ini masih menjadi momok yang menghantui lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan