ITS News

Minggu, 17 November 2024
25 Maret 2021, 20:03

Memahami Kemagnetan Lingkungan dan Penerapannya dalam Geofisika

Oleh : itsojt | | Source : ITS Online

Para peserta yang menghadiri kuliah tamu Teknik Geofisika Environment Magnetism, Senin (22/3)

Kampus ITS, ITS News — Kajian kemagnetan batuan telah banyak dilakukan dan sampai saat ini terus berkembang. Salah satu aplikasinya adalah kemagnetan lingkungan. Hal ini dibahas lebih lanjut dalam Kuliah Tamu yang diadakan oleh Departemen Teknik Geofisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dengan topik “Kemagnetan Lingkungan” pada Senin, (22/3) lalu.

Dosen Departemen Fisika Universitas Negeri Malang, Siti Zulaikah Dr Spd MSi menjelaskan bahwa kemagnetan batuan sendiri adalah suatu kajian yang fokus untuk mempelajari sifat magnetik yang ada di alam, utamanya yang ada di lapisan batuan. Sedangkan kemagnetan lingkungan, lebih berkaitan dengan pengaruh iklim, transportasi sedimen, polusi, dan pengaruh lingkungan lain pada mineral magnet.

Kajian perbedaan dari sifat magnetik pada suatu area dapat dijadikan sebagai indikator perubahan lingkungan. Selain itu, sifat magnetik ini bisa juga digunakan sebagai proxy data atau data tidak langsung. “Maksudnya, sifat ini dapat dikombinasikan dengan data lain ketika mempelajari suatu kejadian sehingga dapat diketahui perubahan kondisi lingkungan yang dikaji,” ujarnya.

Pengembangan kemagnetan batuan dalam geofisika baru akhir-akhir ini dilakukan. Titik tolak dalam perkembangan magneto climatology dan kemagnetan lingkungan terjadi ketika korelasi antara sifat magnetik dengan perubahan lingkungan ditemukan.

Dosen Departemen Fisika Universitas Negeri Malang Siti Zulaikah Dr SPd MSi saat memaparkan objek-objek penelitian pencemaran tanah

Dalam geofisika, kemagnetan lingkungan digunakan untuk mengkaji pencemaran lingkungan terutama yang berkaitan dengan karakteristik limbah. Apakah limbah tersebut bersifat magnetik atau non magnetik. Ketika karakteristik limbah tersebut bersifat magnetik, maka kita harus mengkaji lagi untuk mengetahui limbah tersebut. “Apakah termasuk litogenik yang langsung berasal dari alam  atau antropogenik yang berasal dari manusia),” paparnya.

Kajian dan penelitian geofisika dengan mengaplikasikan kemagnetan lingkungan sudah sangat sering dilakukan. Contohnya adalah penelitian pencemaran limbah pada proses pengolahan emas, pencemaran tanah karena limbah tambang minyak bumi di Bojonegoro, dan pendeteksian sensitivitas respons magnetik pada sumber polusi yang berbeda di China.

Pada geotermal, suhu dalam sistem geotermal bisa terekam dalam mineral magnetik. Selain itu, sifat magnetik ini bisa juga digunakan untuk melacak pelapukan pada batuan. “Jadi, kita bisa mengetahui apakah batuan mengalami pelapukan atau tidak dan bagaimana tingkat pelapukannya,” tegasnya.

Untuk kedepannya, diharapkan penelitian yang terkait dengan hal ini akan lebih banyak lagi. Mengingat potensi pengembangan kemagnetan lingkungan di Indonesia sendiri sangat besar. Hal ini dikarenakan tersedianya objek yang melimpah. Kerja sama dari dalam maupun luar negeri juga sangat baik dibuktikan dengan adanya asosiasi, dan pendukung lainnya berupa laboratorium sudah banyak tersedia di berbagai institut dan universitas di Indonesia. (*)

 

Reporter : ion3

Redaktur : Luthfi Fathur Rahman

Berita Terkait