Kampus ITS, ITS News – Prestasi membanggakan kembali diraih tim mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), kali ini dalam ajang Satria Data 2020 yang dihelat oleh Pusat Prestasi Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) dengan Institut Pertanian Bogor (IPB), pertengahan Oktober lalu. Tidak tanggung-tanggung, tiga tim dari ITS memborong juara dan berhasil menempati juara umum ketiga.
Pada kompetisi bidang statistika tingkat nasional ini, tim ITS berhasil memborong tiga kemenangan pada dua kategori perlombaan. Yaitu Best Creativity dan People’s Choice Award pada kategori Statistic Infographic Competition (SIC), serta the Most Efficient Algorithm pada kategori Big Data Challenge (BDC).
Adalah Ika Safitri, Fatimatuz Zahro, dan Palupi Nugraheni dari Departemen Aktuaria ITS yang berhasil mendapat penghargaan Best Creativity. Membawa topik Potensi Desa dan Ketahanan Pangan, ketiga mahasiswa angkatan 2019 ini sama sekali tidak menyangka akan meraih penghargaan. “Jujur ini pengalaman pertama aku dan tim ikut lomba infografis sih, dan kebetulan di antara dua temenku itu, yang satu memang punya kelebihan di desain gitu,” ungkap Ika Safitri.
Dengan bimbingan dosen dari Departemen Desain Komunikasi Visual (DKV) ITS, Putri Dwitasari ST MDs, ketiganya berhasil mengolah data yang disediakan panitia menjadi sebuah infografis yang menarik. Ika mengaku, proses pengolahan data sangat tidak mudah mengingat data yang diberikan panitia tidak segera diterima.
“Ternyata data yang diberikan itu nggak sesuai dengan ekspektasi dan tim. Waktu sudah mepet dan kami masih bingung mau mengolah datanya gimana. Karena pertama kali juga, jadi ya mikir judul saja lama banget,” tuturnya.
Mahasiswi ini merasa sangat berterima kasih kepada pembimbing kala itu. Ia dan tim merasa bersemangat menghadapi banyaknya kendala dan berhasil menyelesaikan infografis melalui bimbingan yang diberikan. Kendati terkendala waktu yang singkat, Ika pun bersyukur bahwa timnya masih bisa mengirim infografis sesuai tenggat waktu dan bahkan mendapatkan penghargaan Best Creativity.
Sementara itu, tim lain yang beranggotakan Dyah Ayu Adhasya Putri, Annisaa’ Rahmaah Nurul S, dan Rania Ayu Widyanugraheni mendapat penghargaan People’s Choice Award. Kategori itu didasarkan atas banyaknya warganet yang menyukai infografis di antara 30 tim yang terpilih dalam nominasi.
Membawa topik Covid-19, tim yang terdiri dari mahasiswa Departemen Aktuaria dan Departemen Arsitektur ini pun berhasil menguasai posisi pertama dengan jumlah penyuka di Instagram sebanyak 1.217 orang.
Serupa dengan tim sebelumnya, Dyah mengungkapkan bahwa dirinya tidak menyangka akan mendapat penghargaan People’s Choice Award. “Awalnya itu diumumin cuman lolos babak final, ternyata ada lagi nyusul SK nominasi tim buat kategori People’s Choice Award,” ujarnya.
Begitu masuk nominasi, Dyah dan kedua rekannya sangat mengandalkan relasi untuk menyukai dan membagikan infografis mereka. “Tentunya doa juga sih, karena bisa dapat like sebanyak itu juga atas bantuan siapa lagi kalau nggak Yang di Atas (Tuhan, red),” ucapnya penuh syukur.
Pada kategori Big Data Challenge diwakili oleh tim dari Departemen Statistika ITS. Tim yang beranggotakan Tiza Ayu Virania, Indah Maryama, dan Tabita Yuni Susanto ini memperoleh penghargaan the Most Efficient Algorithm.
Dalam babak penyisihan, Tiza dan kawan-kawan harus menyelesaikan permasalahan mengenai pengklasifikasian berita hoax sesuai dengan data yang diberikan. “Kita diberi dua data, data latih dan data uji. Kita hanya bisa membuat model dari data latih, kemudian model yang didapat dari data latih digunakan untuk memprediksi data uji,” terang Tiza.
Mahasiswi angkatan 2017 itu menjelaskan, semua tim diberi tiga kali kesempatan untuk mengirimkan hasil prediksi data uji. Dengan metric score, hasil prediksi tim langsung ditampilkan. Peringkat sementara pun dapat segera langsung diketahui. “Kami melakukan dua kali submit,” akunya.
Pada submit pertama, ungkap Tiza, timnya masih bisa berada pada peringkat ke-7, hingga beberapa hari selanjutnya peringkat mereka jadi turun. “Di situ kami berusaha keras untuk mendapatkan model yang terbaik,” ujarnya.
Dibayang-bayangi oleh kemerosotan peringkat, tim yang menggunakan metode lasso logistic regression ini mencoba memperbaiki regulasi dan perbaikan preprocessing text pada model mereka. Berubah-ubahnya peringkat menyebabkan tim ini was-was dan rajin menengok papan nilai. “Saat penyisihan semuanya bisa saja terjadi, soalnya bisa lihat kapan mereka yang sudah di dalam 10 besar tersisihkan dan kapan mereka aman. Jadi semua punya kemungkinan buat menggeser ranking yang lain,” tambah Tiza.
Menduduki peringkat empat, Tiza dan tim melaju ke babak final. Pada babak ini, dilakukan presentasi beserta demonstrasi program analisis. Sesi tanya jawab pun berjalan lancar, meskipun terdapat satu juri yang kurang puas dengan jawaban tim. Semua ketakutan pun tersingkirkan begitu penganugerahan berlangsung. “Ketika nama kami disebutkan kami terkejut dan terharu. Nggak menyangka akan mendapatkan penghargaan the Most Efficient Algorithm,” ungkapnya.
Keberhasilan ketiga tim ini tidak menghentikan harapan mereka untuk kembali membanggakan kampus pahlawan ini. “Ke depannya, kami harus mempersiapkan sejak dini untuk mengikuti perlombaan agar dapat menghasilkan karya dan hasil lebih baik. Kami berharap mendapat juara dan dapat mengharumkan nama baik almamater yang tercinta ITS,” harapnya yang diamini semua anggota tim. (dya/HUMAS ITS)
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)