ITS News

Sabtu, 16 November 2024
01 Oktober 2021, 22:10

Mengenal Teknologi Disposal Limbah Radioaktif di PTLR Batan

Oleh : itsojt | | Source : ITS Online

Tampilan presentasi dari Peneliti Utama Manajemen Lingkungan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Ir Sucipto MSi mengenai teknologi disposal limbah radioaktif.

Kampus ITS, ITS News – Rangkaian acara kuliah tamu dari Departemen Teknik Geofisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) sudah memasuki minggu ketujuh. Di minggu ini, Peneliti Utama Manajemen Lingkungan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Ir Sucipto MSi berkesempatan mengenalkan teknologi disposal limbah radioaktif secara menyeluruh pada Jumat, (30/4) lalu.

Di awal, Sucipto memberikan gambaran bahwa limbah radioaktif (LRA) adalah zat radioaktif, bahan, dan peralatan yang telah terkena zat radioaktif atau menjadi radioaktif karena pengoperasian instalasi nuklir yang tidak dapat digunakan lagi. Terdapat tiga penyetor terbesar LRA di Indonesia, salah satunya adalah dari bekas penggunaan sumber radioaktif tersegel (DSRS). “Penggunaan sumber radioaktif itu digunakan untuk berbagai bidang, terutama industri, rumah sakit, pertambangan, dan sebagainya” ungkapnya.

 

Strategi untuk disposal limbah radioaktif (LRA) di Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR) Batan.

 

Di Indonesia sendiri, LRA dari seluruh pelosok dikirimkan ke Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR) Batan di Serpong tempatnya bekerja. Disana terdapat beberapa cara pengolahan LRA yang telah dilakukan sejak tahun 1988. Diantaranya adalah evaporasi, sementasi, kompaksi, dan insinerasi yang semuanya bergantung pada bentuk dari LRA yang dikirimkan. Misalnya LRA dalam bentuk cair akan diolah dengan cara evaporasi sehingga hasil penguapannya adalah udara bersih.

“Jika bisa, diawal sudah dihindari dan pilih yang minim menghasilkan limbah radioaktif,” pesan beliau. Hal tersebut karena tidak semua LRA dapat dikirimkan ke PTLR Batan karena adanya Kriteria Keterimaan Limbah (WAC) yang diterapkan. Beberapa kriteria tersebut adalah keterimaan radionuklida, aktivitas maksimum, kualitas kemasan limbah, dan aktivitas maksimum per kemasan limbah. Menurutnya, WAC dibuat berdasarkan pada kasus keselamatan dan untuk memudahkan pengelolaan selanjutnya.

Gambaran tipe Disposal Dekat Permukaan (NSD) yang dikembangkan oleh PTLR Batan di kawasan Nuklir Serpong.

Di akhir, Beliau juga membeberkan bahwa PTLR Batan mengembangkan tipe disposal baru, yaitu Disposal Dekat Permukaan (NSD) sederhana. Tipe disposal baru ini ditujukan untuk level limbah sangat rendah hingga sedang yang dikirimkan ke PTLR Batan. Hal ini disebabkan penyimpanan sementara milik PTLR Batan sudah mulai penuh. “Diharapkan ini bisa menampung kegiatan selama lima puluh tahun sehingga tidak perlu lagi membangun penyimpanan sementara,” tutup beliau. (*)

 

Reporter: Faqih Ulumuddin

Berita Terkait