ITS News

Jumat, 27 September 2024
10 Desember 2020, 19:12

Pentingnya Pengolahan Mineral Guna Dongkrak Perekonomian Negara

Oleh : itsri | | Source : ITS Online

Prof Dr Drs Djoko Hartanto MSi dosen Departemen Kimia ITS yang menjadi Guru Besar ITS ke 132

Kampus ITS, ITS News – Indonesia merupakan negara dengan sumber daya alam (SDA) yang sangat melimpah. Namun, pengelolaan berbagai jenis SDA yang didapat di Indonesia masih perlu di kembangkan, tak terkecuali pengelolaan mineral. Dalam Orasi Ilmiahnya, Prof Dr Drs Djoko Hartanto MSi menyampaikan pentingnya pengelolaan mineral ini dalam menopang perekonomian Indonesia.

Dosen Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) yang resmi menyandang gelar Guru Besar ke 132 ini menjelaskan bahwasanya demi mendongkrak ekonomi, mineral harus diolah sampai ke barang setengah jadi atau bahan jadi. Agar selanjutnya dapat digunakan secara langsung atau dimanfaatkan oleh berbagai pihak industri.

Secara umum, pria yang kerap disapa Djoko ini menyebutkan, terdapat tiga tahap dalam pengolahan mineral. Ketiga tahap ini terdiri dari tahap pengkonsentrasian, tahap ekstraksi, dan tahap pemurnian sebagai hasil akhirnya. “Inovasi dalam pengolahan bisa dilakukan dengan menyederhanakan tiap tahap atau mengubah suatu mineral menjadi mineral lain yang memiliki spesifikasi kritis dan nilai ekonomi tinggi,” tuturnya.

ITS sendiri, pada Laboratorium Kimia Material dan Energi (KME) Departemen Kimia telah mengupayakan riset terkait pengolahan mineral dengan memanfaatkan tailing dari tambang atau mineral yang ada di sekitar. Beberapa inovasi yang sedang dilakukan adalah proses perubahan tailing dari pasir besi dan aluminium menjadi berbagai macam Zeolite. “Zeolite ini yang diaplikasi sebagai adsorben, penukar ion atau sebagai katalis,” terang Djoko.

Prof Dr Drs Djoko Hartanto MSi saat menyampaikan orasi ilmiah mengenai penelitiannya dan rekannya

Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik (BPS), sampai bulan September 2020, total ekspor Indonesia sebesar 14 miliar USD dan impor sebesar 10 miliar USD dimana 15 persen nya merupakan komoditas mineral dan olahannya. Djoko melihat bahwa ini adalah motivasi bagi Indonesia untuk mengolah mineral dengan lebih baik. “Kita harus mampu memperbaiki kualitas ekspor dan berusaha memenuhi kebutuhan sendiri agar tidak impor,” ujar dosen Departemen Kimia ITS ini.

Djoko menyebutkan, salah satu contoh pengolahan mineral yang kurang baik terdapat pada pengolahan Zeolite. Fenomena yang terjadi saat ini adalah masyarakat langsung menjual Zeolite tanpa diolah terlebih dahulu sehingga menyebabkan harga jual yang sangat rendah. “Jika diolah dengan cara dimurnikan, maka dari Zeolite dapat muncul Mineral Clinoptilolite dan Mordenit,” lanjutnya.

Dosen kelahiran 1962 ini pun menambahkan, Mineral Clinoptilolite dan Mordenit memiliki daya jual yang tinggi dan dapat dimanfaatkan sebagai adsorben yang baik. “Contohnya bisa dipakai untuk pengolahan gas alam yang keluar dari sumur Natuna yang kadar CO2 nya lebih dari 40 persen,” paparnya.

Zeolite merupakan salah satu mineral yang sangat besar jumlah ekspor dan impornya di Indonesia sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan industri. Sejatinya, lanjut Djoko, pengolahan Zeolite dari Mineral Kaolin Bangka dapat meningkatkan nilai jual dari mineral ini. “Selain peningkatan harga, pabrik pembuatan zeolite tentu akan menyediakan lapangan pekerjaan serta menambah pendapatan negara berupa pajak,” lanjutnya..

Selain zeolite,Djoko menambahkan bahwa logam tanah jarang (LTJ) dewasa ini mendapatkan permintaan yang banyak dikarenakan material ini diperlukan dalam berbagai teknologi mutakhir yang sekarang dikembangkan. LTJ ini sendiri sangat melimpah di Indonesia. “Namun sayangnya, eksplorasi terhadap LTJ sendiri masih sangat baru di Indonesia,” herannya.

LTJ sering ditemukan sebagai mineral Bastnaesit, Zirkon, Monasit dan Xenotime yang banyak terdapat pada tailing tambang, endapan Aluvium, dan tanah laterit. “Pada pengolahan LTJ, perlu dilakukan pengkonsentrasian LTJ dalam mineral pembawanya,” imbuhnya. 

Selanjutnya, terang Djoko konsentrat akan diolah menjadi kandungan LTJ yang kemudian dimurnikan untuk menjadi bahan pada industri. “Pengkonsentrasian ini memerlukan teknologi yang canggih dan teliti, karena kandungannya cukup kecil,” tulis lelaki kelahiran Pacitan ini dalam naskah orasi ilmiahnya.

Beberapa waktu ini, Laboratorium KME Departemen Kimia ITS telah melakukan penelitian untuk mendapatkan metode pengolahan mineral dengan biaya yang lebih murah dan output dengan nilai ekonomi tinggi. Salah satunya yaitu pengolahan Kaolin Bangka menjadi Zeolite tanpa kalsinasi, dan melarutkan kaolin bangka dengan NaOH selama proses hidrotermal. “Proses ini akan mengurangi biaya dengan hasil yang berkualitas tinggi serta harga yang tinggi,” celetuknya.

Menurut Djoko, ITS pun telah melakukan banyak penelitian dan mempublikasikan 28 jurnal ilmiah terindeks scopus mengenai pengolahan mineral menjadi lebih ekonomis. “Semua ini tentunya dilakukan demi kemandirian negara Indonesia dalam menyediakan dan mengolah sumber daya alam, serta untuk mendongkrak perekonomian bangsa,” tambahnya.

Dengan melihat urgensi mineral dan perekonomian Indonesia, Djoko mengharapkan setiap perguruan tinggi khususnya ITS bisa menjadi pusat inovasi dalam pengolahan mineral yang lebih efektif dan efisien. “Ini bisa sangat menguntungkan untuk kita semua, ITS pun bisa menjadi penggagas manfaat mineral-mineral dan LTJ yang tersebar di Indonesia. hal ini penting untuk pembangunan perekonomian nasional,” pungkasnya. (ri/qin)

Berita Terkait