Kampus ITS, ITS News — Sampah masih menjadi isu menarik dalam perencanaan kota. Pasalnya, pengolahan sampah sangat dibutuhkan untuk menunjang terbentuknya kota hijau. Untuk itu, Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota Institut teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggandeng Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Timur guna membahas pentingnya penerapan konsep pengelolaan sampah dalam perencanaan kota.
Mengawali materinya, Wagub Jawa Timur, Dr H Emil Elestianto Dardak B Bus M Sc, menyampaikan bahwa pengolahan sampah tidak dapat dipisahkan dari perencanaan suatu wilayah. Terlebih, berkembangnya penduduk maupun industri berdampak pada meningkatnya jumlah sampah. “Pengolahan ini menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah, yang dalam implementasinya memerlukan keterlibatan antar semua elemen masyarakat,” tuturnya.
Pengelolaan sampah telah tertuang dalam Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 106 Tahun 218. Di dalamnya tercantum undang-undang pengelolaan sampah yang ada di darat maupun laut. Mulai dari pelaksanaan 3R (reuse, recycle, reduce), hingga penganugerahan piala adipura. “Undang-undang tersebut sebagai regulasi untuk mendukung terwujudnya kesehatan masyarakat dan lingkungan yang berkualitas,” sambung Pria yang akrab disapa Emil ini.
Emil menambahkan, selain yang disebutkan dalam Pergub Jawa Timur, ada beberapa konsep pengelolaan sampah yang dapat diterapkan oleh masyarakat. Pertama ialah zero waste. Zero waste atau meniadakan sampah, menekankan pada perilaku yang bijak dalam menggunakan barang sekali pakai guna mengurangi jumlah sampah. “Apalagi konsep ini cenderung dapat berkembang dengan baik, khususnya di kalangan anak-anak muda milenial,” paparnya.
Konsep kedua yang dapat digunakan ialah technology approach. Konsep ini meliputi pekerjaan mengumpulkan, mengangkut, dan membuang sampah secara efektif. Dalam penerapannya dapat dilakukan melalui pengembangan teknologi pengelolaan sampah. Sehingga, dalam pengaplikasiannya membutuhkan biaya yang cukup mahal. “Contoh negara yang cukup baik menerapkan sistem ini adalah Singapura,” ujar mantan Bupati Trenggalek ini.
Selain dua konsep di atas, hadir pula circular economy yang menjadikan sampah sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi. Menurutnya, konsep ini sangat ideal diterapkan di negera berkembang yang membutuhkan pertumbuhan ekonomi. “Caranya, dengan melakukan daur ulang sampah menjadi produk layak jual,” tutur peraih gelar Doktor Ekonomi Pembangunan termuda di Jepang dari Ritsumeikan Asia Pacific University ini.
Di akhir materi yang disampaikan pada webinar Planopolis ini, Emil mengingatkan bahwa ada banyak hal kecil yang dapat dilakukan oleh semua lapisan masyarakat untuk meminimalisir jumlah sampah. “Seperti membawa botol minum untuk mengurangi penggunaan botol sekali pakai, hingga membawa tas belanja sendiri,” pungkasnya. (sin/hen)
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)