ITS News

Minggu, 17 November 2024
06 Maret 2021, 15:03

Mahasiswa ITS Gagas Kotak Penyimpanan Ikan Termoelektrik Terbarukan

Oleh : itsojt | | Source : ITS Online

(dari kiri) Jamaluddin Hakim, Andry Prasetyo, Muhammad Aqshal Putra, Raditya Rafie Johari, dan Rafif Fernanda, anggota Tim IMM EVO inovator Stantofish.

Kampus ITS, ITS News – Indonesia memiliki potensi sumber daya ikan laut yang besar, namun dalam pemanfaatannya masih didukung dengan kotak penyimpanan ikan dengan pendingin konvensional. Melihat hal tersebut, lima mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil membuat inovasi kotak penyimpanan ikan dengan pendingin termoelektrik dan energi surya.

Ialah Andry Prasetyo, Jamaluddin Hakim, Muhammad Aqshal Putra, Raditya Rafie Johari, dan Rafif Fernanda. Kelima mahasiswa ITS yang tergabung dalam Tim IMM EVO ini merancang inovasi kotak penyimpanan ikan yang bernama Sustainable Storage Fish For Fisherman (Stantofish).

Berdasarkan keterangan Andry, salah satu anggota tim, Stantofish sendiri diinovasikan akibat banyaknya nelayan yang masih menggunakan penyimpanan konvensional dengan es batu yang kurang efektif. Sebab, es batu akan meleleh pada suhu lingkungan tinggi, sehingga dapat merusak kualitas ikan. “Hal ini nanti berpengaruh terhadap harga jual ikan yang turun,” imbuhnya.

Tampilan dua dimensi Kotak bagian Listrik Penyimpanan Ikan ‘Stantofish’

Disamping itu, penggunaan es batu juga hanya dapat digunakan untuk satu kali penggunaan. Akibatnya, untuk aktivitas yang terus-menerus, banyak biaya yang harus dikeluarkan oleh nelayan. “Sekali berlayar, bisa sampai ratusan ribu untuk biaya es batu. Kalau seperti ini terus, perekonomian rakyat akan sulit meningkat,” ungkap mahasiswa Departemen Fisika ITS ini.

Untuk mengurangi biaya penggunaan, Stantofish ini juga disusun dengan menggunakan prinsip energi terbarukan yaitu pengisian daya yang bisa dilakukan dengan panel surya. Nantinya, panel surya ini bisa mengakomodasikan sumber listrik untuk Stantofish, sehingga tidak perlu mengisi daya melalui sumber listrik biasa. “Dikarenakan pemerintah sedang mendukung energi terbarukan, maka kami berinisiatif menggunakan energi cahaya dan panas matahari melalui panel surya,” ujarnya.

Tampilan dua dimensi kotak bagian penyimpanan ‘Stantofish’

Lebih lanjut, tim ini juga telah membuat prototipe asli Stantofish yang telah lulus uji coba. Untuk membuat Stantofish, dibutuhkan sejumlah perangkat, seperti material peltier, sensor suhu, dan monitor Liquid Crystal Display (LCD) untuk memonitor besar suhu dalam kotak penyimpanan. Peltier sendiri digunakan untuk menurunkan suhu ruangan, dimana satu peltier ini dapat menurunkan ruangan sebesar satu derajat Celcius selama sepuluh menit ke suhu yang diinginkan dan dapat digunakan untuk pemakaian selama 25 tahun.

Pada uji coba Stantofish, pria asal Lamongan ini menjelaskan bahwa untuk penyimpanan ikan selama satu hingga dua hari, satu peltier membutuhkan waktu 110 menit untuk menurunkan suhu dari 27,69oC menuju 16oC. Sedangkan untuk penyimpanan selama lima hari, membutuhkan waktu 220 menit untuk mencapai suhu 5oC. “Meskipun membutuhkan waktu yang cukup lama, namun alat ini mampu menahan bakteri pembusukan selama satu minggu lamanya,” jelasnya.

Sistem sensor dalam Stantofish ini akan mendeteksi suhu dalam kotak ketika tidak sesuai dengan kondisi yang telah diatur. Dengan demikian, komponen pendingin akan bekerja. Sebaliknya, saat komponen pendingin bekerja, suhu akan turun secara otomatis hingga mencapai suhu yang telah ditentukan.

Tampilan tiga dimensi kotak penyimpanan ikan “Stantofish” beserta panel surya

Setelah proses pembuatan yang memakan waktu kurang lebih dua bulan, inovasi Stantofish ini berhasil menjuarai lomba Asean Innovative Science Environment and Enterpreneur Fair (AISEEF) 2021 kategori innovation science yang diselenggarakan oleh Indonesian Young Science Association (IYSA) pada Februari lalu. “Tim kami berhasil mengungguli 505 tim lain dari 20 negara berbeda,” ujar mahasiswa angkatan 2020 ini.

Andry dan tim berharap, kedepannya inovasi ini dapat membantu para nelayan untuk meningkatkan kualitas ikan tangkapan, serta meningkatkan kesejahteraan para nelayan. “Harapannya inovasi ini akan dikembangkan lebih lanjut berbasis Internet Of Things (IoT),” pungkasnya. (*)

Reporter: ion14

Redaktur : Wening Vio Rizqi Ramadhani

Berita Terkait