Kampus ITS, ITS News – Tidak dapat dipungkiri pandemi mengubah seluruh sendi kehidupan manusia, termasuk dalam hal interaksi sosial yang saat ini mayoritas dilakukan secara daring. Namun ternyata pandemi turut menyebabkan meningkatnya angka tindak kekerasan seksual, khususnya Kekerasan Gender Berbasis Siber (KGBS). Komunitas Girl Up Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengadakan sesi talkshow interaktif yang menyoroti fenomena ini.
Berdasarkan data yang diunggah oleh Komnas Perempuan dalam Catatan Tahunan 2020, terjadi peningkatan penerimaan laporan kasus kekerasan sebanyak 300% pada tahun 2019 jika dibandingkan dengan data tahun 2018. Tren kenaikan kasus kekerasan pun terus terjadi di tiga tahun belakangan ini. Idha Saraswati dari PurpleCode Collective mengungkapkan bahwa data yang terungkap bagaikan puncak gunung es. “Data tersebut menggambarkan sebagian kecil masalah dari fenomena yang lebih besar, ujarnya.
Istilah Kekerasan Gender Berbasis Online (KGBO) terdengar lebih tidak asing di telinga masyarakat. Secara istilah KGBO dan KGBS memiliki arti yang sama. Berdasarkan penelitian organisasi PurpleCode Collective terdapat empat belas bentuk KGBO. Beberapa diantaranya adalah trolling dan revenge porn. Pertama adalah trolling, yaitu serangan terus menerus pada korban berupa penghinaan atau makian bermuatan seksis baik secara publik maupun privat.
Bentuk kekerasan kedua ialah revenge porn, penyebaran foto atau video intim nonkonsensual atau tanpa persetujuan pemilik. Walau istilah revenge menimbulkan polemik sebab maknanya, menurut fakta yang ada, penyebaran foto atau video intim kebanyakan didasarkan akan balas dendam. Selain itu, apabila pelaku melakukan kekerasan berupa ancaman untuk membuat korban melakukan hal-hal yang diinginkan, baik berupa kepuasan materi maupun seksual, maka hal ini disebut pemerasan.
Dalam ranah media sosial pun terdapat berbagai celah melakukan tindak kejahatan. Membuat akun palsu menyerupai seseorang tertentu dengan mengunggah konten-konten yang merusak nama baik korban alias impersonasi termasuk salah satunya.”Peretasan atau pengambilalihan akun, pornografi anak, dan manipulasi foto atau video berbau sensual juga dapat terjadi dalam ranah KGBO,” jelas Idha pada Sabtu (13/3).
Selain itu, KGBO juga dapat terjadi pada aplikasi kencan daring yang saat ini diminati anak muda. Maraknya aplikasi kencan daring merupakan celah bagi pelaku untuk melakukan kekerasan ini. Melalui aplikasi kencan, pelaku dapat menjebak korban agar memiliki relasi romantis atau seksual dengannya. Terjalinnya rasa kepercayaan antara korban dan pelaku dapat berujung pada ketersediaan korban melakukan hubungan seksual. “Biasanya hal ini dilakukan oleh orang dewasa pada anak atau remaja, hal ini disebut cyber grooming,” papar wanita berkacamata ini.
Banyak pihak yang tidak menyadari dirinya merupakan bagian dari korban atau bahkan pelaku dari KGBS atau KGBO. Dengan hadirnya talkshow interaktif ini diharapkan bisa meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai KGBS, khususnya mahasiswa ITS. “Walau telah ada teridentifikasi empat belas jenis kekerasan gender di dunia, tidak menutup kemungkinan akan bertambah lagi seiring berjalannya waktu,” pungkas alumnus Universitas Gadjah Mada ini. (*)
Reporter: ion26
Redaktur: R. Aj. Mutia Arih M. R.
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di
Kampus ITS, ITS News — Sampah plastik sampai saat ini masih menjadi momok yang menghantui lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan