ITS News

Minggu, 17 November 2024
15 September 2021, 09:09

Melalui Webinar, ITS Bahas Pengendalian Emisi Gas Rumah Kaca 

Oleh : itsojt | | Source : ITS Online

Pemaparan oleh pemateri mengenai ruang lingkup pengembangan inovasi dalam Pertamina yang berhubungan erat dengan Efek Gas Rumah Kaca (GRK).

Kampus ITS, ITS News – Pengendalian emisi Gas Rumah Kaca (GRK) merupakan isu penting karena implikasi dari perubahan iklim yang signifikan. Menanggapi isu ini, Alumni Teknik Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ALTEKIM ITS) menghelat webinar yang bertajuk Research and Technology Innovation to Reduce Greenhouse Emission. Mengundang dua pembicara dari PT Pertamina, webinar ini banyak membahas inovasi pengurangan emisi untuk mencapai angka penurunan 40%  pada 2030.

Permasalahan penyediaan energi dan relasinya pada pencemaran lingkungan akibat emisi karbonnya memang sudah menjadi masalah menahun di berbagai belahan bumi. New Renewable Energy Downstream Research & Technology Innovation Researcher, Rachma Fitriani ST MEng menyebutkan bahwa pemerintah Indonesia terkhusus Pertamina berkomitmen untuk mendukung dunia internasional dalam mengatasi masalah perubahan iklim bersama-sama dengan masyarakat. Pelaksanaan kegiatan ini guna membantu mencapai target penurunan GRK berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 sebesar 29% – 41% pada tahun 2030.

Untuk memperlancar rencana itu, Pertamina telah menetapkan Roadmap Penurunan Emisi GRK Tahun 2020 yang memuat tujuan dan rencana menuju operasi yang bersih dan rendah GRK. Pertamina secara optimis berambisi mengurangi emisi sebesar 6.480.000 ton CO2 dari tahun dasar 2010. Upaya penurunan emisi dilakukan melalui perubahan pada proses produksi di Pertamina. “Upaya penurunan emisi GRK dilakukan melalui efisiensi energi, penggunaan flare gas, konversi bahan bakar, penggunaan peralatan hemat energi dan rendah emisi serta optimalisasi dan modifikasi peralatan,” ungkap Rachma.

Pemaparan 5 trend global yang dapat mempengaruhi landscape energi global di Indonesia dan kondisi transisi energi.

Upaya tersebut dapat diwujudkan melalui program unggulan diantaranya perubahan sistem press-up nitrogen ke unit LEU, SEPLINA (Separation of Line Naptha), penggunaan gas jack/mini compressor untuk pemanfaatan gas suar bakar, hingga optimalisasi pemancar level portabel dengan pasokan listrik menggunakan energi matahari. Menambahkan keterangan Rachma, Dimas Ardiyanta yang merupakan Carbon Capture, Utilization, and Storage Upstream Research & Technology Innovation Researcher membeberkan bahwa terdapat tiga agenda utama Pertamina yang berisikan strategi dan inisiatif penurunan emisi GRK.

Agenda yang pertama adalah mengembangkan energi listrik dengan monetisasi aset panas bumi melalui independent power producer (IPP). Pertamina berencana untuk mengembangkan 1,3 Giga Watt proyek panas bumi serta IPP berbasis surya di area dengan radiasi matahari tinggi. “Rencana ini bisa diwujudkan dengan menjalin kemitraan strategis untuk pembuatan sel surya,” tegas Dimas.

Hasil dari pengolahan CO2 yang sangat potensial dan dapat digunakan sebagai keperluan rujukan instansi.

Kedua, Dimas melanjutkan, pengoptimalan penggunaan energi ramah lingkungan juga dilakukan pada mobilitas di sektor transportasi dengan mendukung pemerintah melaksanakan mandatori biodiesel 30 persen, green refinery, dan co-processing CPO. Sedangkan agenda ketiganya adalah mengupayakan bahan bakar dengan optimalisasi sumber energi lain yang tersedia di dalam negeri.

Dimas berharap dengan semua strategi dan inisiatif dari pemerintah dan juga Pertamina ini akan memudahkan para masyarakat Indonesia untuk turut andil terhadap pengendalian emisi khususnya Gas Rumah Kaca (GRK). “Konsep, strategi ini akan terus kami kembangkan sesuai dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan untuk terus berkontribusi aktif dalam perubahan iklim global,” pungkas Dimas menutup pemaparannya. (*)

Reporter: Fauzan Fakhrizal Azmi
Redaktur: Gita Rama Mahardhika

Berita Terkait