ITS Kampus, ITS News – Masih banyak para petani tambak di Indonesia yang mengalami kesulitan dalam produktivitasnya dikarenakan beberapa hal. Melihat kondisi tersebut, tim yang terdiri dari mahasiswa dan alumni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggagas Eco Aerator guna meningkatkan produktivitas dari petani tambak.
Mereka adalah Roikhanatun Nafi’ah (mahasiswa program Magister Teknik Sistem dan Industri, 2019), Prisma Riashuda (mahasiswa S1 Teknik Elektro, 2018), Rizki Wahyu Ismadani (mahasiswa S1 Teknik Elektro, 2017), serta Jatrifia Jiwa Gandhi dan Rizky Nafiar (alumni Teknik Elektro). Tergabung dalam sebuah tim, mereka merancang Eco Aerator yang ramah lingkungan. “Selain itu Eco Aerator buatan kami juga sudah dilengkapi dengan smart Internet of Things (IoT),” jelasnya.
Roikhanatun Nafi’ah, ketua tim tersebut menjelaskan, dengan berbasis smart IoT, Eco Aerator buatan timnya dilengkapi sensor-sensor. Adanya sensor ini berfungsi untuk menjaga kestabilan kadar terlarut dan mengoptimalkan kondisi lingkungan. “Hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan produktivitas hasil tambak,” ujarnya.
Mahasiswi yang kerap disapa Nafi’ ini mengatakan bahwa tidak seperti aerator konvensional yang menggunakan diesel, Eco Aerator buatan timnya menggunakan energi terbarukan berupa tenaga surya. Selain itu, alat ini juga dilengkapi dengan kincir. “Kincir tersebut membuat hasil tambak mendapat pasokan oksigen dengan baik,” terangnya.
Mahasiswa magister ini menambahkan bahwa ide yang dihasilkan tercetus dari permasalahan para petani tambak. Permasalahan tersebut seperti biaya operasional yang tergolong tinggi namun tidak didukung dengan hasil panen yang ada. “Hasil panen yang diperoleh tidak terlalu signifikan atau memiliki produktivitas yang rendah,” ungkapnya.
Nafi’ menyebutkan, karya tersebut memiliki harga yang terjangkau dengan penghematan operasional yang tinggi. Hal inilah yang membuat para petani tambak di Indonesia perlu untuk memiliki alat tersebut. “Dengan beberapa keunggulan dan harga terjangkau yang ditawarkan tentunya membuat para petani tambak sangat tertarik,” tandasnya optimistis.
Selaras dengan hal tersebut, saat ini pemerintah Indonesia ternyata juga ingin meningkatkan produktivitas dari petani tambak. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengurangi impor dari negara lain. “Hal ini tentu saja membuat target pasar dari alat ini juga menjadi semakin besar,” katanya.
Mahasiswa asal Jepara ini menyampaikan bahwa Eco Aerator dengan berbasis smart IoT tersebut ternyata belum memiliki kompetitor di Indonesia. Tidak hanya di Indonesia, Eco Aerator yang ada di luar negeri juga masih belum dilengkapi dengan sensor-sensor cerdas. “Dapat dikatakan bahwa karya kami memiliki peluang yang besar untuk dapat dikembangkan,” imbuhnya.
Berdasarkan inovasinya tersebut, tim ini juga telah berhasil meraih juara pertama dalam kompetisi Startup Weekend Indonesia, beberapa waktu lalu. Dalam ajang tersebut, tim ini berhasil mengalahkan 40 lebih perguruan tinggi dan 1.000 perusahaan rintisan yang ada di Indonesia. “Hal ini merupakan sebuah pencapaian yang luar biasa bagi karya kami,” tuturnya.
Nafi’ mengatakan bahwa Eco Aerator buatan timnya saat ini masih berfokus kepada para petani tambak udang. Ia berharap karya ini bisa dikomersialisasikan secara luas agar bisa dimanfaatkan oleh seluruh petani tambak di Indonesia. “Saat ini kami sedang berproses agar karya kami dapat lebih bermanfaat hingga membantu kegiatan ekspor di Indonesia,” tegasnya. (HUMAS ITS)
Reporter: Nadila Wulan Cahyani
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di
Kampus ITS, ITS News — Sampah plastik sampai saat ini masih menjadi momok yang menghantui lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan