Kampus ITS, ITS News — Teknologi radar mulai banyak dikembangkan di berbagai bidang, khususnya sebagai alat kedokteran. Menyadari pentingnya pemahaman mekanisme kerja radar akan hal tersebut, Departemen Teknik Biomedik, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) gelar kuliah tamu bertajuk “Radar Technology for Medical Applications” secara daring pada Rabu (17/03) lalu.
Diundang sebagai pembicara, Rezki El Arif menjelaskan terkait mekanisme kerja teknologi radar yang saat ini dikembangkan bersama Prof Tzyy-Sheng Horng untuk memonitor pernapasan manusia. Selain itu, kuliah tamu ini juga dilaksanakan untuk mendukung mahasiswa yang ingin mendalami bidang pengelolaan sinyal biomedik lebih lanjut.
Dalam pemaparannya, Rezki mengungkapkan bahwa radar yang ia dan tim pilih adalah jenis self-injection-locked (SIL) radar. Jenis radar tersebut memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi sehingga menghasilkan data yang akurat. “Selain itu, radar ini menggunakan satu antena sebagai pemancar sekaligus penerima sinyal sehingga lebih ekonomis,” tutur mahasiswa National Sun Yat-Sen University Taiwan ini.
Rezki kemudian menjelaskan mekanisme kerja radar pada objek yang sedang berdiri tanpa melakukan aktivitas apapun. Pertama, radar membangkitkan sinyal awal melalui local oscillator (LO) dan kemudian diteruskan ke power splitter (SP) yang akan membagi sinyal ke mixer dan antena pemancar (TX-Antenna).
Selanjutnya, TX-Antenna memancarkan sinyal ke objek yang diamati. Untuk menghitung pernapasan manusia, radar diletakkan di dada. Sinyal yang menabrak tubuh akan dipantulkan dan ditangkap oleh antena penerima (RX-Antenna). Sebelum ditangkap RX-Antenna, ada kemungkinan radar mengalami penundaan yang mengakibatkan pergeseran frekuensi gelombang sinyal. “Gelombang sinyal kemudian diolah menggunakan persamaan fisika,” jelasnya.
Langkah terakhir, yaitu pengolahan data hasil turunan persamaan fisika menggunakan sistem frequency demodulator. Penurunan rumus akan menghasilkan grafik yang menunjukkan gerakan naik turun paru-paru manusia per detik saat melakukan pernapasan. Selanjutnya data sinyal akan diteruskan ke mixer untuk dibandingkan dengan sinyal awal yang dikirim.
Lebih lanjut, untuk menyesuaikan penggunaan radar pada objek yang bergerak, ditambahkan komponen Tag-Antenna yang dilengkapi dengan electronic Band Gap (EBG) dan frequency selective surface (FSS). EBG berfungsi untuk mengurangi distraksi akibat gesekan dengan kulit, sedangkan FSS untuk mengurangi distraksi akibat pergerakan objek.
Selain itu, ditambahkan pula left-hand circularly polarization (LHCP) wave dan right-hand circularly polarization (RHCP) wave. LHCP dan RHCP adalah seperangkat alat yang berfungsi untuk mengubah gelombang sinyal dan meradiasikannya menjadi transmisi wireless.
Kedua perangkat tersebut lebih maksimal jika digunakan bersamaan sehingga tidak mengganggu saluran gelombang lain. “Dari LHCP dan RHCP, informasi akhir yang dihasilkan akan ditangkap oleh FM Receiver sehingga dapat diakses melalui ponsel atau jam tangan pintar,” pungkas Rezki yang juga sedang mendalami bidang gelombang elektromagnetik ini. (*)
Reporter : ion27
Redaktur : Luthfi Fathur Rahman
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di
Kampus ITS, ITS News — Sampah plastik sampai saat ini masih menjadi momok yang menghantui lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan