Kampus ITS, ITS News – Dunia pasca kampus merupakan hal yang ditakuti oleh para mahasiswa akan ketidakpastiannya. Namun menurut Shelvy Elvina Santoso pada acara Talkshow x Training for Job Seeker, ketakutan ini bisa diminimalisir dengan persiapan yang matang pada diri sendiri. Acara ini diselenggarakan Departemen Infrastruktur Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Sabtu (12/9) secara daring.
Shelvy, sebagai keynote speaker mengungkapkan, bekerja setelah lulus adalah pilihan yang bagus terutama bagi yang mencari stabilitas finansial. Namun, perkembangan diri merupakan sesuatu yang tak kalah penting. “Saya dulu merasa tidak berkembang dalam pekerjaan saya, oleh karena itu saya memilih melanjutkan pendidikan magister,” ucapnya.
Memilih untuk melanjutkan pendidikan tentu memunculkan masalah baru lagi, seperti biaya dan lama kuliah. Oleh karena itu, menurut Shelvy, beasiswa adalah solusinya. “Selain itu, wawasan mengenai bagaimana memilih pendidikan di luar negeri yang tepat sangatlah penting, sebab dapat menjadi jaminan bekerja setelah lulus,” ujarnya.
Shelvy menambahkan, bagi mahasiswa yang lulus tanpa memiliki pengalaman bekerja tak perlu risau karena tidak semua beasiswa mengharuskan pendaftarnya memiliki pengalaman kerja. Akan tetapi, pengalaman kerja dapat menjadi nilai tambah para pendaftar. “Seperti pada beasiswa yang saya ikuti ini, memiliki pengalaman kerja menjadi keuntungan tersendiri saat proses seleksi,” tambahnya.
Dalam memilih kampus di luar negeri, jelas Shelvy, calon mahasiswa perlu melakukan banyak pengecekan, salah satunya adalah ranking dan reputasi kampus. “Hal penting lainnya yang dilihat adalah reputasi dan supervisor jurusan serta kerjasama kampus dengan berbagai industri,” jelasnya
Hal tersebut yang Shelvy implementasikan saat mencari kampus di Negeri Sakura. Hematnya, Toyama Prefectural University merupakan kampus yang hebat dalam segi reputasi dan kerjasama industri. “Hal inilah yang menjadikan saya memilih kampus tersebut,” papar mahasiswa dengan riset resiko air di ibukota baru Indonesia ini.
Sebelum masuk ke kampus tersebut, tambah Shelvy, calon mahasiswa juga perlu melakukan riset terhadap supervisornya. Supervisor ini akan membimbing mahasiswa selama kuliah, sehingga perlu mengetahui kegiatan, kesibukan, dan keahliannya. “Supervisor saya memiliki banyak pengalaman, beliau bekerja di salah satu kementrian di Jepang, sehingga memiliki banyak jaringan,” celetuknya.
Alasan Shelvy memilih kuliah dan bekerja di Jepang adalah karena Negara Samurai ini termasuk dalam Top 3 Gross Domestic Product (GDP) sedunia, Selain itu, imbuh Shelvy, negara ini memiliki banyak permintaan kerja untuk para engineer. “Jumlah orang tua di Jepang tergolong banyak, sedangkan angka kelahirannya kecil. Oleh karena itu, kebutuhan engineer warga asing diperlukan disana,” sambungnya
Di akhir sesi, perempuan asal Surabaya ini memaparkan hal yang perlu dimiliki agar dapat kuliah di Negeri Burung Gagak ini adalah menguasai bahasa, lihai menggunakan komputer, memiliki banyak pengalaman di luar akademik, memiliki kemampuan yang menonjol, dan mengetahui budayanya. “Di awal, saya masih minim tentang Bahasa dan budaya Jepang, sehingga saya susah beradaptasi. Namun saya terus belajar untuk menyesuaikan diri,” tandasnya. (ri/qin)
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)
Kampus ITS, ITS News — Tim Spektronics dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali sukses mendulang juara 1 pada ajang
Kampus ITS, ITS News — Kurang meratanya sertifikasi halal pada bisnis makanan khususnya pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM),
Kampus ITS, ITS News — Perayaan Dies Natalis ke-64 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) telah mencapai puncaknya di Graha Sepuluh