Kampus ITS, ITS News – Tim Kuliah Kerja Nyata Pengabdian Masyarakat (KKN Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) memberikan edukasi mengenai gambaran konsep desa wisata di Desa Tihingan, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, Bali. Konsep yang digadang dapat menjadi solusi pengembangan potensi desa ini sekaligus diarahkan menjadi implementasi program Merdeka Belajar.
Desa Tihingan sendiri memiliki potensi secara geografis maupun demografis. Hal itu tampak dari lokasi desa yang mudah dijangkau serta lebih dari 50% penduduknya berusia produktif. “Aksesnya mudah karena hanya butuh waktu 10 menit dari pusat kabupaten dan 30 hingga 60 menit dari Kota Denpasar menuju sini,” ungkap I Wayan Sugiarta, Kepala Desa Tihingan.
Melalui semarak program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), Prof Dr Ketut Buda Artana ST MSc menginisiasi penyusunan konsep desa wisata yang dikemas dengan sebutan Eduwisata Merdeka Belajar (EMB). “Konsep ini diusulkan dengan meramu tiga poin penting yaitu pembelajaran, pendidikan, dan pemberdayaan masyarakat,” ujar pria yang juga menjadi Ketua Tim KKN Abmas Desa Tihingan ini.
Konsep EMB sendiri dipilih sebagai bagian dari proses menggeser pembelajaran yang selama ini hanya ada di kelas menuju pembelajaran di lapangan. Proses penggeseran ini bermaksud menjadikan Desa Tihingan sebagai laboratorium alam dengan menyesuaikan potensi alam yang ada. “Dengan ini diharapkan dapat tercipta suasana belajar yang lebih santai dan menyenangkan karena digabung dengan kegiatan wisata,” tambahnya.
Terminologi merdeka belajar pun ia pilih karena konsep yang ditawarkan dibuat agar siswa dari ragam jenjang dapat memilih secara merdeka apa yang memungkinkan untuk dipelajari di Desa Tihingan. “Secara merdeka, mereka dapat memilih apakah mau belajar teknik membuat gamelan Bali atau metode ternak sapi komunal, misalnya,” jelasnya memberikan contoh.
Konsep yang diusung ini tentunya juga sebaga proses pemberdayaan masyarakat secara menyeluruh. Hal itu dilakukan melalui penyusunan rencana pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran hingga evaluasi yang akan melibatkan guru di sana. “Baik mereka guru yang sudah purna atau masih aktif, kami ajak untuk merangkai kurikulum sehingga dapat membantu penjaminan mutu pendidikan,” urai Ketut, sapaan akrabnya.
Konsep pembelajaran di Desa Tihingan sendiri juga dikonsep agar pembelajar dapat tinggal di rumah penduduk dengan menerapkan sistem homestay. Hal ini memerlukan pemberdayaan penduduk dengan satu bangunan rumahnya akan menambah pendapatan penduduk desa. “Termasuk pengadaan fasilitas transportasi, katering dan pemandu wisata, sebesar-besarnya akan memanfaatkan potensi sumberdaya di sana,” katanya bersemangat.
Rencana Eduwisata Desa Tihingan ini sendiri mendapat apresiasi dari Kepala Dinas Pariwisata Pemerintah Provinsi Bali, Ir I Putu Astawa. Ia merasa senang karena penawaran dari Tim ITS ini menjawab bagaimana pembangunan wisata Desa Tihingan meninjau secara menyeluruh dari sisi produk, pelayanan dan pengelolaan. “Dan nantinya diharapkan dapat dikelola secara berkelanjutan oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes),” ungkapnya.
Pemberdayaan oleh BUMDes nantinya dinilai akan berdampak baik karena bab pengelolaan sangat diperlukan dalam rangka mengantisipasi terjadinya konflik apabila kemajuan menunjukkan tren positif yang semakin jelas. “Supaya nantinya tidak terjadi perebutan atau konflik kepentingan lain yang tidak diinginkan kedepannya,” imbuhnya.
Konsep EMB Desa Tihingan ini sendiri juga termasuk dalam bagian dari fokus Pusat Kajian Sustainable Development Goals (SDGs) ITS dalam perwujudan mempercepat capaian SDGs untuk Indonesia Timur. Astawa pun berharap EMB ini dapat menjadi solusi tepat yang berkelanjutan dan berkualitas. “Serta yang utama, sesuai visi pariwisata Bali yaitu pariwisata berbasis budaya,” tegasnya.
Menanggapi hal itu, Ketua Pusat Kajian SDGs ITS, Dr Agnes Tuti Rumiati MSc, menjelaskan bahwa kualitas usulan EMB ini nantinya akan baik seiring dengan komitmen pentahelix yang sampai saat ini terus saling mendukung. “Dukungan dari masyarakat, pemerintah, swasta, media dalam hal ini TV Desa, serta beberapa perguruan tinggi seperti ITS, Universitas Pendidikan Ganesha, dan Universitas Marwadewa harus selalu dijaga,” tutup Dosen Departemen Statistika ITS tersebut. (*)
Reporter: Kafa ‘Aisyana Ni’mah
Redaktur: Septian Chandra Susanto
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di
Kampus ITS, ITS News — Sampah plastik sampai saat ini masih menjadi momok yang menghantui lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan