ITS News

Kamis, 26 Desember 2024
17 Maret 2021, 17:03

Pentingnya Sustainability dan Ekonomi Sirkular untuk Masa Depan

Oleh : itsojt | | Source : -

Suasana acara webinar International Research and Scholarship Talk (IREST) 8 pada Minggu (14/3).

Kampus ITS, ITS News – Bertambahnya populasi manusia membuat tingkat konsumsi kebutuhan juga semakin meningkat. Hal tersebut berdampak pada keadaan bumi yang semakin sulit mengikuti langkah cepat untuk menyediakan sumber daya. Menanggapi hal tersebut, ITS menekankan pentingnya sustainability melalui webinar International Research and Scholarship Talk (IREST) 8 pada Minggu (14/3).

Sustainability Ambassador Covestro, Dwi Ngesti Suwitaningsih mengungkap data bahwa masyarakat global saat ini telah mengkonsumsi kebutuhan yang tersedia di bumi 1,7 kali lebih banyak daripada semestinya. Data tersebut menunjukkan kemampuan bumi dalam menyediakan kembali kebutuhan manusia lebih lambat dibanding alur kecepatan manusia mengkonsumsinya dalam setahun. “Jadi istilahnya, kita saat ini dalam kondisi utang,” ujar pembicara yang akrab dipanggil Sidu tersebut.

Hal tersebut memicu dunia untuk menggagas sebuah konsep bernama Sustainable Development Goals (SDGs). Sidu menyebutkan maksud dari sustainability sendiri adalah keberlangsungan. Secara lebih rinci, sustainability berarti kemampuan manusia untuk dapat memenuhi kebutuhannya tanpa mengorbankan generasi masa depan dalam memenuhi kebutuhan mereka. Meskipun benar adanya jika sumber daya alam di bumi dapat diperbarui sampai masa mendatang, tapi proses pembaruan tersebut juga memerlukan waktu cukup lama.

Dwi Ngesti Suwitaningsih memaparkan pengertian Suistanability.

Lebih lanjut, perempuan berkacamata itu menerangkan, dalam mencapai sustainability tersebut diperlukan pengenalan terhadap konsep ekonomi sirkular. Konsep ekonomi sirkular ini bertujuan untuk mengurangi pembuangan hal-hal yang sebenarnya masih berguna dan memiliki nilai ekonomi. “Sehingga hal itu bisa diambil lagi dan bisa dimanfaatkan kembali,” tukasnya.

Untuk memperjelas, perempuan berkerudung itu mengambil plastik sebagai contoh. Mengutip data dari Our World in Data, 50 persen dari 8300 juta ton total plastik yang diproduksi berakhir langsung di pembuangan sampah tanpa adanya pemanfaatan kembali. Sehingga plastik akan menjadi faktor utama terjadinya penumpukan sampah. Namun dengan konsep ekonomi sirkular, plastik dapat dimanfaatkan kembali sebagai alternatif raw materials pengganti bahan bakar fosil. “Karena apapun bentuknya, plastik itu bentuk lain dari minyak bumi,” terangnya.

Sidu ketika menjelaskan Ekonomi Sirkular.

Selain plastik sebagai pengganti bahan bakar fosil, alumnus Teknik Kimia ITS itu menambahkan material alternatif lain yang saat ini telah digunakan oleh perusahaan tempat ia bekerja, Covestro, yaitu biomassa dari tumbuhan  yang berguna untuk mengurangi penggunaan minyak. Selain itu, CO2 juga dapat digunakan kembali dengan cara polimerisasi. “Kita mencoba mengulik kembali limbah material menjadi raw material kembali,”  tuturnya.

Sidu menjelaskan, tujuan dari pencariaan material alternatif ini adalah untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang akan berdampak pada perubahan iklim global. Oleh karena itu, untuk mengurangi efek rumah kaca guna mencapai Sustainability tersebut diperlukan program-program tertentu. “Sehingga kalau bisa dimulai sampai 2023, kita harus mengurangi emisi karbon kita,” pungkasnya.  (*)

Reporter : ion 10

Redaktur : Wening Vio Rizqi Ramadhani

Berita Terkait