ITS News

Minggu, 17 November 2024
18 November 2020, 01:11

MKPI ITS Gugah Kesiapsiagaan Masyarakat Menghadapi Potensi Bencana

Oleh : itsram | | Source : ITS Online

Para peserta Srawung edisi lima yang berlangsung Sabtu 7 November 2020

Kampus ITS, ITS News – Masyarakat Indonesia sempat digemparkan dengan pemberitaan potensi bencana tsunami yang besar di Pulau Jawa. Menanggapi hal tersebut, Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (MKPI) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menghelat diskusi ringan mengenai potensi gempa dan tsunami di Jawa Timur guna menggugah kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi potensi bencana.

Terletak pada kawasan Cincin Api atau ring of fire membuat Indonesia memiliki beragam potensi bencana.Sejarah mencatat, sejak awal abad ke 20, pantai selatan Jawa telah dilanda 20 kali tsunami yang dipicu oleh gempa bumi. Wilayah yang pernah dilanda tsunami tersebut adalah Pangandaran, Kebumen, Purworejo, Bantul, Tulungagung, Jember, dan Banyuwangi. Oleh sebab itu, Indonesia terus mendorong penelitian mengenai kebencanaan, hingga baru-baru ini terlahir temuan potensi tsunami dengan ketinggian 20 meter. 

Adjie Pamungkas ST MDevPlg Plg, Kepala Pusat Penelitian MKPI ITS menyebutkan bahwa kondisi yang timbul pasca dirilisnya hasil temuan potensi tsunami 20 meter tersebut menimbulkan kehebohan di masyarakat. Kehebohan ini menurut Adjie, merupakan cerminan dari ketidaksiapan masyarakat dalam menghadapi bencana yang mungkin terjadi. “Kendati berada di daerah ring of fire, masih banyak orang yang belum familiar dengan potensi bencana Indonesia,” tuturnya.

Untuk mencegah kehebohan yang terus berlanjut dan justru mengarah ke kondisi yang negatif, Adjie bersama tim MKPI ITS merasa perlu adanya klarifikasi dan penjelasan kondisi riil Indonesia, terutama di Jawa Timur. Untuk itu, MKPI mengadakan diskusi ringan bertajuk Srawung yang mengundang Prof Ir Dwikorita Karnawati MSc PhD, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), pada 7/11 lalu. 

Dwikorita menjelaskan bahwa secara umum wilayah Jawa Timur memiliki potensi sumber gempa berupa megathrust yang berada di selatan Pulau Jawa dan patahan aktif yang terletak di daratan Pulau Jawa. Merinci pada potensi gempa yang diakibatkan oleh sumber megathrust, besar kekuatannya mencapai skala 8,9 magnitudo. Menurut hasil simulasinya, jika titik sumber gempa berada pada 250 kilometer dari garis pantai, dapat terjadi tsunami yang ketinggiannya bervariasi pada tiap daerah. “Daerah dengan potensi ketinggian tsunami terbesar adalah Blitar yang mencapai 15 meter,” jelas Dwikorita. 

Prof Ir Dwikorita Karnawati MSc PhD memaparkan hasil simulasi tsunami berdasarkan modelling tsunami TOAST-BMKG pada acara Srawung oleh MKPIBahkan, pada simulasi yang dilakukan oleh Institut Teknologi Bandung (ITB), tsunami yang dapat ditimbulkan bisa mencapai 20 meter di wilayah pantai selatan Jawa bagian barat. Tak dapat dipungkiri, fakta tersebut memang sangat mengejutkan bagi seluruh masyarakat. Namun, Adjie menekankan bahwa simulasi yang dilakukan pada penelitian kebencanaan selalu memakai skenario terburuk atau worst scenario. “Hal ini dilakukan agar upaya pencegahan dapat maksimal sehingga kerugian dapat ditekan,” ujarnya.

Lebih lanjut, Adjie menyebutkan bahwa sangat penting bagi kita untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi potensi bencana tsunami ini. Kesiapsiagaan dapat dimulai dari pemahaman atas informasi potensi bencana yang beredar di masyarakat secara bijak. Termasuk memastikan sumber informasi harus berdasarkan sumber-sumber terpercaya. Maka, di sinilah peran pendidikan kesiapsiagaan terhadap potensi bencana menjadi tahapan yang utama. 

Menyadari upaya edukasi potensi dan langkah mitigasi bencana kepada khalayak umum membutuhkan banyak pihak yang bekerja sama, pada perhelatan Srawung edisi kelima ini, MKPI menggandeng guru-guru geografi di tingkat sekolah menengah atas (SMA) di Jawa Timur. Lantaran menurut Adjie, guru merupakan agent of education yang dapat berperan dalam mengedukasi  para peserta didik sekaligus mengintegrasikan unsur kesiapsiagaan bencana ke dalam sistem pendidikan di level SMA. 

Untuk memaksimalkan kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana, Adjie menyampaikan bahwa akan ada lanjutan pembahasan Srawung berikutnya yang berfokus pada langkah konkrit dalam mitigasi bencana. pada 21 November 2020 mendatang. “Pada edisi keenam nanti kami akan mengundang Dr Irawan Tani, Ketua Tim Surabaya Earthquake Preparedness Project – Mott MacDonald sebagai pembicara,” ujar Dosen Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota ITS ini. 

Terakhir, Adjie menyampaikan bahwa diselenggarakannya kegiatan ini merupakan bentuk kepedulian MKPI ITS untuk meningkatkan kapasitas mitigasi bencana dengan pendekatan peningkatan kesadaran masyarakat. ”Dengan harapan, korban dan kerugian yang timbul pada peristiwa bencana di masa yang akan datang dapat menurun secara signifikan,” pungkasnya. (ram/hen)

Berita Terkait