ITS News

Minggu, 17 November 2024
28 Maret 2021, 15:03

ITS Sosialisasikan Adaptasi Perusahaan Rintisan di Masa Pandemi

Oleh : itsojt | | Source : ITS Online

Jacob Win selaku pemateri pada workshop perusahaan rintisan

Kampus ITS, ITS News – Masih dilanda pandemi Covid-19, banyak perusahaan rintisan di Indonesia yang mengalami kesulitan untuk bertahan. Memperhatikan kondisi ini, Himpunan Mahasiswa Sistem Informasi (HMSI) dan Himpunan Mahasiswa Teknologi Informasi (HMIT) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) gelar workshop untuk gencarkan sosialisasi adaptasi perusahaan rintisan di masa pandemi Covid-19 pada Minggu (28/3).

Kepala Pusat Bisnis dan Kewirausahaan Universitas Kanjuruhan Malang, Jacob Win ST SKom MKom CBS CPC CTNLP menjelaskan bahwa masa pandemi Covid-19 yang belum usai menjadikan banyak perusahan rintisan (startup) kewalahan mempertahankan bisnisnya. “Banyak yang gagal juga karena tidak bisa mengantisipasi ketidakterdugaan ini,” ujarnya.

Terhitung 19 persen perusahaan rintisan mengalami pembatalan investasi oleh investor, 44 persen mengalami proses yang lambat dalam pendanaan, dan hanya 28 persen yang berjalan lancar serta lancar pendanaan. Ada pula sebagian perusahaan rintisan yang mengalami penurunan pendapatan, pemutusan hubungan kerja dengan pegawai, hingga memangkas pengeluaran.

Meskipun begitu, pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung selama setahun ini bermakna ada sedikit banyak hal positif yang bisa diambil untuk dipelajari. Salah satunya ialah paradigma membangun startup di masa pandemi atau setelah masa pandemi Covid-19. “Kalau kita tetap berpegang pada paradigma sebelum pandemi terjadi, maka sudah banyak sekali yang berubah,” imbuh pria yang akrab disapa Win itu.

Ia memaparkan, setidaknya ada empat hal yang dapat dipelajari dari pandemi Covid-19, diantaranya ialah VUCA; volatility (volatilitas), uncertainty (ketidakpastian), complexity (kompleksitas), dan ambiguity (ketidakjelasan). Melalui VUCA ini, alumnus ITS itu menuturkan bahwa digitalisasi model bisnis perlu dilakukan. Ia menamainya dengan Go Digital.

Jacob Win menjelaskan Go Digital terkait perusahaan rintisan

Go Digital meliputi lima hal, yakni Go Virtual, Go Digiwhere, Go Contactless, Go Omni, dan Go Confidential. Kelima hal tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain. Apabila kelima hal itu diperhatikan, maka perusahaan rintisan akan bisa beradaptasi dengan pandemi Covid-19.

Yang pertama, yakni Go Virtual, menunjukkan bahwa pandemi mengubah keadaan dan gaya hidup kita yang biasanya tatap muka menjadi kegiatan melalui layar secara daring. Banyak kegiatan yang semula membutuhkan tempat, ruang, dan properti, namun kini semuanya bisa dilakukan secara daring tanpa membutuhkan itu semua. “Sebagai contoh, adanya M-Banking, virtual shopping, dan lain sebagainya,” ungkapnya.

Lebih lanjut, adapun aspek Go Digiwhere sendiri menjelaskan bahwa perusahaan rintisan harus mengadopsi aspek-aspek digital. Hampir segala kegiatan seharusnya bisa dihubungkan dengan digital. Kondisi ini akan menciptakan digilife atau kehidupan digital. “Hidup kita sudah banyak bergantung dengan dunia digital,” imbuh founder Cataliz itu.

Masih berhubungan dengan dunia digital, Go Contactless (tanpa sentuhan) bisa diwujudkan mengingat virus Covid-19 bisa menular melalui sentuhan. Dengan terciptanya Go Contactless, maka konsumen akan merasa aman dan nyaman bertransaksi. Pengaplikasian Go Contactless bisa berupa cashless (pembayaran non-tunai), penggunaan kode QR, dan banyak lainnya. “Ini akan meminimalisasi kontak antar orang,” cetusnya.

Apabila ketiga aspek tersebut terpenuhi, maka akan terjadi Go Omni, dimana pasar sudah tidak hanya media penjualan barang fisik, melainkan segala hal termasuk layanan. Go Omni memiliki konsep penggabungan beberapa aspek dalam satu pasar sehingga sebuah pasar bisa memenuhi segala kebutuhan konsumen. Disamping itu, pria berkacamata ini menekankan agar perusahaan rintisan menjaga privasi konsumen mengingat kemudahan digital memaksa konsumen menyerahkan data pribadinya.

Suasana peserta saat workshop sedang berlangsung.

Terakhir, Win berharap agar materi yang disampaikannya bisa dimanfaatkan oleh peserta workshop. Selain itu, ia juga berharap agar peserta yang kebanyakan merupakan mahasiswa ini bisa mendirikan perusahaan rintisannya sendiri. “Jangan disia-siakan waktunya,” tandasnya.

Reporter : ion17

Redaktur : Wening Vio Rizqi Ramadhani

Berita Terkait