Kampus ITS, ITS News – Pandemi COVID-19 tak menyurutkan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dalam mendukung kampanye Sustainable Developments Goals (SDGs). Khususnya dalam upaya ketahanan pangan keluarga, ITS melalui Unit Pengembangan Smart Eco Campus lantas menggelar webinar dengan tajuk Mari Berkebun di Rumah, pada Rabu (29/7) lalu.
Pemutusan rantai kemiskinan, pengurangan kesenjangan, serta perlindungan lingkungan merupakan kesepakatan bersama yang tertuang dalam SDGs. Dan webinar yang dimoderatori oleh Herdayanto Sulistyo Putro SSi MSi ini, kemudian hadir sebagai upaya perwujudannya dengan mendorong masyarakat untuk berkebun di rumah. Sebab dengan salah satu bentuk dari urban farming tersebut, harapannya mampu menjadi solusi pemenuhan kebutuhan pangan keluarga.
Bertindak sebagai narasumber, Sita Pujianto pun membagikan pengalaman bercocok tanamnya di kawasan urban dalam temu wicara daring ini. Menurut Sita, urban farming yang identik dengan lahan terbatas begitu penting untuk dipelajari. Mengingat tingginya biaya yang perlu dikeluarkan untuk memporoleh sayuran dan buah, terlebih yang organik. “Sehingga kita bisa melakukannya (urban farming, red) dimana saja, bahkan di teras rumah sendiri,” terang aktivis zero waste tersebut.
Lebih lanjut, Sita menjelaskan bahwa ada tiga kunci utama dalam melakukan urban farming, yaitu kondisi tanah, varietas tanaman, serta iklim. Dan jika menghendaki konsep organik, maka sesungguhnya elemen pentingnya ada pada kondisi tanah yang baik. Penggiat komunitas Jakarta Berkubun tersebut pun tak tanggung-tanggung kemudian mempraktikan cara meracik media tanam langsung dari teras kebunnya. Sita membeberkan proporsi tanah, sekam bakar, dan kompos yang baik adalah 1:1:1, dimana sekam bakar memiliki peran penting untuk mempermudah sirkulasi udara dalam tanah.
Selain media tanam, Sita juga menyinggung tentang hama pada tanaman. Sebagai indikator dari kualitas tanaman dan keseimbangan ekosistemnya, hama tidak sepatutnya dibasmi dengan menggunakan pestisida. Menurut Sita, solusi yang lebih tepat untuk menanggulangi permasalahan hama adalah dengan mencegah kedatangannya. “Untuk tanaman yang diserang hama sendiri, biasanya saya hanya potong beberapa daun yang diserang atau jika tidak memungkinan saya akan cabut keseluruhannya agar tidak mengganggu kehidupan tanaman yang lain,” ungkap Sita.
Di akhir presentasinya, Sita mengungkapkan hal yang terpenting saat melakukan urban farming di masa pandemi ini yaitu tujuan dari pelaksanaan kegiatan tersebut. Masyarakat diimbau untuk fokus kepada pemenuhan tumbuhan organik sesuai dengan kebutuhan. “Apabila berkebun karena memang untuk menyediakan ketersediaan pangan keluarga, kita dapat fokus kepada sayuran yang sering kita konsumsi,” pungkasnya.
Di sisi lain, Kepala Unit Pengembangan Smart Eco Campus ITS, Susi Agustina Wilujeng ST MT memberikan tanggapannya soal berkebun di rumah sebagai kegiatan yang banyak menyimpan manfaat. Tak hanya ikut menyokong kebutuhan pangan keluarga, berkebun di rumah juga bisa menjadi kontribusi bersama untuk meningkatkan kualitas lingkungan. “Harapannya, semua orang mau diajak berkebun dengan adanya manfaat-manfaat tersebut,” pungkas Susi. (jev/yok)
Kampus ITS, ITS News — Peningkatan masalah kesehatan kelamin, khususnya kanker serviks dan kutil kelamin, tidak diiringi dengan pemahaman
Surabaya, ITS News – Kenyamanan dan fungsionalitas menjadi aspek utama dalam desain bangunan yang ramah lingkungan, tak terkecuali bagi
Kampus ITS, Opini — Kontribusi ibu di dalam tumbuh kembang anak merupakan aspek yang krusial, terutama bagi mahasiswa baru
Kampus ITS, ITS News — Menyokong antisipasi terjadinya bencana serta terus berupaya mengedukasi masyarakat, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melalui