Kampus ITS, ITS News – Wirausaha merupakan keterampilan yang dimiliki seseorang untuk mengatur keberlanjutan bisnisnya. Tidak jarang, seorang wirausahawan mengalami kegagalan ketika mulai merintis usahanya. Salah satu diantara penyebab kegagalan tersebut adalah desain produk yang kurang menarik. Melalui kuliah tamu bertajuk Creative Design and Implementation, Direktorat Inovasi dan Kawasan Sains Teknologi (DIKST) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) ajak mahasiswa perluas wawasan bisnis mengenai desain produk kreatif yang berdaya saing, Sabtu (10/4).
Co-founder Cravar, Yoki Panji Baskara yang didapuk sebagai pembicara, memaparkan bahwa dalam proses penciptaan desain kreatif, terdapat beberapa langkah bijak yang harus diperhatikan. Pertama-tama, penentuan jenis produk yang akan ditawarkan harus spesifik, serta memiliki target pasar yang jelas. Dalam menentukan ide bisnis ini, Yoki, sapaan akrabnya, menyarankan agar tidak sekadar mengikuti tren yang terjadi di masyarakat. “Banyak pebisnis yang justru terjebak disini, yang akhirnya membuat produknya tidak punya identitas yang khas,” jelasnya.
Setelah itu, pria asal Jakarta ini mengulas, tahap selanjutnya adalah pengumpulan referensi dan pembuatan sketsa kasar identitas produk. Apabila referensi dan sketsa dirasa lengkap, dapat beralih ke pemilihan material dan konstruksi yang selaras dengan identitas produk yang ditentukan di awal. “Misalnya, diciptakan produk tas kulit dengan material yang lembut, sehingga menjadi ciri khas dari produk tersebut,” ujarnya.
Apabila semua proses tersebut telah matang, dapat dilakukan launching product yang diikuti kolaborasi dan evolusi bisnis. Yoki bercerita, dalam menjalankan bisnisnya ini ia selalu menjalin kolaborasi dan evaluasi dengan para pelanggannya. Menurutnya, dengan interaksi ini, produk yang dihasilkan akan semakin sesuai dengan kebutuhan pasar yang terus berkembang. “Dari masukan-masukan pelanggan, produk kami akan mengalami beberapa perubahan kecil yang bersifat positif. Disinilah letak evolusinya,” imbuhnya.
Dalam prosesnya, penyaringan masukan tersebut harus tetap berpedoman pada prinsip desain perusahaan sebelumnya. Pria lulusan program studi (prodi) Hubungan Internasional ini mencontohkan, identitas produk di awal harus tetap dipertahankan meski mengalami evolusi. Seperti yang dilakukan perusahaan Cravar, yang menitikberatkan ciri khasnya melalui desain yang orisinal. “Tanpa ada logo, kami ingin desain ini yang mem-branding produknya,” ungkap Yoki.
Yoki menambahkan, contoh prinsip desain lain yang sangat penting untuk dipertahankan adalah aspek ketahanan produk. Aspek ini merupakan bagian yang sulit dikenali calon pembeli. Sebab semua barang baru akan tampak baik-baik saja karena belum pernah digunakan. “Oleh karena itu, disarankan untuk menawarkan garansi atau pelayanan ekstra apabila suatu saat produk itu bermasalah. Tujuannya untuk meyakinkan calon pembeli,” tuturnya.
Selanjutnya, prinsip desain yang perlu dipegang yakni fungsional dan kepraktisan barang. Meskipun aspek visual sangat menonjol, Yogi berpendapat, kemampuan fungsional produk juga dapat berdampak besar terhadap penilaian produk. Penting juga memastikan kenyamanan pelanggan saat memakai produk tersebut. “Terakhir, pastikan tidak ada elemen yang tidak diperlukan dalam produk. Semakin banyak eleman tersebut, semakin besar juga kemungkinan terjadinya kerusakan,” tekan Yoki di akhir. (*)
Reporter : Zanubiya Arifah Khofsoh
Redaktur : Akhmad Rizqi Shafrizal
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di
Kampus ITS, ITS News — Sampah plastik sampai saat ini masih menjadi momok yang menghantui lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan