Kampus ITS, ITS News – Adanya keresahan akan banyaknya masyarakat usia 5-29 tahun yang rentan mengalami kecelakaan, mendasari tiga mahasiswi Departemen Teknik Informatika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) untuk menggagas inovasi berupa game puzzle card bertemakan edukasi lalu lintas. Game bernama My Driving Academy tersebut dirancang oleh Btari Aliya Tsabitah, Erlinda Argyanti Nugraha, dan Anggun Wahyuni yng tergabung dalam Tim Sinpsher.
Tim ini mendapatkan ide untuk membuat game edukasi lalu lintas yang menarik, dengan harapan supaya anak-anak yang memainkan game ini lebih sadar akan pentingnya etika berlalu lintas. “Kami juga ingin menanamkan sikap berpikir sebelum bertindak pada game kami yang bisa dilihat dari mekaniknya,” ujar Btari Aliya Tsabitah atau yang akrab disapa Tari.
Selaku ketua tim Sinpsher, Tari mengungkapkan bahwa dalam My Driving Academy ini pemain akan berperan sebagai pengemudi. Nantinya pemain harus menyelesaikan level yang ada dengan mencapai titik-titik tujuan destinasi yang disimbolkan dengan pinpoint berwarna merah. Selanjutnya, untuk bergerak pemain harus menggunakan kartu pergerakan yang terletak di tengah bawah layar. “Dan kartu-kartu tersebut harus disusun pada wadah kartu di atasnya untuk menentukan arah pergerakan,” jelasnya.
Dikatakan Tari, game ini juga dilengkapi dengan tombol GO yang terletak di kanan wadah untuk pemain bisa mulai mengemudi. Sehingga dari proses penyusunan kartu dan menekan tombol GO tersebut mobil pemain akan bergerak sesuai kartu-kartu yang sudah disusun. “Mekanik drag-n-drop card yang diterapkan ini dibuat agar tidak hanya mengajari mengenai edukasi etika berlalu lintas, namun juga mengajari cara menyusun strategi dan rute paling efektif untuk sampai ke tujuan,” ungkapnya.
Mahasiswi asal Kota Malang ini juga menjelaskan bahwa My Driving Academy buatan timnya memiliki beberapa rintangan yang seringkali ditemui di jalanan seperti halnya pada dunia nyata. Mulai dari roadwork atau perbaikan jalan, terdapat kendaraan lain, serta lampu lalu lintas dan orang yang menyebrang.
“Rintangan ini kami buat dengan tujuan agar bisa belajar tentang etika bersabar dan tertib lalu lintas dalam berkendara, sekaligus mengingatkan bahwa jalan juga digunakan oleh kendaraan lain sehingga mengharuskan pemain untuk berhati-hati dalam mengemudi supaya tidak terjadi tabrakan,” paparnya.
Lebih lanjut mengenai My Driving Academy, game ini juga dilengkapi beberapa fitur. Antara lain fitur health atau nyawa pemain yang menunjukkan sisa berapa lama pemain bisa memainkan game ini, fitur bensin yang menjadi batasan pergerakan pemain, dan juga terdapat fitur sabuk pengaman dalam bentuk toggle yang fungsinya untuk meningkatkan kesadaran pemain akan pentingnya memakai sabuk pengaman.
My Driving Academy ini juga memiliki scoring system, di mana terdapat tiga bintang yang bisa didapatkan oleh pemain. Masing-masing memiliki indikator tersendiri, yakni bintang pertama didapat apabila pemain mematuhi peraturan lalu lintas, bintang kedua didapat apabila pemain mengemudi dengan aman, dan bintang ketiga bisa didapat apabila pemain menghemat bensin.
Untuk pembagian kerja, Tim Sinpsher membagi sesuai keahlian masing-masing. Tari bertugas sebagai artis, membuat aset-aset di game, dan juga beberapa tampilan visual desain sebuah sistem (UI). Untuk Erlinda dan Anggun sendiri bertugas sebagai programmer. Lebih tepatnya, Erlinda membuat mechanic card-nya, serta tutorial, sedang Anggun membuat program pergerakan mobil dan rintangan-rintangan yang ada. “Pengerjaannya ini kami lakukan dari bulan Agustus hingga September serta terdapat penambahan-penambahan pada bulan Oktober lalu,” terangnya.
Ditanya mengenai kendala, Tari membeberkan bahwasannya waktu pengerjaanlah yang menjadi kendala terbesarnya. Sebab Tim Sinpsher mengerjakan bagian game My Driving Academy ini di rumah masing-masing. Lalu nantinya pekerjaan masing-masing tersebut diintegrasikan melewati github (layanan host web bersama untuk proyek pengembangan perangkat lunak yang menggunakan sistem kendali versi Git dan layanan hosting internet).
“Nah terkadang ada masalah-masalah dalam menggabungkan pekerjaan kami, sampai kami membuat sebuah repository baru karena ada masalah, padahal sudah berjalan 40 persen di repository yang lama,” jelasnya.
Namun kendala-kendala tersebut, menurut Tari, dapat diatasi dengan baik atas bantuan dosen pembimbingnya yakni Hadziq Fabroyir SKom PhD. Selain itu, mahasiswi angkatan 2018 ini juga menyebut bahwa terdapat juga bantuan dan dukungan dari dosen Lab Grafik, Interaksi, dan Game (GIGa) Departemen Teknik Informatika, Imam Kuswardayan SKom MT dan Siska Arifiani SKom MKom.
Dengan adanya bantuan penuh itu pun, Tim Sinpsher akhirnya juga berhasil menorehkan prestasi di kompetisi akbar bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), yakni di ajang Pagelaran Mahasiswa Nasional bidang TIK (Gemastik) XIII 2020 yang digelar di Universitas Telkom, beberapa waktu lalu. Tim ini berhasil menyabet emas pada kategori perlombaan Pengembangan Aplikasi Permainan.
Di akhir, Tari berharap dengan hasil yang didapat Tim Sinpsher ini bisa menginspirasi teman-teman perempuan lain supaya mereka tidak berpikir kategori perlombaan Pengembangan Aplikasi Permainan hanya berisikan laki-laki saja. Tari juga berharap, My Driving Academy ini bisa menjadi sarana pembelajaran bagi anak-anak sejak usia dini tentang etika berlalu lintas.
“Harapan kami, Tim Sinpsher bisa melanjutkan dalam mengembangkan game-game lain dan kembali berkompetisi di Gemastik tahun depan,” pungkas mahasiswi yang tergabung dalam admin Lab GIGa ini. (bob/HUMAS ITS)
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)