Kampus ITS, ITS News – Kondisi sektor pertambangan batubara di Indonesia pada masa pandemi ini menjadi perhatian tersendiri bagi Wahyu Nur Hidayatun Nisa, mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Melalui artikel yang berjudul Pelayaran Batubara Indonesia Bangkit dari Belenggu Pandemi, ia menyoroti fakta terkini hingga cara kebangkitan sektor tersebut khususnya pada bidang pelayaran batubara.
Wahyu menjelaskan bahwa sektor batubara kini sedang dalam kondisi kelebihan pasokan, di mana jumlah pasokan tetap tapi jumlah permintaan menurun drastis. “Hal ini membuat banyak kapal yang menganggur dan digunakan untuk penyimpanan saja,” ujar mahasiswa Departemen Teknik Transportasi Laut ITS ini.
Lanjut Wahyu, saat ini harga batubara yang merupakan salah satu komoditas utama nonmigas Indonesia ini terus menurun setiap bulannya. Kendati demikian, adanya biaya tetap dan biaya variabel dalam dunia pelayaran, konstan memerlukan pemenuhan baik kapal dalam kondisi beroperasi atau tidak. ”Biaya tetap ini terdiri dari capital cost atau modal dan operating cost seperti gaji anak buah kapal, administrasi, maintenance, dan asuransi,” paparnya.
Menyikapi hal tersebut, menurut mahasiswi asal Blitar ini, kini Indonesia perlu menerapkan strategi anyar nan jitu untuk menutupi kebutuhan wajib tersebut. Ia menggagas baik strategi jangka pendek maupun strategi jangka panjang. Strategi jangka pendek antara lain Strategi Integrasi yang meliputi strategi horizontal maupun vertikal.
Gadis kelahiran 1998 ini menerangkan bahwa dalam strategi jangka pendek tersebut, perlu untuk mengoptimalkan beberapa hal. Di antaranya yakni opportunity voyage, bekerja sama dengan perbankan, negosiasi kontrak bagi charterer, menggandeng pemerintah, hingga mengefisiensikan perawatan kapal.
Kemudian untuk strategi jangka panjang, Wahyu memaparkan sebanyak tiga poin utama. Diawali dengan membuka pasar baru, melakukan efektivitas penggunaan armada, hingga mengganti terms pembiayaan dari Free on Board (FOB) menjadi Cost, Insurance & Freight (CIF). “Dengan CIF, tidak hanya penyerahan barang di atas kapal, namun ongkos angkut dan premi asuransi sudah dibayar sampai ke pelabuhan tujuan,” tuturnya.
Dengan perubahan menjadi CIF, Wahyu menganalisis bahwa total biaya akan menjadi lebih sedikit dibanding dengan FOB. Meski begitu, tetap diperlukannya strategi lain yakni membidik pasar untuk komoditas yang dapat dibawa oleh kapal sebagai muatan balik ke Indonesia agar penurunan biaya dapat lebih maksimal. “Semua strategi jangka panjang ini dapat dilakukan oleh pelaku usaha yang dapat digunakan untuk mendongkrak lagi pendapatannya pascapandemi,” ungkapnya.
Melalui artikel yang telah mengantarkan Wahyu menjadi juara II dalam ajang Databooks Competition 2020 pada 25 September lalu ini, ia berharap dapat mengedukasi masyarakat akan besarnya potensi batubara sebagai kunci utama listrik di Indonesia maupun dunia. Pun menjadi pertimbangan pihak-pihak terkait untuk bersama-sama bangkit dari belenggu pandemi ini. “Target dari artikel ini adalah para pengambil kebijakan yakni pemerintah, perbankan, dan terutama industri pelayaran batubara,” tandasnya. (ai/HUMAS ITS)
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)