Kampus ITS, Opini – Menutup Bulan September, terdapat peringatan yang masih jarang didengar yakni Hari Sarjana Nasional yang jatuh pada 29 September. Secara historis, perayaan ini belum memiliki landasan yang valid dan tidak diketahui asal mula lahirnya. Kendati demikian, peringatan Hari Sarjana Nasional dimanfaatkan sebagai momen penghargaan kepada insan akademis dan peran sarjana dalam pembangunan bangsa. Bagaimana refleksi dari peringatan Hari Sarjana Nasional ini dan peran intelektual dalam membangun Indonesia?
Pada perkembangan zaman yang semakin canggih ini, bangsa-bangsa di dunia dihadapkan pada perubahan besar di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), ekonomi, dan sosial budaya. Guna menghadapi persaingan global, sumber daya manusia (SDM) berkualitas dan berintelektual menjadi salah satu hal yang patut diperjuangkan. Kondisi ini menuntut adanya pergerakan yang masif, utamanya di bidang pendidikan, untuk menjaga relevansi Indonesia dengan kondisi terkini.
Persis yang dikatakan Mohamad Surya bahwa bangsa-bangsa yang telah menikmati kesejahteraan dan kemakmuran bagi rakyatnya adalah bangsa yang memulai pembangunannya melalui pendidikan. Akademisi yang juga mantan Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia ini mengungkapkan bahwa pendidikan berguna melahirkan SDM yang berkualitas serta menguasai IPTEK.
Perjuangan peningkatan kualitas SDM ini sudah dijalankan pemerintahan Indonesia melalui program-program dan kebijakannya. Program wajib belajar 12 tahun misalnya, yang menjadi langkah strategis memastikan anak-anak Indonesia memiliki standar kualitas yang tinggi. Selain itu ada pula Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah, Beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) hingga revitalisasi pendidikan tinggi vokasi. Semua program tadi memiliki tujuan yang seirama yakni meningkatkan kualitas SDM Indonesia.
Hasil positif dari program tersebut terlihat dari survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) pada 2021. Survei tersebut menunjukkan bahwa tingkat persentase penduduk yang menyelesaikan pendidikan sarjana hingga doktoral naik 2,2 kali lipat dibandingkan sepuluh tahun sebelumnya. Angka meningkatnya jumlah sarjana ini selain menjadi suatu pencapaian bagi bangsa Indonesia seharusnya juga menjadi refleksi bagi insan akademisi, khususnya para sarjana. Perubahan apa yang akan ataupun telah mereka berikan kepada indonesia?
Sebagai kaum intelektual, sarjana diharapkan memiliki kemampuan, keterampilan, dan akhlak mulia untuk menuntun masyarakat. Bekal ilmu pengetahuan serta pengalaman yang diperoleh menjadi modal utama dalam menekuni pekerjaan sebagai wujud pengabdian kepada masyarakat, bangsa, dan negara. Sarjana juga menjadi sebuah aset dan harapan bangsa untuk masa depan. Sebagai calon pemimpin, sarjana tidak hanya harus memiliki kecerdasan intelektual tetapi juga kecerdasan spiritual dan emosional. Karenanya, sarjana harus mampu memerankan diri secara profesional dan proporsional di masyarakat maupun di dunia pendidikan.
Sarjana bukanlah sekadar gelar, dibalik title itu terdapat amanah untuk memberikan dampak ke arah perbaikan. Sebelum menjadi sarjana, mahasiswa memiliki peran sebagai agen perubahan, penjaga nilai luhur dan mulia, penerus bangsa, kekuatan moral, dan pengontrol sosial. Dan ketika sudah menjadi sarjana, maka peran tersebut tentunya harus tetap dijaga dengan kontribusi yang lebih matang. Selamat Hari Sarjana Nasional bagi seluruh mahasiswa dan sarjana di Indonesia. Mari gunakan momen ini untuk berefleksi mengenai kontribusi pada lingkungan sekitar sebagai wujud pertanggung jawaban pada gelar sarjana yang menempel di diri ini.
Ditulis oleh:
Shinta Ulwiya
Mahasiswa Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota ITS
Angkatan 2019
Reporter ITS Online
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)
Kampus ITS, ITS News — Tim Spektronics dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali sukses mendulang juara 1 pada ajang
Kampus ITS, ITS News — Kurang meratanya sertifikasi halal pada bisnis makanan khususnya pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM),