Kampus ITS, ITS News – Menciptakan karya seni grafis yang ciamik memerlukan kiat dalam menuangkan inspirasi hingga teknik kombinasi warna. Di sisi lain, hasilnya pun harus bisa menunjukkan ciri khas dari si pencipta. Berangkat dari hal itu, Rupa Fest mengajak para desainer dan ilustrator muda untuk mengulik cara meramu karya dengan ciri khas diri, Sabtu (17/7).
Co-founder dan creative director Satu Collective Studio, Seto Adi Witonoyo menjelaskan, dalam menentukan gagasan karya yang dibuat, seorang seniman grafis harus memiliki kemampuan belajar dengan mandiri (self learning). Dalam menghadapi kompetisi di luar, mereka harus mempunyai pembeda dari yang lainnya. “Rasa kompetitif juga harus ditanamkan dengan kuat agar bisa meng-upgrade diri ke tahap selanjutnya,” terangnya.
Lebih lanjut, untuk mendorong batas diri, diperlukan mindset, skill set dan tools set yang mumpuni. Bukan hanya hal taktis semata, pola pikir dari seorang desainer grafis harus seimbang antara logical thinking dan analytical thinking-nya. Untuk menjadi ahli seseorang harus pintar mencoba-coba, mempraktekkan, dan membuat apa yang sedang populer. “Tidak hanya copy paste, tapi bagaimana caranya karya yang dihasilkan tetap mempunyai ciri khas diri. Combine, update dan upgrade,” ujarnya.
Berkenaan dengan topik Design and Anything in Between, ia menerangkan bahwa ada lima hal yang penting dalam menggambarkan karakter diri dalam mendesain. Yakni desain dengan tujuan yang jelas, mengidentifikasi peluang, membuat terobosan, mengintegrasikan semuanya dan membuat perbedaan. “Pembentukan karakter ini diperlukan untuk menciptakan style tersendiri dan terlihat stand out juga,” jelas lelaki yang menjadi salah satu di balik proyek desain 75 Tahun Kemerdekaan Indonesia ini.
Selain dari konsep dan gagasan bagaimana desain dibuat untuk menonjolkan ciri khas diri, faktor penting yang menunjang ialah pemilihan warna yang digunakan. Pada sesi kedua, Wastana Haikal mengungkapkan, terkadang saat memulai pemilihan warna pada gambar biasanya terlalu berlebihan. Hal ini bisa diatasi dengan mencoba melihat objek warna asalnya. Contohnya bisa dengan melihat warna pada daun, jika ditelaah lebih teliti warna daun di alam tidak hanya hijau saja, tetapi juga terdapat hint warna lainnya. “Terkadang kita lupa bahwa yang biasa disebut dengan accidental colour ini luput kita cantumkan pada rancangan karya kita,” terangnya.
Untuk menjadi pawang warna atau colour tamer, lelaki yang akrab disapa Haikal ini membagikan beberapa tips. Pertama, jangan melabeli warna menjadi kelompok-kelompok tertentu. See them equal, ia menyatakan bahwa warna itu tidak mempresentasikan warna maskulin atau feminin. “Contoh saja warna biru ketika dia disandingkan dengan karakter warna lain maka karakternya akan berbeda lagi, bisa terlihat kuat, sendu, ceria tergantung kondisi jadi anggap semua warna sama,” tutur Haikal.
Selanjutnya ialah kenali warna. Cara efektif untuk mengenalnya ialah dengan berlatih dan banyak melihat referensi-referensi dari manapun, bisa dari lingkungan sekitar, karya seniman lain, maupun dari apa yang dilihat sehari-hari. Tak lupa, ia mengingatkan untuk bermain dan berani dengan warna, sandingkan dengan warna-warna tetangganya.
Selain bermain dengan ragam macam warna, nantinya warna-warna tersebut dapat diatur komposisinya berdasarkan kebutuhan. Sebab, komposisi yang tepat untuk pemilihan warna dapat membentuk karakter dalam ilustrasi dalam penentuan tokoh. “Peletakan warna ini dapat diaplikasikan pada fashionnya ataupun warna kulit,” sebutnya kemudian.
Di akhir, Haikal menegaskan jika banyak berlatih seiring waktu akan mudah dapat menemukan warna yang pas untuk menggambarkan jati diri. Inspirasi warna alami dari benda sekitar juga dapat membantumu belajar warna, serta memilih warna tidak hanya dari apa yang dilihat, namun juga apa yang dirasa. “Warna bersifat subjektif, wajar jika kita tidak menyukai dengan apa yang orang suka, begitupun sebaliknya, itu bukan menjadi masalah,” tegas lelaki asal Bandung ini.(*)
Reporter: Fatima Az Zahra
Redaktur: Heny Tri Hendardi
Kampus ITS, ITS News — Beberapa tradisi budaya masyarakat Indonesia bisa terancam punah akibat adanya beban pembiayaan kegiatan yang lebih
Kampus ITS, ITS News — Tak henti-hentinya, tim riset Nogogeni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali mencetak prestasi dalam ajang
Kampus ITS, ITS News — Menjawab tantangan perkembangan teknologi komunikasi masa kini, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menghadirkan Program Studi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di