Kampus ITS, ITS News – Berangkat dari permasalahan sulitnya mencari laboratorium gigi untuk restorasi gigi atau pengembalian bentuk gigi seperti semula, mendorong empat mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) membuat sebuah inovasi terbaru. Lewat startup bernama 3Dentist, mereka membuat bisnis yang bergerak di bidang produksi gigi tiruan berbasis 3D Printer.
Keempat mahasiswa tersebut adalah Naufal Prawironegoro, Hasan Basalamah, Dirvan Purnomo, dan Syarifatul Aisyah. Melalui inovasi ini, mereka membantu untuk mengoptimalkan pengadaan gigi tiruan secara cepat dengan tetap memperhatikan keakuratan dari gigi tiruan yang dihasilkan.
Naufal Prawironegoro sebagai ketua tim mengatakan, 3Dentist ini merupakan bisnis yang menjual produk gigi tiruan dengan material porselen dan akrilik yang pembuatannya menggunakan teknologi berbasis 3D printer. “Pemilihan nama 3Dentist ini dipilih dari 3D untuk mewakili 3D printer dan dentist untuk mewakili gigi,” jelas mahasiswa Departemen Teknik Elektro ini.
Dikatakan Naufal, awal mula pembuatan startup ini berasal dari tugas kuliah yang mengangkat permasalahan orang tuanya yang kesulitan mencari laboratorium gigi untuk restorasi gigi. Sehingga terpikir untuk merealisasikan ide membuat startup yang bergerak di bidang produksi gigi tiruan yang dibuat dari 3D printer. “Tentunya dengan harga yang jauh lebih murah dari teknologi sekarang ini dipakai yakni semi automatic CAD/CAM,” terang Naufal.
Keunggulan yang ditawarkan oleh 3Dentist adalah biaya produksi pembuatan gigi yang lebih murah, waktu pembuatannya yang cepat dengan hasil yang lebih rapi, presisi, dan akurat. Bahkan tingkat kedetailannya mencapai skala 10 mikron atau setara dengan 10^(-6) meter.
Naufal mengungkapkan jika menggunakan 3Dentist maka hasil yang didapatkan lebih cepat bahkan dalam hitungan jam saja. “Karena jika dibandingkan dengan pembuatan secara manual di tekniker gigi itu bisa memakan waktu dalam hitungan hari dan harus sering melakukan kontrol ke dokter,” tambahnya.
Selain menggunakan material porselen dan akrilik, menurut Naufal, ke depannya produk ini akan terus dikembangkan dengan menjual gigi tiruan menggunakan material lain. Kemudian 3Dentist direncanakan juga akan menjual mesin 3D printer-nya, menjual resin, serta membuka jasa maintenance dan perbaikan mesin 3D printer.
Untuk pengembangan startup, ungkap Naufal, yakni dengan membagi tugas antar tim inti untuk menangani tugas tertentu. Seperti ada mahasiswa yang berperan sebagai business development untuk mengurus klien dan relasi ke investor. Ada hipster yang jago mendesain dari mulai media sosial, pitch deck, hingga proposal. Bagian teknis yang mengurus tentang operator mesin 3D dari mulai perakitan proses cetak pemilihan, pembelian bahan, serta penelitian dan perkembangan untuk peningkatan kualitas produk.
Naufal menyampaikan tantangan dalam pengembangan startup ini yakni karena tim memiliki latar belakang ilmu seperti elektro dan mesin, sehingga pengetahuan tentang gigi itu minim. Meskipun begitu, keempat mahasiswa ini mendapat bantuan dari dokter gigi yang memberikan transfer pengetahuan tentang alur kerja dari bisnis gigi tiruan.
Kemudian untuk kendalanya yaitu setiap orang memiliki karakteristik gigi yang berbeda-beda. Karena masih belum banyak pengalaman, sehingga Naufal dan tim masih terus belajar tentang kondisi gigi yang dibutuhkan pasien. “Mulai dari kekerasan tekstur gigi hingga pewarnaan yang sesuai,” papar Naufal.
Untuk proses pembuatan gigi tiruan ini dimulai dengan memindai 3D lalu file yang didapatkan dikonversikan dalam format .stl. Kemudian diunggah ke mesin yang sudah siap untuk mencetak dengan bahan yang telah disiapkan seperti porselen. Lalu mengatur pengaturan melalui software slicing 3D, jika sudah kemudian dicetak. “Setelah selesai, maka dilakukan finishing dengan menggunakan bahan cleansing,” imbuhnya.
Startup yang bisa diakses lewat 3dentist-info.com ini sudah diakui secara nasional, terbukti ketika berkompetisi dalam lomba bisnis bertajuk Win Your Future, 3Dentist menyabet juara ketiga kategori Universitas pada awal bulan Juli lalu. Naufal Prawironegoro bersama dengan Hasan Basalamah berhasil mengenalkan startup-nya dalam kompetisi yang diadakan oleh Universitas Prasetya Mulya.
Harapan Naufal, semoga bisnis ini bisa segera menetap, karena tim masih menyesuaikan produk hingga mencapai Minimum Viable Product (MVP) agar bisa diterima klien. “Yakni hingga mendapat produk baru dengan fitur yang sangat sederhana tetapi mampu memberikan hasil maksimal untuk klien,” pungkasnya. (naj/HUMAS ITS)
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)