Kampus ITS, ITS News — Pergerakan bisnis yang sangat cepat, melahirkan pemikiran baru yang harus diasah agar dapat bertahan ditengah persaingan yang ketat. Metode Agile salah satunya dianggap menjadi solusi yang tepat dalam menyesuaikan situasi yang mungkin terjadi. Menanggapi hal tersebut, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melalui PT ITS Tekno Sains menggelar webinar bertajuk “Menciptakan Peluang Baru dengan Agile”, pada Selasa (11/5).
Ir Setiyo Agustiono selaku perwakilan dari PT ITS Tekno Sains menyatakan, ditengah situasi pandemi ini keberadaan Agile sangat penting untuk dimanfaatkan. Sebutan era Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity (VUCA) saat ini dimengerti sebagai perubahan yang sangat cepat, ketidakpastian, sangat kompleks, dan segala sesuatunya serba tidak jelas yang dipicu oleh wabah Covid-19.
Diterangkan lebih lanjut, Agile dalam hal ini dimaksudkan agar organisasi dan industri harus cepat membaca situasi, membuat terobosan baru, dan menyesuaikan diri dengan perubahan pasar. “Kondisi new normal yang sedang berjalan saat ini sangat mungkin berubah menjadi kondisi yang permanen,” sambungnya.
Turut mengundang Amin Leiman selaku Agile Master Coach sebagai pemateri utama, ia memaparkan, Agile dapat dimaknai sebagai salah satu kata sifat yaitu lincah dan gesit. Selaras dengan Setiyo, Amin menyatakan bahwa kedua sifat ini diperlukan dalam menghadapi perubahan yang tidak menentu di kondisi dunia VUCA.
Laki-laki berkacamata ini mengatakan, Agile semula dikenal melalui pengembangan dalam sistem perangkat lunak. Namun, konsep ini dapat memberikan berbagai peluang baru di masa pandemi. Beberapa diantaranya ia mencontohkan, perusahaan yang bergerak dibidang akomodasi memberikan konsep yang solutif ditengah pandemi dalam layanan penginapannya, hingga Agile manufaktur yang memproduksi alat sterilisasi udara. “Penemuan ide yang kreatif dan solutif adalah langkah awal dalam memulai bisnis,” tegasnya.
Lebih lanjut Amin menjelaskan, Agile menggunakan konsep iterasi dimana tetap dilakukan perlangkah namun berjalan berulang. Pada konteks ini, Agile mengubah pemikiran yang semula prediktif menjadi adaptif. “Tidak selalu merasa benar, tapi mempertimbangkan segala kemungkinan dan kesempatan yang ada,” jelasnya.
Laki-laki yang saat ini berdomisili di Amerika Serikat ini menambahkan, terdapat beberapa hal yang menjadi dasar pemahaman Agile. Agile dilakukan dengan mengedepankan adanya interaksi dan kolaborasi dengan pelanggannya. Selain itu, Agile akan memberikan respon terhadap perubahan yang terjadi daripada terus mengikuti rencana yang telah disusun.
Setiyo sepakat dengan Amin, pemahaman Agile tidak bisa didapat dalam sekali penjelasan, namun harus diperdalam dengan bantuan coach. Hal ini disebabkan karena Agile merupakan suatu bentuk pola pikir yang tumbuh dalam pikiran seseorang. “ITS Tekno Sains siap melanjutkan dan menjembatani bagi keluarga ITS yang ingin memperdalam pemahaman Agile,” pungkas Setiyo. (*)
Reporter : Faadhillah Syhab Azzahra
Redaktur : Luthfi Fathur Rahman
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di
Kampus ITS, ITS News — Sampah plastik sampai saat ini masih menjadi momok yang menghantui lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan