Prof Dra Fatma MSi PhD dalam sesi tanya jawab Webinar K3L ITS
Kampus ITS, ITS News – Risiko kecelakaan di tempat kerja tidak dapat terelakkan oleh sang pekerja kapan pun dan di mana pun. Berlatar belakang hal itu, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengadakan Webinar Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) guna meningkatkan budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada Kamis (26/11).
Prof Dra Fatma MSi PhD selaku pembicara mengungkapkan bahwa komitmen manajemen dan pimpinan menjadi faktor kunci dari implementasi budaya K3L. “Komitmen ini dapat melahirkan sebuah kebijakan yang membawa seluruh bagian organisasi untuk mengimplementasikan K3L dalam berbagai sektor dalam lingkungan kerja,” lanjut wanita yang akrab disapa Fatma.
Menurut Fatma, bukan hanya soal komitmen pimpinan, dalam penerapan budaya K3L perlu komitmen seluruh pekerja untuk menjalankannya setiap hari. “Baik di sebuah industri ataupun dalam kampus, budaya K3L jangan hanya menjadi simbolis, namun nilai nilainya dapat dimiliki sekaligus diterapkan,” terang Kepala Disaster Risk & Reduction Center Universitas Indonesia ini.
Fatma melanjutkan, area kampus yang terbilang aman, ternyata masih terdapat banyak risiko kecelakaan kerja. Risiko tersebut dapat menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi setiap kampus sekaligus peluang untuk membangun sistem K3L menjadi lebih baik lagi. “Salah satu cara untuk membangun sistem yakni dengan melakukan pelatihan daring secara masif dan sistematis agar edukasi dapat menyasar seluruh pengguna fasilitas kampus,” ujarnya.
Namun, lanjut Fatma, tidak dapat dipungkiri bahwasanya sangat penting untuk melibatkan partisipasi dari semua pemangku kepentingan mulai dari pimpinan hingga mahasiswa untuk implementasi K3L. “Kita (pihak kampus,red) menjadi adviser atau supporter bagi semua pihak untuk menerapkan K3L karena merekalah inti dari penerapannya,” imbuhnya.
Sependapat dengan Fatma, Fernando Marpaung ST MSi, Kepala Bidang Keselamatan Infrastruktur K3L Universitas Gajah Mada (UGM) yang juga menjadi pembicara dalam acara ini menyampaikan, pentingnya partisipasi dari berbagai unit kerja. Hal ini dapat dilakukan melalui distribusi tugas dan tanggung jawab antar unit kerja. “Misalnya saja di Universitas Gajah Mada (UGM), personil keamanan turut menjadi ujung tombak pelaksanaan dan konsistensi implementasi K3,” tegas pria yang akrab disapa Nando.
Nando melanjutkan, pada implementasinya, semua level dalam kampus harus paham aspek K3L minimal memantau dan melaporkan bila ada kejanggalan mengenai K3L di kampus. “Nantinya, apabila terdapat kejadian yang berbahaya di kampus, maka petugas yang lebih kompeten akan langsung datang ke lokasi untuk membantu” katanya.
Dalam webinar yang digelar oleh Biro Umum dan Reformasi Birokrasi ITS ini, Nando membeberkan penerapan K3L dapat dimulai dari hal yang umum, seperti kontrol akses, konstruksi bangunan, pemeriksaan instalasi listrik, hingga pemasangan rambu K3 di segala fasilitas.“Dengan melakukan kontrol secara rutin dan memerhatikan hal kecil, K3L dapat terlaksana dengan baik,” lanjutnya.
Dalam konteks instalasi listrik, Kukuh Supramono ST, Direktur CV Teknologi Berjaya menegaskan bahwa pemeriksaan rutin instalasi listrik penting dilakukan. Hal ini tidak lain karena arus listrik tidak jarang menjadi suatu penyebab terjadinya kebakaran. “Penutupan bagian terbuka, seperti kabinet, fitting, dan konduktor wajib dilakukan dengan memasang isolasi maupun penutup dan harus sering untuk dipantau,” celetuk pria yang akrab disapa Kukuh.
Kukuh melanjutkan, perawatan kabel juga perlu diperhatikan. Biasanya kondisi kabel bergantung dari persentase pemakaiannya. Kendati standar umur kabel bisa mencapai lima belas tahun, menurutnya tidak ada salahnya untuk mengecek nilai tahanan isolasi kabel secara langsung dan membandingkan dengan standar. “Jika sudah dibawah standar, kabel itu harus segera diganti agar tidak membahayakan,” ujar alumni Teknik Elektro ITS ini.
Dalam lain kesempatan, Dr Adithya Sudiarno ST MT IPM ASEAN Eng menerangkan, kampus memang tidak melakukan produksi yang berisiko tinggi sebagaimana industri, akan tetapi masih banyak risiko bahaya yang muncul seperti kebakaran, sehingga K3L perlu digaungkan dan dikampanyekan agar lingkungan kerja menjadi lebih sehat, tertib, dan aman. “Bagaimanapun, keamanan itu sudah menjadi kebutuhan dasar dari seorang manusia,” tuturnya.
Lebih lanjut, pria yang akrba disapa Adith ini mengungkapkan bahwa ITS sudah mulai menggaungkan pentingnya K3 melalui penerapan Program 5S+S yang merupakan akronim dari Sisih, Susun, Sapu, Standar, Sinambung, dan Selamat. “Bisa dibilang untuk mencapai selamat dibutuhkan kesinambungan dari empat pilar utama yaitu sisih, susun, sapu, dan standar,” lanjutnya.
Dalam penerapan K3L secara riil, menurut Dosen Teknik Sistem dan Industri ini perlu ada komitmen, kepemimpinan, dan keterlibatan semua pengguna fasilitas kampus. Dimulai dari identifikasi bahaya, eliminasi bahaya, hingga melakukan pengamanan terhadap diri sendiri. “Jika semua cara sudah dilakukan dan bahaya tetap terjadi, maka solusi terakhir adalah melarikan diri dari bahaya,” tambahnya.
Ia pun membeberkan, dalam pengimplementasian K3L ini tidak ada waktu untuk beristirahat. Seluruh pihak harus terus bersiaga karena bisa jadi potensi bahaya dan efeknya akan selalu ada. “Dalam mencegah kecelakaan kerja, kita harus belajar dari orang atau institusi lain, sehingga tidak perlu mengalami kejadian yang sama. Tentunya disamping melakukan upaya, doa harus tetap digencarkan,” pungkasnya. (dya/qin)
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di
Kampus ITS, ITS News — Sampah plastik sampai saat ini masih menjadi momok yang menghantui lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan