Kampus ITS, ITS News – Air bekas cucian dan jelantah yang dibuang ke sungai tanpa melewati proses pengolahan dapat memicu terjadinya pencemaran air. Sebagai upaya untuk mengatasinya, Tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) Departemen Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengenalkan sistem pengolahan limbah cair pada masyarakat.
Anggota KKN, Wanda Nabila Arisani menjelaskan, air bekas cucian dapat diolah dengan sistem penyaringan sederhana. Caranya, dengan menyusun arang, ijuk, pasir halus, ijuk, pasir kasar, dan kerikil secara berurutan. “Selanjutnya, penyaringan dilakukan dengan mengalirkan air melalui susunan tersebut,” ungkap Wanda dalam kegiatan yang menerapkan protokol kesehatan itu.
Menariknya, masyarakat juga dikenalkan dengan metode fitoremediasi yang memanfaatkan tanaman air dengan kemampuan menyerap logam dan mineral penyebab polusi. Contoh tanaman air yang dapat digunakan ialah eceng gondok dan kayu apu. “Kayu apu mampu menyerap ion fosfat, sedangkan eceng gondok mampu menyerap logam berat seperti kadmium, merkuri, dan nikel,” terangnya.
Untuk jelantah sendiri, alih-alih dibuang ke sungai, limbah tersebut dapat diolah menjadi lilin. Proses pembuatannya terdiri dari pelelehan parafin dalam jelantah, penambahan pewarna dan aroma, lalu pencetakan dan pembekuan lilin. “Melalui proses yang ekonomis, lilin ini dapat diubah menjadi penerang rumah, hingga sebuah bisnis untuk meningkatkan pendapatan masyarakat,” sambungnya.
Di bawah bimbingan Ipung Fitri Purwanti ST MT PhD, Harmin Sulistyaning Titah ST MT PhD, Bieby Voijant Tangahu ST MT PhD, Dr Ir R Irwan Bagyo Santoso MT, serta Prof Dr Ir Sarwoko Mangkoediharjo MScES, kegiatan ini sukses diselenggarakan pada 27 Oktober lalu. “Untuk mengurangi mobilisasi di masa pandemi, kami memilih Kantor Kelurahan Kejawan Putih Tambak, Surabaya sebagai lokasi kegiatan.” ujarnya.
Meski sempat mengalami kendala dalam proses perizinannya, Wanda bersyukur lantaran kegiatan yang disiapkan selama 1,5 bulan ini dapat berjalan dengan lancar, serta disambut baik oleh warga setempat. “Sebenarnya khawatir karena adanya pembatasan jumlah undangan, namun ternyata jumlah yang datang sesuai target dan warga terlihat antusias dengan materi yang diberikan,” tuturnya.
Di akhir, Wanda beserta tim berharap agar masyarakat mampu melakukan pengolahan limbah cair secara sederhana untuk mencegah pencemaran lingkungan. “Kami juga berharap dapat melanjutkan kerja sama untuk melakukan sosialisasi, konsultasi, serta pembinaan kepada pengusaha cucian dan masyarakat,” tuturnya. (*)
Reporter: ion7
Redaktur: Heny Tri Hendardi
Kampus ITS, Opini — 20 tahun telah berlalu sejak Tsunami Aceh 2004, tragedi yang meninggalkan luka mendalam sekaligus pelajaran
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) senantiasa menguatkan tekadnya untuk membentuk generasi muda yang prestatif
Kampus ITS, ITS News – Perayaan Natal merupakan momen istimewa bagi umat kristiani yang merayakan kelahiran Tuhan Yesus Kristus.
Kampus ITS, ITS News — Departemen Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menggelar pameran karya mahasiswa yang