ITS News

Rabu, 13 November 2024
04 Februari 2021, 19:02

Kanker dan Pola Hidup Masa Kini

Oleh : | | Source : ITS Online

Ilustrasi Hari Kanker Sedunia

Kampus ITS, Opini – Hingga 2017, penyakit kanker masih menempati urutan ketiga penyebab kematian terbanyak akibat penyakit tidak menular di Indonesia. Data World Health Organization (WHO) pada 2018 juga menyebutkan, total kasus kanker di Indonesia mencapai 348 ribu dengan angka kematian sebanyak 207 ribu. Jika merujuk pada angka tersebut, seharusnya tingkat kewaspadaan dan upaya pencegahan lewat pola hidup sehat semakin meningkat. Namun nyatanya, hal tersebut belum sepenuhnya terjadi.

Jika disoroti lebih jauh, penyakit kanker dan manusia seolah-olah hanya dihalangi oleh selaput tipis yang bisa robek kapan saja. Sebab, mayoritas masyarakat Indonesia hidup berdampingan dengan faktor-faktor penyebab kanker. Jika menyisihkan faktor genetik, sebut saja kebiasaan merokok, konsumsi minuman beralkohol, hingga penyakit obesitas dinilai menjadi faktor terbesar resiko penyebab kanker. Pola hidup yang tidak sehat ini menyebabkan kasus kanker kian meningkat dari tahun ke tahun.

Semestinya, dengan perkembangan teknologi yang ada, angka kasus penderita kanker mengalami tren penurunan. Sayangnya, data tren yang yang ditunjukkan WHO menunjukkan hal sebaliknya. Angka total kasus tiap tahun digadang-gadang melesat naik pada 2040 mendatang. Pada tahun itu, kanker payudara yang menduduki puncak kasus kanker terbanyak diestimasikan mengalami peningkatan hingga mencapai 89 ribu kasus.

Hal tersebut membuktikan, perkembangan teknologi yang ada tidak menjamin perkembangan pola hidup manusia ke arah yang lebih baik. Hingga sejauh ini, masyarakat cenderung lebih terpaku pada gawainya dan aktivitas fisik semakin berkurang. Terlebih, olahraga elektronik atau eSport semakin digandrungi kawula muda.

Disamping aktivitas fisik yang semakin berkurang, munculnya kedai-kedai minuman dengan kadar gula tinggi menambah problem baru. Berkurangnya aktivitas fisik dan konsumsi makanan serta minuman yang sedemikian menjadi kombinasi absolut penyebab obesitas.

Maka, jika ditanya berapa angka obesitas di Indonesia saat ini, jangan heran jika mendapatkan jawaban yang mencengangkan. Pasalnya, pada 2013 lalu, 28,7 persen orang dewasa mengalami obesitas. Sementara untuk anak-anak mencapai 10,8 persen.

Bukti yang terkumpul menunjukkan obesitas memiliki keterkaitan dengan peningkatan umum dalam inisiasi dan perkembangan kanker. Pasalnya, sel khusus yang berfungsi melawan kanker tidak berfungsi akibat lemak. Bahkan, data epidemiologi menyebut bahwa diet tinggi kalori dan obesitas meningkatkan kemungkinan kanker usus besar.

Selain obesitas, kebiasaan merokok dan minum alkohol seakan lumrah beberapa tahun belakangan. Jika berbicara mengenai rokok, masyarakat pun tahu jika akses mendapat rokok sangat mudah dan harganya masih terbilang murah.

Dalam satu dekade, peningkatan jumlah perokok pemula meroket naik hingga 240 persen. Padahal, di bungkus rokok pun terdapat tulisan “Merokok dapat menyebabkan kanker,” ditulis dengan huruf yang tegas dan dibubuhkan gambar yang seharusnya membuat jera. Namun, rasa-rasanya peringatan itu tidak berpengaruh secara signifikan.

Pada dasarnya, faktor-faktor penyebab kanker yang telah membudaya menyebabkan generasi saat ini seakan abai dengan kebiasaan hidup tidak sehatnya. Padahal, siapapun memiliki risiko untuk mengidap kanker apabila tidak menerapkan pola hidup sehat. Bahkan belakangan ini, kanker menjadi kian marak menjangkit generasi muda.

Maka, sudah sepatutnya bagi kita untuk mulai memperhatikan tingkat kesehatan dari pola hidup kita. Seperti mengurangi kebiasaan merokok, minuman beralkohol, dan berolahraga. Dengan kebiasaan dan pola hidup yang sehat, kanker pun dapat dicegah dan tren kenaikan kasus kanker pada generasi saat ini diharapkan dapat menurun. Bukankah mencegah lebih murah daripada mengobati?

Ditulis oleh:
Dya Nur Mangzila Subechi
Mahasiswa S-1 Departemen Teknik Lingkungan
Angkatan 2019
Reporter ITS Online

Berita Terkait