Kampus ITS, ITS News – Indonesia merupakan negara yang dikenal kaya akan sumber daya alamnya. Guna mendukung memaksimalkan pemanfaatannya, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) membuka dua program studi (prodi) sarjana (S1) baru, yakni Prodi Teknik Lepas Pantai di bawah Departemen Teknik Kelautan dan Prodi Teknik Pangan di bawah Departemen Teknik Kimia.
Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan ITS Prof Dr Ir Adi Soeprijanto MT menjelaskan, dua prodi baru ini dibentuk lantaran adanya keilmuan yang berbeda dari prodi yang sudah ada di masing-masing departemen tersebut. Ditambah ITS sebetulnya sudah memiliki dosen yang ahli pada masing-masing prodi baru tersebut.
Diungkapkan Adi, dua prodi baru tersebut rencananya mulai menerima mahasiswa baru pada tahun ajaran 2021/2022 ini, namun hanya melalui jalur penerimaan Seleksi Kemitraan dan Mandiri (SKM). “Hal ini lantaran proses pembentukan dua prodi ini masih berlangsung sampai saat ini,” akunya.
Dikatakan Adi, mahasiswa lulusan Teknik Lepas Pantai nantinya diharapkan mampu merancang bangunan lepas pantai terpancang (fixed offshore structure) dan bangunan lepas pantai terapung (floating offshore structure) serta bangunan lepas pantai bawah laut (subsea facilities) berdasarkan prinsip-prinsip rekayasa dengan mempertimbangkan standard, code, rules, regulation dan recommended practice.
Menurutnya, hal tersebut akan sangat mendukung bangsa Indonesia dalam memanfaatkan potensi sumber daya alam yang terletak di lepas pantai, seperti gas, minyak bumi, dan mineral. Apalagi potensi minyak bumi dan gas Indonesia 70 persen di antaranya berada di perairan. “Sehingga harapannya, kebutuhan ahli di bidang Teknik Lepas Pantai di Indonesia bisa terpenuhi ke depannya,” ungkap guru besar Teknik Elektro ini.
Sementara itu, Direktur Pendidikan ITS Dr Eng Siti Machmudah ST MEng menjelaskan, Prodi Teknik Pangan akan mempelajari pengolahan bahan baku menjadi produk pangan. Serta akan mempelajari dasar-dasar terkait ilmu pangan dan desain proses industri pangan. Mahasiswa akan dibekali kemampuan untuk memproduksi produk pangan secara efisien, melakukan desain proses produksi pangan, serta melakukan komersialisasi produknya.
Menurut dosen yang kerap disapa Machmudah ini, perbedaan dengan Prodi Teknik Kimia adalah bahwa Prodi Teknik Pangan memberikan penekanan atau konsentrasi pada bidang ilmu pangan dan teknologi pangan. Sedangkan pada Prodi Teknik Kimia hal ini diberikan hanya sebagai mata kuliah minor atau pilihan minat. “Selama ini, Prodi Teknik Kimia hanya mempelajari ilmu pangan secara intensif oleh mahasiswa yang mengerjakan penelitian dengan topik itu,” papar dosen Teknik Kimia ini.
Prodi Teknik Pangan ini dibentuk sebagai upaya mewujudkan Indonesia menuju masyarakat dengan ketahanan pangan yang kuat. Hal tersebut mengakibatkan potensi serapan lulusan Prodi Teknik Pangan di dunia kerja tentunya sangat besar. “Apalagi Indonesia memiliki banyak perusahaan terkait makanan dan minuman, baik perusahaan milik negara (BUMN), swasta nasional maupun multinasional,” ungkapnya. (sof/HUMAS ITS)
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)
Kampus ITS, ITS News — Tim Spektronics dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali sukses mendulang juara 1 pada ajang
Kampus ITS, ITS News — Kurang meratanya sertifikasi halal pada bisnis makanan khususnya pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM),
Kampus ITS, ITS News — Perayaan Dies Natalis ke-64 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) telah mencapai puncaknya di Graha Sepuluh