Kampus ITS, ITS News — Indonesia menyimpan banyak peninggalan sejarah yang belum terkuak. Tak sedikit pula yang sudah punah karena kurangnya penelitian mengenai sejarah peradaban nusantara. Melihat realita tersebut, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mendiskusikan pentingnya pengembangan Pusat Unggulan Iptek (PUI) untuk menjaga peninggalan peradaban nusantara.
Mengawali diskusi, Dr Blasius Suprapta MHum mengungkapkan, sejarah panjang nusantara telah melahirkan beraneka ragam budaya dan pengetahuan lokal. Contoh dari segi geohistori yaitu berkembangnya teknologi penempatan situs-situs kota dan pelabuhan pada abad XIII-XIV. “Hampir semua lokasi pelabuhan berada di titik pertemuan dua sungai (supit urang) dengan kondisi tanah kedap air agar bangunan tidak terkikis,” terang dosen Universitas Negeri Malang ini memaparkan hasil penelitiannya di Kalimantan Barat.
Kemudian, Dr Tukul Rameyo Adi, Staf Ahli Bidang Sosio-Antropologi Kementerian Bidang Koordinator Kemaritiman dan Investasi menambahkan contoh peninggalan sejarah dari segi kemaritiman. Di antaranya adalah pegaraman rakyat, sasi atau larangan mengambil sumber daya mineral untuk kelestarian, petuanan laut atau pengelolaan zona baik di darat maupun di laut, serta patanjala atau cara manajemen air. “Berbagai potensi tersebut apabila dikembangkan akan berdampak besar pada penguatan ekonomi nasional,” sambungnya.
Lebih lanjut menurutnya, pemerintah telah merencanakan strategi untuk mewujudkan meningkatnya peran kebudayaan dalam pembangunan melalui kapitalisasi nilai-nilai luhur budaya bangsa dan pengembangan etos kerja. Namun, pelaksanaan strategi itu mengalami hambatan akibat rendahnya literasi mengenai peradaban, utamanya karena sistem pendidikan Indonesia saat ini. “Parahnya lagi, beberapa budaya dan pengetahuan lokal itu mulai diadopsi oleh bangsa barat,” lanjut alumnus ITS dalam acara yang diselenggarakan oleh Departemen Teknik Geofisika itu.
Dr Tukul Rameyo Adi, staf ahli menteri bidang sosio-antropologi menambahi contoh dari segi kemaritiman. “Di antaranya adalah pegaraman rakyat, sasi (larangan mengambil sumber daya mineral untuk kelestarian), petuanan laut (pengelolaan zona baik di darat maupun di laut), dan patanjala (cara manajemen air),” ujarnya.
Berbagai potensi tersebut apabila dikembangkan akan berdampak besar pada penguatan ekonomi nasional. Pemerintah sebenarnya telah merencanakan strategi untuk mencapai visi Indonesia di 2045 yaitu mewujudkan meningkatnya peran kebudayaan dalam pembangunan melalui kapitalisasi nilai-nilai luhur budaya bangsa dan pengembangan etos kerja.
Namun, pelaksanaan strategi itu mengalami hambatan akibat rendahnya literasi mengenai peradaban, utamanya karena sistem pendidikan Indonesia saat ini. “Parahnya lagi, beberapa budaya dan pengetahuan lokal itu mulai diadopsi oleh bangsa barat,” lanjut alumnus ITS ini.
Melihat kondisi tersebut, Dr Ir Amien Widodo MSi, dosen Departemen Teknik Geofisika ITS mengungkapkan ITS sudah mulai meneliti dari penemuan hingga penyebab kepunahan pada beberapa situs arkeologi di Jawa Timur. Beberapa di antaranya yaitu Candi Dadi Tulungagung, Candi Pari, Sumur Upas Kedaton, dan Situs Kumitir Mojokerto. “Tak hanya itu, ITS juga berencana mengembangkan PUI Peradaban Nusantara yang berfokus pada pengembangan peradaban melalui sains dan teknologi,” ujarnya.Pengembangan PUI ini penting melihat kondisi darurat peradaban Indonesia saat ini. Prosesnya tentu tidak dapat dilakukan sendiri, melainkan harus bekerja sama dengan berbagai pihak. Adanya PUI Peradaban Nusantara diharapkan bisa mengeksplor lebih banyak temuan dan mencegah punahnya peninggalan peradaban Bangsa Indonesia. “Selain itu, kita juga bisa masuk ke dunia pendidikan untuk mengenalkan peradaban,” pungkasnya mengakhiri kegiatan pada Sabtu, (6/3) lalu. (*)
Reporter: ion3
Redaktur: Heny Tri Hendardi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di
Kampus ITS, ITS News — Sampah plastik sampai saat ini masih menjadi momok yang menghantui lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan