Kampus ITS, ITS News – Mode (fashion) merupakan tren gaya hidup yang mengalami pergerakan yang begitu cepat. Bagi para pebisnis di bidang ini, persaingan dengan kompetitor harus diantisipasi dengan baik agar tetap bertahan. Menimbang urgensi tersebut, materi Creative Word of Mouth Marketing menjadi salah satu topik pembahasan pada Logistic and Supply Chain Camp (LSCAMP) 2021, Minggu (30/5).
Sarastika Arum yang didapuk sebagai pembicara dalam acara ini mengungkapkan bahwa dalam memulai bisnis apapun, khususnya fashion, pemahaman tentang pondasi bisnis yang dijalani sangatlah penting. Bagi dirinya sendiri, iman dan ilmu adalah pondasi utama untuk memulai aktivitas bisnisnya. “Semakin besar bisnis yang dijalankan, semakin kuat pula pondasi yang harus dibangun,” ujarnya.
Dalam pondasi iman yang disebutnya, beberapa hal seperti yakin, niat dan komitmen yang kuat harus selalu ditanamkan. Baginya, terjun di dunia bisnis tidak lepas dari apa yang telah dikehendaki Tuhan Yang Maha Esa. Terlebih, bisnis Royale Premium miliknya ini bergerak di bidang fashion muslimah yakni mukena. “Berbekal iman, bisnis akan mudah dijalani walaupun menghadapi tantangan yang besar,” sambung Arum.
“Sedangkan ilmu juga penting untuk mengetahui aturan-aturan bisnis hingga proses distribusi. Tujuannya agar bisnis tidak salah jalan,” tegasnya.
Setelah kedua pondasi tersebut dikuasai, pebisnis harus memperhatikan setiap langkah bisnisnya. Sebagai permulaan, perencanaan visi dan misi bisnis yang jelas adalah upaya untuk memfokuskan bisnis pada batasan tertentu. “Selama tiga tahun bisnis Royale Premium kami ini, visinya adalah kebermanfaatan bagi orang lain. Kami harap bisnis ini bisa menjadi jembatan ke surga Allah,” ucapnya.
Sarastika Arum saat membagikan tiga langkah memulai bisnis yang ia lakukanDalam proses persiapan konsep, tambah Arum, brand awareness atau kesadaran pelanggan untuk mengenali sebuah brand produk juga harus diupayakan, setidaknya bagi orang terdekat. “Menciptakan perbedaan dengan produk lain sangat penting, karena semua orang bisa membentuk produk, tapi hanya orang cerdas yang mampu menciptakan konsep,” tuturnya.
Setelah konsep matang dan bisnis telah dijalankan, wanita yang juga owner dari Omah Akung ini menyampaikan bahwa konsistensi adalah langkah yang menjadi tumpuan pengembangan bisnis. Konsistensi ini nantinya yang akan menentukan keberlanjutan bisnis di masa mendatang. “Kunci konsistensi terletak pada diri pribadi,” ujarnya.
Meskipun konsep produk yang dibuat sudah matang, kompetisi dengan pebisnis lain merupakan tantangan eksternal lainnya. Guna menyiasati hal ini, Arum menitikberatkan pada tiga konsep, yakni skill, knowledge, dan attitude. Skill sendiri merupakan keahlian yang bisa didapatkan dengan kemauan belajar (knowledge). “Sedangkan attitude digunakan untuk eksekusi, sehingga harus menyiapkan pola pikir dan perasaan yang positif,” sahutnya.
Bisnis Royale Premium yang dikerjakan Arum sendiri telah menjadi rumah bagi 20 distributor resmi, 1600 tim penjualan, dan 100 orang penjahit. Mayoritas anggota tim yang disebut tim syiar ini adalah ibu-ibu dari seluruh Indonesia. Hal ini merupakan wujud dari sistem business to business atau transaksi kepada organisasi bisnis lain. “Kami bertujuan membuka peluang kerja bagi masyarakat luas,” tuturnya. (*)
Reporter : Faadhillah Syhab Azzahra
Redaktur : Akhmad Rizqi Shafrizal
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di
Kampus ITS, ITS News — Sampah plastik sampai saat ini masih menjadi momok yang menghantui lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan