Kampus ITS, ITS News — Indonesia merupakan produsen sampah laut terbesar kedua di dunia. Hal tersebut menjadi teguran bagi pemerintah untuk meningkatkan upaya pengelolaan sampah, salah satunya melalui Program Ekonomi Sirkular. Untuk menambah pemahaman mengenai hal tersebut, Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan (HMTL) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) adakan diskusi progresif secara daring pada Sabtu, (27/3) lalu.
Kegiatan yang mengangkat tema Ekonomi Sirkular: Jalan Terbaik untuk Pengurangan Sampah Plastik di Laut? ini disampaikan oleh Tyas selaku Tim Pelaksana Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Sampah Laut. Beliau hadir mewakili Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, Novrizal Tahar.
Tyas mengawali materi dengan memaparkan data penelitian Jambeck pada 2015 yang menyebutkan bahwa pada 2010 Indonesia menghasilkan sekitar 0,48—1,29 juta ton sampah laut. Angka tersebut didapatkan dari banyaknya sampah yang dihasilkan dari sampel garis pantai dengan panjang tertentu dikalikan dengan total panjang garis pantai Indonesia.
Pemerintah Indonesia menyikapi hal tersebut sebagai teguran untuk meningkatkan upaya pengelolaan sampah. Menurut keterangan yang diberikan, berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi jumlah sampah plastik di laut, salah satunya melalui bank sampah. Namun, bank sampah hanya menyelesaikan sekitar 2,7 persen dari keseluruhan sampah yang ada.
Adapun dasar kebijakan terkait sampah diatur dalam Undang-Undang (UU) Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah dan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 81 Tahun 2012 tentang Penanganan Sampah Laut. Berdasarkan UU tersebut, Indonesia memiliki target dan indikator nasional untuk mengurangi 70 persen sampah laut pada 2025 mendatang. Salah satu caranya dengan menurunkan produksi sampah selama kurun waktu tertentu melalui peningkatan daur ulang dan guna ulang sampah.
Bersama dengan berbagai kementerian, pemerintah menyusun Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Sampah Laut yang dikomandoi oleh Menko Maritim, Luhut Binsar Panjaitan. Sebelumnya, pengelolaan sampah hanya sebatas kumpul, angkut, dan buang saja. Kemudian muncul kesadaran masyarakat untuk melakukan 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle) dan Extended Producer Responsibility (EPR). “Sedangkan, yang mulai gencar dilakukan adalah pengelolaan sampah melalui Program Ekonomi Sirkular,” ungkapnya.
Tyas kemudian melanjutkan, dalam Program Ekonomi Sirkular, sampah akan dikonsumsi semaksimal mungkin menjadi barang baru sehingga yang terbuang ke lingkungan adalah sampah yang benar-benar tidak dapat dimanfaatkan lagi. Dalam program ini, produsen diimbau untuk memiliki perencanaan pengelolaan sampah selama sepuluh tahun.
Produsen yang dimaksud adalah perusahaan manufaktur, ritel, dan jasa makanan minuman yang menghasilkan sampah plastik, alumunium, kertas, kaca, dan sampah kemasan lainnya. Melalui program ini, ditargetkan produsen dapat mengurangi produksi sampah sebesar 30 persen pada 2028.
Program Ekonomi Sirkular sudah mulai melakukan uji coba penerapan kantong plastik berbayar pada 2016 lalu. Uji coba ini berhasil mengurangi penggunaan kantong plastik mencapai 55 persen. Penerapan Program Ekonomi Sirkular lainnya adalah Uji Coba Pemodelan dan Implementasi EPR di Bali yang difokuskan pada penggunaan botol PET dan karton tetra pak. “Program ini didukung melalui kolaborasi berbagai pihak, mulai dari pemerintah pusat hingga ke masyarakat,” jelasnya.
Selain dapat mengurangi jumlah sampah, Prinsip Ekonomi Sirkular dapat meningkatkan nilai guna sampah. Hal tersebut didasarkan pada Prinsip Ekonomi Sirkular yang menekankan pada pengelolaan kembali sampah-sampah yang ada sebelum akhirnya benar benar terbuang. “Selain sebagai usaha untuk mengurangi jumlah sampah plastik di laut, Program Ekonomi Sirkular juga dapat menambah nilai ekonomi sampah plastik,” tutupnya. (*)
Reporter: ion27
Redaktur: Luthfi Fathur Rahman
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di
Kampus ITS, ITS News — Sampah plastik sampai saat ini masih menjadi momok yang menghantui lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan