ITS News

Minggu, 17 November 2024
25 Maret 2021, 13:03

Maksimalkan Industri Era Digital, INCHALL Bahas UX Design

Oleh : itsojt | | Source : ITS Online

Egi Dwi Setiyanto ketika menjelaskan materi

Kampus ITS, ITS News – Berkaitan dengan industri dan teknologi desain guna mempermudah pekerjaan user, dikenal istilah User Experience (UX) desain. Dalam upaya memaksimalkan perkembangan industri di era digital lewat UX desain, Industrial Challenge (INCHALL) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) gelar webinar bertema “Improving Costumers Experience Through Digital Transformation”, Minggu (21/3).

User Interface (UI)/UX Designer di Telkom Indonesia, Egi Dwi Setiyono menjabarkan desain UX sebagai segala hal yang dilakukan pengguna dalam melakukan pekerjaan, bukan hanya dalam aplikasi maupun sistem komputer. Ia memberikan contoh pengaplikasian UX yaitu pada kolom pencarian buku di perpustakaan. “Pilihan menu yang terlalu banyak dalam kolom tersebut merupakan salah satu hal yang perlu dikaji untuk menjaga kenyamanan pengguna,” jelas Egi.

Lebih lanjut, desain UX sendiri dideskripsikan sebagai rencana untuk membuat sesuatu yang memiliki manfaat bagi orang lain. Terdapat beberapa langkah yang harus diselesaikan untuk membuat desain UX yang efektif, dimulai dari tahap understand. “Kita harus tahu usernya siapa dan masalah yang dialami apa supaya bisa menentukan apa produk yang akan dihasilkan,” jelas pria berkacamata itu.

Tahap understand dapat dilakukan melalui beberapa metode pendekatan kepada pengguna seperti metode wawancara, survei, dan sebagainya. Apabila telah diketahui data berdasarkan riset yang dilakukan, pendesain akan masuk ke tahap define dimana dilakukan analisis terhadap permasalahan yang terjadi. “Desain berperan aktif dengan tujuan menyelesaikan masalah pengguna,” ungkapnya.

Setelah analisis permasalahan, maka tahap yang harus dilewati berikutnya ialah ideate, yakni menawarkan solusi terhadap permasalahan yang ada dengan memperhatikan alur pekerjaan yang dilakukan pengguna. Tahap ini disusul dengan tahap create atau pelaksanaan ide. “Misalnya ditetapkan hasil berupa aplikasi, maka pendesain dapat membuat rancangan aplikasinya mulai dari desain halaman hingga prototype,” papar pria asal Jawa Barat itu.

Egi dan para peserta saat melakukan simulasi membuat UX desain secara real-time collaboration

Apabila produk telah dirancang, maka dilaksanakan proses validasi produk yang dihasilkan dengan bantuan pengguna melalui tahap validation. “Tahap ini dapat menggunakan metode wawancara untuk mendapatkan feedback lebih banyak dari user,” sebut perwakilan pendesain UX Telkom Indonesia itu.

Apabila pada tahap tersebut kembali ditemukan permasalahan, pendesain dapat memodifikasi ulang hasil pekerjaannya melalui langkah iterate yang sistem kerjanya seperti tahapan peninjauan ulang. Langkah ini dicapai pendesain dengan memperbaiki kekurangan mulai dari langkah define.

Lebih lanjut, Egi juga menjelaskan terdapat beberapa atribut yang mengukur kesuksesan desain UX. Yang pertama usability dimana penting untuk memastikan desain yang dibuat mudah digunakan pengguna. Kedua, discoverability yaitu kemudahan pengguna menemukan konten yang sesuai dengan pekerjaannya. “Tolak ukur ketiga yaitu learnability untuk menentukan apakah alur desain tersebut mudah dimengerti oleh user walaupun di penggunaan pertamanya,” sebut alumnus Universitas Muhammadiyah Jakarta itu.

Adapun atribut lainnya ialah effectiveness dan efficiency. Effectiveness sendiri lebih mengedepankan sukses atau tidaknya pengguna dalam menyelesaikan tugasnya secara efektif, sedangkan efficiency lebih menitikberatkan pada ukuran apakah user dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat. “Tolak ukur ini berkaitan dengan alur desain pada halaman aplikasi yang digunakan,” pungkasnya. (*)

Reporter : ion30

Redaktur : Wening Vio Rizqi Ramadhani

Berita Terkait