ITS News

Rabu, 02 Oktober 2024
15 November 2020, 07:11

ISOCEEN 2020 Soroti Dampak Tsunami dan Kualitas Air Laut

Oleh : | | Source : ITS Online

Prof Dr Eng Hitoshi Tanaka saat memaparkan hasil penelitiannya pada ISOCEEN 2020

Kampus ITS, ITS News — Menginjak tahun kedelapan, International Seminar on Ocean and Coastal Engineering, Environmental, and Natural Disaster Management (ISOCEEN) kembali hadir mengangkat ragam persoalan maritim. Digelar dua hari hingga Rabu (28/10), seminar ini menyoroti kualitas air laut serta dampak tsunami terhadap pantai.

Pembicara seminar, Prof DrEng Hitoshi Tanaka mengungkapkan jika tsunami dapat menyebabkan perubahan yang sulit diperbaiki pada morfologi pantai. Hal tersebut lantaran setelah terjadi tsunami, pantai akan mengalami fenomena erosi di atas kondisi normal. “Di mana meskipun telah diperbaiki, dampak perubahan morfologi ini akan tetap terlihat,” ujar Hitoshi, sapaannya.

Menurut profesor Tohoku University Jepang ini, tegangan geser dasar yang diakibatkan oleh tsunami dapat dievaluasi menggunakan koefisien gesekan berupa Manning’s n dan Darcy-welbach’s f. Lebih dalam lagi, ia menyatakan bahwa terdapat masalah lain berupa belum ditemukannya solusi hukum friksi yang tepat digunakan dalam simulasi tsunami di perairan yang berbeda jenis. 

Direktur Senior International Activities Center (IAC) ini melanjutkan, wilayah perairan dangkal dapat ditangani dengan menggunakan faktor friksi Manning. Akan tetapi, ketika menyimulasikan tsunami di perairan dalam, akan memerlukan penggunaan model k-omega. “Ini untuk menghitung kecepatan dan tegangan geser dasar laut yang dihasilkan dari kejadian tsunami,” tutur Hitoshi.

Oleh karenanya, Hitoshi menyimpulkan bahwa dalam simulasi di tiga area berbeda, akan memerlukan penggunaan hukum friksi yang berbeda pula. “Di mana pada area dangkal dapat menggunakan hukum friksi stabil, sedangkan area transisi hingga dalam memerlukan hukum gesekan gelombang,” ujarnya.

Assoc Prof Dr Eng Ahmad Sana saat memaparkan materinya pada ISOCEEN 2020

Dalam kesempatan berbeda, pembicara lain, Assoc Prof Dr Eng Ahmad Sana mengulik seputar konservasi perairan laut dalam. Ahmad, sapaannya, menyampaikan bahwa perairan laut di negara Oman memiliki 12 titik fasilitas pemantau kualitas air laut tersendiri. Ia mengungkapkan bahwa parameter yang perlu diukur oleh fasilitas tersebut ialah temperatur, salinitas, oksigen terlarut, Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), hingga kadar logam beratnya.

Menurut asisten profesor Sultan Qaboos University Oman ini, parameter tersebut penting untuk diperhatikan. Hal ini lantaran, perubahan parameter yang tidak sesuai dengan batas normalnya akan berdampak negatif. “Salah satunya ialah, oksigen terlarut dalam kadar kurang dari dua miligram per liter dapat mengancam organisme laut,” jelasnya.

Ahmad melanjutkan, guna mengontrol kondisi perairan laut, ia bersama rekan penelitinya cenderung menggunakan small research vessel yang tersebar beberapa meter di setiap sisi pantai terkait. Setelah alat tersebut didiamkan selama dua hingga tiga bulan, peneliti dapat mengambil sampel lingkungan. “Sampel ini yang kemudian dapat kami analisis di laboratorium,” imbuhnya.

Pengajar ini menambahkan bahwa seluruh penelitian kualitas air yang ia dan timnya lakukan dibiayai penuh oleh pemerintah negaranya. Hal ini lantaran, pemerintah Oman memiliki ketertarikan untuk menjadikan wilayah perairan sehat dan layak huni bagi organisme lautan. Tidak sia-sia, hasil dari ketekunan tim peneliti membuahkan hasil berupa perairan Oman yang lebih terpantau sehat. “Contohnya, konsentrasi logam berat di perairan kami jauh dari angka standar global,” pungkasnya bangga.

Selain dua pemateri tersebut, seminar milik Departemen Teknik Kelautan (DTK) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) ini juga mengangkat beberapa topik bahasan lain. Di antaranya ialah seputar iklim atmosfer dan ketahanan nasional dengan pendekatan transdisiplin. Kedua materi tersebut dibawakan oleh peneliti dari Institute of Water Education (UNESCO-IHE) Delft Belanda, Assoc Prof Alvaro Semedo PhD serta dosen Qatar University, Prof Ts Dr M Faris Khamidi. (ai/dik)

Ketua Pelaksana ISOCEEN 2020, Suntoyo PhD saat menyampaikan sambutannya

Berita Terkait