Kampus ITS, ITS News – Masih menjadi sektor besar yang ada di Indonesia, produktivitas di dunia pertanian bergantung pada tanah yang subur. Melihat hal ini, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melalui Pusat Penelitian (Puslit) Agri-Pangan dan Teknologi melakukan studi untuk memproduksi biofertilizer yang mampu tingkatkan kesuburan tanah serta meningkatkan kualitas tanaman.
Menurut Kepala Puslit Agri-Pangan dan Bioteknologi ITS, Dr rer nat Ir Maya Shovitri MSi, biofertilizer merupakan jenis pupuk yang mengandung berbagai mikroorganisme. Penggunaan mikroorganisme untuk meningkatkan kesuburan tanah sendiri dinilai Maya lebih ramah lingkungan daripada penerapan metode ekstensifikasi dan intensifikasi lahan.
Sebab, Ia mengungkapkan, terdapat kolaborasi yang saling menguntungkan antara tanaman dan mikroorganisme yang ada di tanah. Tanaman memproduksi berbagai zat yang dibutuhkan oleh mikroorganisme, sementara mikroorganisme memproduksi zat kimia yang diperlukan tanaman, seperti nitrogen, potasium, dan fosfat. “Kita tidak membutuhkan zat kimia tambahan untuk tanah di sekitar tanaman,” ujar ahli biofertilizer itu.
Terkait hal tersebut, dosen Departemen Biologi ITS ini menjelaskan bahwa biofertilizer yang dibuat oleh Puslit Agri-Pangan dan Bioteknologi ITS menggunakan enam mikroba dari jenis (genus) Pseudomonas, Azotobacter, dan Bacillus. Keenam mikroba tersebut memiliki kemampuan melarutkan nitrogen, potasium, dan fosfat serta mampu memproduksi auksin.
Lebih lanjut, Maya mengungkapkan, hasil pengujian menunjukkan keenam mikroba mampu hidup bersamaan di dalam tanah. Selain itu, Ia menerangkan bahwa dilakukan pengujian biofertilizer pada sampel tanah yang ditanami jagung manis. Pengujian dilakukan dengan variasi pencampuran tiga bakteri dan enam bakteri.
Dengan bangga, Maya memaparkan hasil uji yang menunjukkan bahwa biofertilizer hasil pencampuran enam bakteri memiliki hasil yang lebih baik daripada biofertilizer dengan tiga bakteri. “Hal ini ditinjau dari pengukuran lima parameter yaitu berat tanaman, diameter batang, jumlah daun, berat kering, dan tongkol jagung,” paparnya dalam acara Guest Lecture Series on SDGs, Selasa (2/3).
Maya berharap bahwa penelitian yang dimulai sejak 2020 silam ini dapat dilanjutkan dengan meningkatkan performa biofertilizer melalui penambahan sedikit dosis, mencoba untuk mendeteksi perbedaan konsorsium di dalam tanah sekitar rizosphere, dan berhasil menyediakan biofertilizer kering. “Tujuan penelitian ini ialah berhasil mendapatkan biofertilizer premium yang dikeringkan,” pungkasnya. (*)
Reporter : ion17
Redaktur : Fatih Izzah
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di
Kampus ITS, ITS News — Sampah plastik sampai saat ini masih menjadi momok yang menghantui lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan