Kampus ITS, ITS News – Pemanfaatan angin sebagai pengganti energi penghasil listrik sudah mulai banyak dilakukan, namun karakteristik angin yang sangat fluktuatif membutuhkan sebuah media penyimpan energi yang sangat sensitif untuk merespon daya. Hal inilah yang diteliti oleh sejumlah mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) yang tergabung dalam Tim LIP1ST, tentang kemampuan superkapasitor sebagai alternatif pengganti baterai dalam menstabilkan daya (power smoothing) dari turbin angin.
Adalah Mohammad Arian Rahmatullah, Muhammad Haikal dan Ilul Rohman, tiga mahasiswa Departemen Teknik Elektro ITS yang mengangkat penelitian ini. Topik yang berangkat dari penelitian Laboratorium Instrumentasi, Pengukuran, dan Identifikasi Sistem Tenaga (LIPIST) Departemen Teknik Elektro ITS ini, berawal dari fakta adanya keterbatasan energi fosil di Indonesia saat ini.
Hal ini sesuai dengan keterangan yang disampaikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI Arifin Tasrif bahwa diperkirakan cadangan minyak bumi Indonesia hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sembilan tahun ke depan saja, dengan asumsi tidak ada penemuan cadangan energi fosil.
Selain itu, Ketua Tim LIP1ST Mohammad Arian Rahmatullah, menambahkan bahwa penelitian ini juga berlatar potensi energi angina di Indonesia yang cukup besar. Berdasarkan data Kementerian ESDM, potensi daya angin Indonesia mencapai 60.647 megawatt. Namun hingga saat ini, kurang dari 1/6 saja kapasitas dari yang terpasang yang telah dimanfaatkan. “Karena yang terpasang masih sedikit, jadi tidak kalah penting untuk dilakukan optimasi agar energi yang dihasilkan tidak terbuang sia-sia,” tutur mahasiswa yang akrab disapa Arian ini.
Ditambah lagi, penggunaan baterai sebagai media penyimpanan energi selama ini masih memiliki kekurangan. Tingkat fluktuasi kecepatan angin yang tinggi menyebabkan adanya daya yang kurang mampu ditangkap dengan baik oleh baterai sebagai media penyimpan energi. Kerapatan daya yang kecil pada baterai juga menyebabkan durasi yang lama untuk bisa terisi penuh.
“Baterai memiliki kemampuan charging dan discharging yang rendah, life cycle yang relatif pendek, serta mudah terbakar karena menggunakan proses kimiawi,” imbuh mahasiswa asal Sampang, Madura ini.
Oleh karenanya, lanjut Arian, diujilah sebuah media penyimpan energi yang memiliki tingkat kerapatan daya yang lebih besar, yaitu superkapasitor. Untuk mengujinya, dibuat pemodelan blok diagram pada perangkat lunak Mathlab Simulink. Terlebih dahulu, beberapa komponen seperti turbin angin, rectifier, controller boost, converter boost, converter bidirectional, controller bidirectional dan penyimpan energi disusun sedemikan rupa membentuk sebuah skema.
Selanjutnya, sambung Arian kembali, beberapa parameter seperti rated capacitance, rated voltage, initial voltage, operating temperature, dan lainnya juga diisi sesuai kondisi nyata di lapangan. Setelah itu, di-input-kan sebuah studi kasus dalam tiga kondisi, yakni kecepatan angin berubah dengan daya beban konstan, kecepatan angin konstan dengan daya beban berubah, dan kecepatan angin dengan daya beban berubah. “Baik baterai atau superkapasitor, keduanya kami uji daya charging dan discharging-nya dalam waktu yang sangat singkat, yaitu 5 detik saja,” ungkapnya.
Setelah diuji, penelitian yang dibimbing Vita Lystianingrum Budiharto Putri ST MSc PhD ini mendapati bahwa superkapasitor memiliki daya respon yang sangat baik dan cepat dalam interval waktu yang singkat. Dalam waktu 5 detik, dengan daya turbin angin yang sangat fluktuatif, superkapasitor dapat menangkap secara optimal. Apabila daya melebihi beban, daya akan disimpan seluruhnya. Sebaliknya, ketika daya masuk kurang dari beban, cadangan daya akan disuplai untuk menyetabilkan daya yang dihasilkan oleh turbin angin.
“Meskipun harganya sedikit lebih mahal, lifetime superkapasitor tiga kali lebih lama dari baterai, dan kami percaya, tidak menutup kemungkinan di masa mendatang harga superkapasitor mampu bersaing dengan penyimpan energi lainnya,” tandasnya yakin. (mad/HUMAS ITS)
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di
Kampus ITS, ITS News — Sampah plastik sampai saat ini masih menjadi momok yang menghantui lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan