Kampus ITS, ITS News — Tidak hanya yang berdomisili di kota besar saja, masih ada banyak perempuan peneliti yang tinggal di wilayah terpencil atau remote area yang juga memberikan kontribusi bagi bangsa. Maka dari itu, Organization for Women in Science for the Developing World (OWSD) Indonesia National Chapter mengapresiasi kontribusi perempuan peneliti di remote area.
Apresiasi tersebut diberikan melalui webinar berjudul “Women Scientists from Indonesia’s Remote Areas” yang digelar bertepatan dengan Hari Kartini pada Rabu (21/4). Berkat kontribusi perempuan hebat melalui ilmu dan riset, yang mana mereka telah berupaya mentransformasi keadaan di lingkungan sekitarnya menjadi lebih baik.
Dalam sambutannya, Presiden OWSD Indonesia, Sri Fatmawati PhD mengatakan bahwa acara ini diisi oleh perempuan hebat yang berbagi kisah tentang tantangan dan motivasi dalam meraih impian. “Meskipun dengan segala keterbatasan di remote area”, ungkap Fatma yang merupakan Wakil Kepala Pusat Penelitian Agripangan dan Bioteknologi (Agrifotech) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).
Sementara itu, Prof Dr Ir Mochamad Ashari M Eng selaku Rektor ITS menyampaikan dukungannya terhadap OWSD Indonesia. Sebagai tuan rumah bagi OWSD Indonesia, ITS mendukung sekaligus mengapresiasi berbagai kegiatan OWSD Indonesia sebagai perempuan peneliti untuk pengetahuan dan kemajuan Indonesia.
Dilanjutkan oleh Duta Besar/Wakil Delegasi Tetap RepubIik Indonesia (RI) untuk United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), Prof Dr Surya Rosa Putra menyoroti tantangan yang dihadapi oleh perempuan. Ia menyadari adanya masalah kultural, diskriminasi, motivasi, dan lainnya yang membuat jumlah saintis perempuan masih kurang.
Sehingga, lanjut Surya, prioritas UNESCO adalah kesetaraan gender. Dalam arahannya, Surya mengatakan bahwa UNESCO membuka peluang untuk menduniakan saintis perempuan. “Saintis Indonesia berpotensi mendunia”, ucapnya penuh semangat.
Isu gender dalam dunia riset tidak luput dari perhatian Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA). Deputi Bidang Partisipasi Masyarakat, Prof Vennetia Ryckerens Danes MSc PhD mengungkapkan, Kesetaraan Gender dan Inklusi Sosial (GESI) dapat diterapkan dalam hal pemilihan bidang fokus riset, tema riset, dan topik riset prioritas. “Karena GESI adalah bagian penting dari integritas penelitian,” tegasnya.
Di sisi lain, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Prof Ir Nizam PhD mengatakan, pengarusutamaan gender di Indonesia dinilai sudah cukup maju. Terbukti dengan banyaknya prestasi perempuan Indonesia yang diakui di tingkat internasional, seperti halnya Prof Adi Utarini yang termasuk sepuluh ilmuwan berpengaruh versi jurnal Nature.
Meski begitu, Nizam juga menyoroti adanya bias gender di Pendidikan Dasar-Menengah yang condong kepada laki-laki. Dimana lebih banyak laki-laki yang bersekolah formal dibandingkan dengan perempuan. Sementara itu, di Pendidikan Tinggi, lebih banyak perempuan yang melanjutkan sekolah.
“Data ini menunjukkan bahwa di tingkat dasar kita harus mendorong anak-anak perempuan khususnya di remote area untuk bersekolah formal. Kemudian, mendorong anak laki-laki agar tidak putus sekolah setelah Sekolah Menengah Atas (SMA)”, pesan Nizam yang disampaikan dalam webinar.
Acara kemudian dilanjutkan dengan sesi berbagi pengalaman dari empat narasumber yang merupakan ilmuwan dari berbagai daerah di Indonesia. Narasumber ini adalah anggota OWSD yang merupakan representasi geografis Indonesia.
Pertama, Prof Harlinda Kuspradini PhD dari Universitas Mulawarman, yang mewakili perempuan peneliti dari Kalimantan sebagai wakil dekan serta telah memperoleh banyak penghargaan. Kedua adalah Dr Ir Saraswati Prabawardani MSc dari Universitas Papua, seorang ilmuwan yang berkiprah dalam bidang Ekofisiologi Tanaman dari ujung Indonesia.
Ketiga yaitu Dr Dipl Ing Rita Andini MSc dari Universitas Syiah Kuala, Aceh, yang merupakan perempuan peneliti disabilitas yang cerdas dan aktif melakukan riset. Terakhir adalah Maria Elfiana Ina Kewa Helan SPd M.Si dari Akademi Farmasi Santo Fransiskus Xaverius Maumere, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang merupakan representasi generasi milenial yang baru memulai karir dari daerah yang dilanda bencana alam.
Harapannya dari kisah inspiratif yang dibagikan oleh para perempuan hebat dalam acara ini yaitu dapat membuka wawasan serta optimisme dalam menghadapi suatu tantangan untuk meraih kesuksesan khususnya bagi para perempuan Indonesia. (*)
Reporter : Najla Lailin Nikmah
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di
Kampus ITS, ITS News — Sampah plastik sampai saat ini masih menjadi momok yang menghantui lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan