Kampus ITS, ITS News – Hadirnya teknologi di Indonesia dapat menolong Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) untuk memperluas jangkauan pasar dan meningkatkan taraf hidup pelaku usaha. Sebagai salah satu perusahaan e-commerce terbesar di Indonesia, Bukalapak menyapa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) untuk memberikan wawasan tentang pentingnya teknologi bagi UMKM dalam webinar bertajuk A Story of Empowering Indonesia Through All Commerce, Minggu (18/4).
Berdasarkan hasil riset Bukalapak di tahun 2019, 70 persen dari transaksi ekonomi di Indonesia masih terjadi secara luar daring (luring) dan 65 persen di antaranya terjadi di warung. Dengan data ini, Bukalapak ingin memberdayakan warung-warung tersebut sebagai mitra dengan konsep bisnis O2O atau Online-to-Offline yang memungkinkan pelanggan untuk memesan barang secara online dan mengambil atau retur barang tersebut secara offline di toko atau warung mitra terdekat.
AVP Mitra Engagement and Social Commerce Bukalapak, Nagea Delaya menyatakan bahwa dengan konsep O2O ini, semua UMKM bahkan individu seperti ibu rumah tangga dapat memulai bisnis dengan jangkauan pasar yang lebih luas daripada bisnis konvensional. Pelanggan juga dapat memesan secara online dan mengecek produk secara langsung di warung atau toko fisik. “Pada akhirnya, omset warung meningkat dan ibu rumah tangga dapat penghasilan ekstra,” tuturnya.
Bukalapak turut mengambil andil dengan menyediakan platform yang menghubungkan mitra dengan vendor untuk memperluas jangkauan produk mereka. Sehingga tidak hanya kebutuhan pokok rumah tangga saja yang dijual di warung, akan tetapi produk virtual seperti pembayaran listrik, top-up uang elektronik, dan lainnya. “Bukalapak menyediakan sekitar 37 produk virtual yang dapat dijual lagi oleh mitra,” ujar alumnus Institut Teknologi Bandung ini.
Untuk memaksimalkan konsep O2O, perlu digunakannya teknologi seperti aplikasi ponsel yang andal. Dalam mengembangkan aplikasi ponsel, Muhammad Rizky Habibi sebagai software architect di Bukalapak menyatakan bahwa ada istilah metrik vital aplikasi untuk menjelaskan beberapa hal yang harus diperhatikan untuk memaksimalkan kepuasan dan menarik minat pengguna untuk berbelanja lewat aplikasi.
Metrik vital aplikasi terdiri atas application not responding (ANR) rate, rendering frame, crash rate, dan ukuran aplikasi. ANR merupakan frekuensi aplikasi yang tidak dapat dioperasikan oleh pengguna, startup time, atau lamanya waktu yang dibutuhkan sebuah aplikasi untuk dijalankan. Rendering frame adalah kejadian saat tampilan aplikasi tidak menunjukkan aktivitas apa pun (heng).
Adapun crash rate merupakan sesuatu yang menunjukkan bahwa aplikasi selalu tertutup secara otomatis ketika dijalankan, dan yang terakhir ukuran aplikasi yakni besar kecil nya aplikasi. “Kalau semua aspek itu punya rate yang tinggi, pengguna akan malas mengoperasikan aplikasi,” tukasnya.
Proses pengembangan aplikasi juga memerlukan adanya masukan dari pengguna sehingga pengembang aplikasi dapat mengetahui letak masalah dan memitigasinya dengan cepat. “Maka dari itu, penting bagi pengembang untuk sering membaca ulasan pengguna baik di platform toko aplikasi seperti Google Play Store, atau media sosial,” pungkasnya. (*)
Reporter: Dian Nizzah Fortuna
Redaktur : Muhammad Ainul Yaqin
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di
Kampus ITS, ITS News — Sampah plastik sampai saat ini masih menjadi momok yang menghantui lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan