ITS News

Selasa, 30 Juli 2024
18 November 2020, 17:11

Paselum, Solusi Pemasaran UMKM di Era Digitalisasi Gagasan Mahasiswa ITS

Oleh : itsmis | | Source : www.its.ac.id
Tampilan aplikasi Paselum yang diinovasikan oleh Maya dan timnya untuk ajang LKTIN PRE di Universitas Jember

Tampilan aplikasi Paselum yang diinovasikan oleh Maya dan timnya untuk ajang LKTIN PRE di Universitas Jember

Kampus ITS, ITS News – Adanya pembatasan kegiatan dengan tujuan untuk mengurangi penyebaran virus Covid-19 saat ini, menyebabkan banyak Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia sepi konsumen bahkan akhirnya gulung tikar. Melihat fenomena tersebut, tiga mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menginovasikan aplikasi pemasaran produk digital berbasis Syariah Service bernama Pasar Elektronik UMKM atau Paselum sebagai upaya membantu keberlangsungan ekonomi UMKM.

Dalam perekonomian Indonesia, UMKM adalah kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar. Total UMKM di Indonesia per 2019 menurut data di Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop dan UKM) adalah sebanyak 59,2 juta. Dengan jumlahnya yang masif ini, UMKM mampu menyumbang 60 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia. Namun UMKM saat ini sedang diterjang krisis akibat adanya pandemi Covid-19 yang belum kunjung usai.

Pada masa pandemi Covid-19 ini, teknologi memang menjadi alternatif utama bagi UMKM untuk berkembang. Disebutkan oleh Maya Kencana Wulandari bahwa digitalisasi sudah menjadi keharusan bagi UMKM. “Covid-19 telah memaksa UMKM beralih ke digital untuk memastikan kelangsungan dan ketahanan bisnis,” jelas Maya.

Berdasarkan kondisi tersebut, Maya bersama dua rekannya, Arjun Aksan dan Shabrina Nur Lathifatul Afifah, mencoba menginovasikan aplikasi pemasaran produk secara digital bernama Paselum. Paselum merupakan aplikasi yang bisa menjadi wadah pemasaran produk UMKM yang berbasis syariah. Sistem yang dipakai adalah bagi hasil, di mana pelaku UMKM akan dipungut biaya tiga persen di tiap penjualannya.

Sebelumnya, sistem yang dikembangkan Maya dan timnya menggunakan metode berlangganan tiap bulan dengan tarif Rp 25.000. Namun biaya ini akan memberatkan pelaku UMKM yang mungkin belum mendapatkan pesanan dalam satu bulan. Jalan tengah yang diambil adalah dengan menggunakan sistem baru dengan memotong tiga persen dari tiap transaksi yang berhasil dilakukan oleh pelaku UMKM. “Sehingga pelaku UMKM tidak dikenakan biaya jika memang tidak mendapatkan pesanan,” jelas mahasiswi yang menggemari bidang kepenulisan ini.

Paselum juga menawarkan sistem yang dapat menjamin kepercayaan penggunanya. Maya menyebutkan bahwa UMKM yang dapat mendaftarkan diri ke sistem Paselum hanyalah UMKM yang terdaftar resmi pada Kemenkop. Selain itu, terdapat pula perjanjian di atas materai yang menjamin bahwa pelaku UMKM yang menawarkan barangnya pada Paselum tidak melakukan penipuan, seperti produk tidak sesuai dengan yang dijelaskan pada profil produk.

“Dan yang terpenting, Paselum tidak mengizinkan pelaku UMKM melakukan dropship. Sehingga semua produk yang dijual memang berasal dari pelaku UMKM yang menandatangani perjanjian itu,” tandas Staf Keilmiahan Himpunan Mahasiswa Statistika (Himasta) ITS ini.

(dari kiri) Shabrina Nur Lathifatul AfifahMaya, Kencana Wulandari, dan Arjun Aksan yang merupakan tim mahasiswa ITS penggagas Paselum

(dari kiri) Shabrina Nur Lathifatul AfifahMaya, Kencana Wulandari, dan Arjun Aksan yang merupakan tim mahasiswa ITS penggagas Paselum

Yang menarik dalam pengembangan aplikasi Paselum ini adalah metode yang partisipatif, sehingga model yang dihasilkan merupakan hasil dari buah pikiran banyak orang. Dijelaskan oleh Maya bahwa timnya menggunakan metode bernama uji organoleptik atau secara singkatnya merupakan cara pengujian dengan menggunakan indra manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan terhadap produk.

Uji organoleptik dilakukan dengan responden berupa pelaku UMKM sebanyak total 15 orang. Pelaku UMKM yang dipilih secara acak ini diminta memberikan tanggapannya mengenai tampilan, fitur, dan cara pengoperasian dari aplikasinya. Dari total tiga kali masa ujinya ke responden, untuk survei pertama didapatkan feedback perbaikan berupa perbaikan tata letak menu, tampilan beranda, penambahan fitur rating, dan tampilan live chat.

Pascasurvei kedua, Maya menyebutkan adanya perubahan lagi, yaitu penambahan menu profil, peringkasan data sign up, perbaikan tampilan pada maps, dan penyesuaian warna tema secara keseluruhan. “Finalisasi kami lakukan pada survei ketiga dengan memperbaiki hal-hal minor berupa perubahan tata letak tombol dan ukuran beberapa item,” terang mahasiswi Departemen Statistika ITS ini.

Dengan uji ini, lanjut Maya, dapat dipastikan aplikasi yang dikembangkan bisa lebih ramah pengguna sehingga memudahkan pengguna melakukan berbagai kegiatan di dalam aplikasi. Dengan inovasi aplikasi Paselum, ketiga mahasiswa ITS ini juga telah berhasil menyabet juara tiga pada Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) Nasional Pekan Raya Ekonomi yang diadakan oleh Universitas Jember, beberapa waktu lalu.

Di akhir, Maya menyebutkan bahwa saat ini ia dan timnya masih fokus dalam pengembangan aplikasinya. Tentu ada harapan bahwa aplikasi ini tidak berhenti di prototipe saja. Di hati ketiga mahasiswa ITS ini ada ambisi untuk menjadikan aplikasi ini bisa dipakai khalayak umum. (ram/HUMAS ITS)

Berita Terkait