Kampus ITS, ITS News – Produksi energi panas bumi menjadi tantangan yang besar ketika fluida kimia geotermal mengakibatkan korosi dan scaling pada bahan konstruksi produksi. Menyadari permasalahan ini, Ikatan Alumni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) di Luar Negeri (IKA-ITS LN) bekerjasama dengan Pusat Penelitian Energi Berkelanjutan ITS mengadakan webinar series yang bertajuk Scale Pervention Program In Geothermal Industry by DSI, Sabtu (01/05).
Dalam materi yang dibawakan oleh Regional Manager South East Asia NEUCHEMIE, Nur Choiri Amin, dijelaskan bahwa fluida kimia geotermal memiliki komposisi keasaman yang berisi sulfur dan asam halogen yang aktif mengkorosi banyak campuran logam sehingga akan menyebabkan kerugian pada produksi energi panas bumi. “Kerugiannya berupa penurunan kapasitas produksi hingga peningkatan biaya perawatan,” jelasnya.
Lebih lanjut, Choiri memaparkan bahwa ada banyak jenis korosi yang terjadi pada sistem geotermal, salah satunya korosi seragam atau erosi. Korosi ini terjadi karena efek mekanik pada logam, misalnya abrasi dan gesekan pada sistem. Logam yang mengalami korosi akan menimbulkan bagian-bagian yang kasar dan tajam.
Ia juga menyebutkan, aliran fluida geotermal yang sangat cepat dapat merusak permukaan logam dan lapisan pelindung alat sehingga meningkatnya laju korosi. “Rusaknya lapisan ini akibat serangan korosi secara berkelanjutan dapat membuat pipa menjadi cekungan,” ungkapnya.
Menurutnya, aliran fluida geotermal yang kontak langsung dengan hidrogen ini merupakan masalah utama terbentuknya korosi dan lambat laun akan menimbulkan scaling. Scaling sendiri merupakan kerak yang terbentuk oleh senyawa kimia silika, kalsite dan terkadang sulfid, sedangkan korosi adalah penyebab kedua pembentukan scale. “Permasalahan ini sangat penting karena akan merugikan pada efisiensi pompa geotermal,” ujar pria berkacamata ini.
Mengaitkan korosi dan scaling, pria yang memaparkan materinya dari Turki ini mengungkapkan karena dua hal ini sangat berhubungan erat, maka tidak ada tes atau indeks yang cocok untuk dijadikan indikator untuk kedua permasalahan ini. Sampai saat ini hanya dapat menggunakan indikator nilai pH semikuantitatif dari aliran fluida geotermal dengan melihat kecenderungan air yang dapat menyebabkan scaling.
Pada akhir pemaparan, pria yang akrab dipanggil Choiri ini menjelaskan bahwa sudah ada pertimbangan untuk menggunakan indikator saturasi langelier, tetapi indeks kejenuhan indikator ini tidak bisa digunakan untuk memprediksi korosi. “Saya berharap segera dibuatnya indikator untuk menganalisis kedua potensi korosi dan scaling,” harap Choiri mengakhiri webinar. (*)
Reporter : Fauzan Fakhrizal Azmi
Redaktur : Fatih Izzah
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di
Kampus ITS, ITS News — Sampah plastik sampai saat ini masih menjadi momok yang menghantui lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan