Kampus ITS, ITS News – Tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan air sangat penting untuk menunjang aktivitas sehari hari manusia. Namun tidak semua orang khususnya di Indonesia, mendapat akses terhadap air bersih maupun layanan sanitasi. Mengulas lebih dalam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) International Office menghelat Guest Lecture Series on SDGs dengan topik Resource-Efficient Sanitation Planning with Focus on the Global South, Kamis (25/3).
Melalui Pertemuan United Nation (UN) pada September 2015, 193 negara sepakat untuk berkontribusi dalam mewujudkan 17 tujuan Sustainable Development Goals (SDGs). Bahasan mengenai air dan sanitasi merupakan cakupan dari tujuan SDGs nomor enam. Selain itu, juga tercakup polusi air, efisiensi penggunaan air, pengelolaan sumber daya air, ekosistem air, dan kerjasama internasional terkait dalam tujuan SDGs nomor enam ini.
Ainul Firdatun Nisaa MSc yang didapuk sebagai sebagai pembicara menjelaskan, tidak hanya berhubungan dengan tujuan SDGs nomor enam, sanitasi berkelanjutan juga berhubungan dengan tujuan SDGs lain, seperti tujuan nomor empat belas tentang kehidupan bawah air, dan nomor tiga tentang kesehatan. “Implementasi sanitasi berkelanjutan dapat memutus siklus penyakit dan mengurangi potensi pencemaran air laut,” imbuhnya.
Dosen Teknik Lingkungan ITS ini kembali menambahkan, menurut data dari UN, proporsi manusia secara global untuk akses ke layanan sanitasi dan air minum kategori basic service masing-masing mengalami peningkatan, mencapai 74 persen dan 90 persen. “Untuk jumlah akses air minum telah melebihi target global sebesar 88 persen,” paparnya.
Sedangkan untuk Indonesia, Ainul meneruskan, proporsi akses masyarakat kepada layanan air minum layak dan pelayanan sanitasi cukup bagus jika dibandingkan dengan rata-rata global. “Untuk akses layanan sanitasi di Indonesia mencapai 73 persen, dan untuk air minum kategori basic service mencapai 89 persen,” jelas perempuan yang juga alumnus ITS ini.
Sebagai salah satu perincian, ujar Ainul, data sensus nasional 2020 mencatat akses air minum basic service di Jakarta mencapai 99,84 persen. Walaupun begitu, masih terdapat ketimpangan proporsi akses terhadap air minum layak dan sanitasi di beberapa wilayah di Indonesia. “Oleh karena itu, dalam kurun waktu 2020-2024, pemerintah membuat rencana tertulis untuk akses universal ke fasilitas air bersih dan sanitasi untuk seluruh rakyat Indonesia,” terang Ainul.
Beberapa program kerja pemerintah pun sudah dicanangkan dengan biaya sekitar 9,8 juta milyar dolar Amerika Serikat (AS). Termasuk di dalamnya pembangunan pengelolaan air limbah baru yang tersentralisasi dan terdesentralisasi, peningkatan sistem pengolahan air limbah, pembangunan fasilitas pengolahan lumpur, pengembangan pedoman dan regulasi terkait pengelolaan air limbah, penerapan strategi sanitasi kota, serta praktik perubahan perilaku buang air besar sembarangan.
Dalam akhir pemaparannya, Ainul mengatakan bahwa akses terhadap air bersih adalah hak asasi manusia. Demi keberlangsungan generasi di masa depan, kesempatan bagi generasi sekarang masih terbuka lebar untuk melestarikan air. “Ini bukan hanya untuk kita, tapi juga masa depan manusia yang hidup setelah kita. Jadi bijaklah saat menggunakan air,” tutupnya. (*)
Reporter : ion28
Redaktur : Akhmad Rizqi Shafrizal
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di
Kampus ITS, ITS News — Sampah plastik sampai saat ini masih menjadi momok yang menghantui lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan