ITS News

Minggu, 17 November 2024
12 Oktober 2021, 08:10

Konsep Pembelajaran Inovatif melalui Eduwisata Merdeka Belajar

Oleh : itsnaj | | Source : ITS Online

Prof Dr Ketut Buda Artana ST MSc, Koordinator Tim KKN Abmas ketika menjelaskan konsep pembelajaran inovatif dari Eduwisata Merdeka Belajar di Desa Tihingan

Kampus ITS, ITS News – Model pembelajaran inovatif menjadi salah satu perhatian penting dalam konsep Eduwisata Merdeka Belajar (EMB). Hal itu berhasil digagas oleh Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) sebagai solusi pengembangan wisata desa. Koordinator Tim Kuliah Kerja Nyata dan Pengabdian Masyarakat (KKN Abmas) ITS Desa Tihingan, Prof Dr Ketut Buda Artana ST MSc Ketut menjelaskan jika EMB dapat digambarkan sebagai kegiatan berwisata sambil belajar.

Menurutnya, EMB bertujuan agar dapat menciptakan suasana ceria dalam proses belajar langsung di alam wisata. Selain itu, juga sebagai upaya mendukung program Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) yaitu merdeka belajar.

Pria yang akrab disapa Ketut ini juga menjelaskan bahwa EMB didesain supaya dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sehingga melibatkan semua komponen masyarakat yang ada di desa. “Jadi tidak lain, EMB ini merupakan program pemberdayaan masyarakat desa,” terang guru besar Departemen Teknik Sistem Perkapalan ITS tersebut.

Kerangka konsep yang dikembangkan ITS ini memberikan ruang bagi para guru untuk melakukan inovasi bentuk model pembelajaran yang lebih interaktif. Dampak positifnya, hubungan antara guru dengan siswa menjadi lebih dekat dan nyaman. Konsep tersebut dipaparkannya dalam Talkshow EMB Desa Tihingan Seri Ketiga pertengahan Agustus lalu.

Prof Dr Ketut Buda Artana ST MSc, Koordinator Tim KKN Abmas ketika menjelaskan konsep pembelajaran inovatif dari Eduwisata Merdeka Belajar di Desa Tihingan

Dipaparkan Ketut, ITS menggandeng komunitas guru di desa Tihingan untuk menajamkan beberapa konten kreatif yang bersifat holistik atau pemahaman secara menyeluruh. Di mana proses pembelajaran tidak lagi berbasis dari guru atau hanya dari satu arah saja. Melainkan siswa didorong untuk lebih menggali potensi yang ada dalam diri mereka, lalu menyesuaikannya dengan potensi yang dimiliki oleh desa Tihingan.

Rencana selanjutnya, kegiatan pembelajaran di desa Tihingan akan dilakukan secara berkelompok. Sebagai contoh, desa Tihingan diyakini sebagai sentra produksi gamelan nasional, maka nantinya kelompok siswa akan datang ke sana dan belajar proses pembuatan gamelan langsung pada pengrajin gamelan. Nantinya, pembelajaran produksi gamelan oleh siswa ini akan diarahkan menjadi proses evaluasi oleh guru di kelas.

Adapun bidang yang ditawarkan kepada siswa dan mahasiswa pada tahap inisiasi EMB ada tiga yaitu pertanian dan peternakan, sosial dan budaya, serta kesenian di desa Tihingan. Konten-konten tersebut ingin dikembangkan secara inovatif dengan alasan siswa tidak hanya belajar teori saja namun bisa mempraktikkannya secara langsung di lapangan.

Harapannya, program EMB ini tidak hanya diikuti oleh siswa lokal saja melainkan juga dapat diikuti oleh siswa dari luar daerah yang ingin belajar tentang kekayaan lokal yang ada di desa Tihingan. Nantinya, kegiatan ini akan sangat melibatkan sekolah karena adanya peran guru sebagai pengajar dan pemandu. “Sehingga siswa yang datang diharapkan benar-benar bisa mendapatkan konsep pembelajaran,” tandas Ketut. (*)

Reporter: Najla Lailin Nikmah

Redaktur: Sofyan Abidin

Berita Terkait